31. Perpisahan

1.6K 258 21
                                    

Apa yang Choco takutkan akhirnya terjadi juga. Hari ini, tepat 5 bulan setelah Hyuka pindah ke Indonesia, pemuda bule itu memutuskan untuk kembali ke Jerman.

Hyuka mengangkat kopernya, membawanya turun dan memasukkannya ke mobil yang Sobri pinjam dari temannya. Ia menatap sedih rumah berlantai dua bergaya minimalis itu. Rumah yang mengukir kenangan indah di hatinya.

Pemuda bule itu mengelus bulu lembut Bomi si kucing, menggendongnya sebentar lalu memasukkannya kembali ke kandangnya yang terletak di teras rumah Sobri.

Sebelum masuk ke mobil, ia memandang rumah bernuansa hijau di sebelah timur rumah Bang Sobri, rumah Kak Choco yang tampak sepi. Di dalam angannya, ia melihat Choco yang biasa menyiram tanaman hias di pekarangan dan Putra yang duduk membaca buku di teras rumah, serta Tante Ayu yang tengah merawat bunga-bunga mawar kesayangannya. Namun semua itu hilang, pada kenyataannya tidak ada siapapun di sana.

Putra sedang ada acara kemah akhir tahun di sekolah dan Tante Ayu masih pulang kampung merawat sang ibu yang sedang sakit. Sementara Choco mungkin sedang tidur di dalam.

Hyuka sejenak mengingat kenangan-kenangan indah yang terjadi di dalam sana bersama gadis yang lebih tua 2 tahun darinya itu.

"Bang, Kak Choco beneran gamau ikut?"

"Engga, dia bilang dia harus ngurusin pendaftaran kampusnya lewat online."

"Oh yaudah bang."

Pemuda bule itu tersenyum pahit lalu segera masuk ke dalam mobil.

.
.
.

Pada kenyataannya, Choco menangis terisak di dalam kamarnya. Ia gak mau ikut nganter Hyuka ke bandara, karena takut dia malah bakal nangis kejer di sana nanti.

Gadis itu belum rela melepas kepergian sang pemuda bule yang mengisi hari-harinya belakangan ini. Rasanya sakit, diberi harapan tapi akhirnya ditinggalkan.

Ditinggal pas lagi sayang-sayange.

Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan Choco sekarang. Dirinya terasa kosong.

"Kamal! Hwaaa!"

"Kenapa lo harus pergi kek gini?"

Bodo amat, lagi gak ada orang di rumah. Dia bisa nangis sepuasnya sendiri.

Kenangan-kenangan indah bersama cowo itu. Kepolosannya, senyumnya, gombalan recehnya, keceriaanya, tingkah lucunya. Gak ada yang bakal mengisi hari-harinya lagi.

Siap gak siap, Choco harus menerima kenyataan ini.

"Heh sad girl!"

Choco menghentikan tangisnya, mengusap air matanya kasar lalu menoleh. Mendapati Arjun yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Hwaaa abang!"

Gak peduli ingusnya yang masih mbeler itu, Choco berhambur memeluk Arjun. Yang dipeluk kaget, namun beberapa saat kemudian ia membalas pelukan gadis yang menangis di dekapannya itu. 

Arjun tau, sepupunya itu gak rela ngelepas Hyuka pergi, makanya dia kesitu buat ngajak Choco ke bandara nyusulin Hyuka dan mengucapkan salam perpisahan biar semua clear, agar Choco rela melepas kepergiannya dengan legawa.

Bule Ganteng | Hueningkai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang