13. Cemburu? Mungkin.

261 28 2
                                    

Semenjak tugas seni musik tersebut, Ella selalu keluar rumah. Lebih tepatnya latihan bersama kelompoknya. Entah mengapa Radja tidak suka dengan Haikal kali ini. Setiap Radja berkunjung ke rumah Ella, cewek itu sudah rapi dan bersiap pergi bersama Haikal. Radja sangat benci itu. Tapi pernah Radja berpikir, mengapa ia benci? Memang kenapa kalau Ella dan Haikal berduaan? Jangan-jangan Radja sudah mulai menanam benih cinta?

Radja mengacak rambutnya frustasi. Setiap hari ia merasa tidak konsen karena di sekolah Ella selalu saja bersama Haikal dan setiap berpapasan, Ella tidak pernah tersenyum ataupun menatapnya. Mereka seperti dua orang yang saling tidak mengenal.

Anda.
Sibuk?

Panggilan tak terjawab pada pukul 11.23

Panggilan tak terjawab pada pukul 11.35

Panggilan tak terjawab pada pukul 11.40

Radja semakin dibuat geram karena pesan dan panggilannya tak dibalas dan diangkat oleh Ella. Padahal Radja tahu kali ini Ella sedang berdiam diri bercanda dengan teman-temannya. Radja memaklumi jika panggilannya tak diangkat tetapi pesannya yang tak dibaca padahal Radja melihat dengan mata kepala sendiri Ella sedang memainkan ponselnya.

“Udah cukup,” ucap Radja pelan dengan nada dingin tapi masih bisa didengar oleh kedua sahabatnya yang sedang makan tepat di sebelah Radja. Saat mereka melihat ke arah pandang Radja, sesaat mereka menggeleng lalu kembali dengan kegiatan masing-masing.

“Kalau suka, bilang,” ujar Rafi.

“Gue embat baru tahu rasa lo,” lanjut Boy yang membuat Radja menarik kerah seragam Boy kasar. Mata Radja menyiratkan akan kebencian yang mendalam.

Radja mengedarkan pandangannya dan melihat Ella yang melirik ke arahnya seolah bertanya 'kenapa?'. Radja lalu menahan emosinya dan melepaskan cengkraman tangannya pada kerah seragam Boy. Boy tersenyum puas.

Saat hendak bangkit dari duduknya, Bella datang dengan dua dayang-dayangnya. Radja tak suka suasana seperti ini. Di saat ia gerah karena mataharinya dan petaka pun menyertainya.

“Mending lo pergi,” ucap Radja dingin.

“Tapi... Aku kan cuma mau duduk,” jawab Bella dengan nada manis yang dibuat-buat.

Radja memegang keningnya yang terasa nyeri lalu pergi meninggalkan kantin. Boy dan Rafi tak menyusul karena mereka tahu, Radja membutuhkan waktu sendiri kali ini. Maka dari itu mereka berdua memegang tangan Bella untuk mengerti sekali saja.

Tempat pelampiasan Radja adalah di rooftop. Apalagi cuaca saat ini mendukung. Radja melihat ke langit. Matahari disana tertutupi oleh awan maka dari itu ia tak dapat melihat sinar menyilaukan Matahari tersebut sama seperti mataharinya yang terhalangi oleh sesuatu sebagai tembok mereka.

Dan kini Radja sadar. Ia telah jatuh di sebuah kata cinta. Ia tak membangunnya atau menjatuhinya langsung tetapi ada seiring berjalannya waktu.

Sedetik kemudian senyum terukir jelas di bibir tipis Radja. Sebuah pesan singkat masuk dari seseorang yang ditunggunya sedari tadi.

Ella
Knpa?

Dengan cepat Radja membalas pesan tersebut.

Antarkita [Terbit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang