#5- Dalang

295 30 1
                                    

Kalau tidak bisa bertahan, kenapa harus memulai?

***

Perlahan, dan langkah demi langkah Afra berjalan kearah Arta yang juga berkumpul dengan beberapa orang lainnya termasuk Reno, yang membuat Afra lega karna setidaknya ada seseorang yang dekat dengan Afra.

"Mana formulirnya?" Tanya Afra langsung pada Arta.

Arta tersenyum puas kearah Afra yang justru ingin memaki Arta. "Nih," Dengan cepat Arta menyerahkan formulir yang sudah terisi dengan lengkap.

"Dari tadi kek, bikin capek orang aja." Ujar Afra dan menendang bola basket yang berada di tanah.

"Lo juga. Dari tadi kek, capek gue tunggu." Balas Arta mengikuti kalimat dari Afra.

Tidak mau berlama lagi, Afra segera berbalik dan berjalan untuk ke ruang OSIS namun lagi-lagi Arta mencegahnya. "Mau kemana?"

"Bukan urusan lo." Ketus Afra

"Yee, lo pasti belum makan karna tungguin gue kan?" Afra menatap Arta tajam. "Lepas gak."

"Temanin gue ke kantin dulu baru gue lepas."

"Bang Reno! Lihat nih temen lo." Adu Afra tidah tahan lagi.

Reno yang merasa namanya dipanggil justru tertawa pelan. "Udah, bela diri aja ra, gakusah takut sama dia." Nasehat Reno yang segera Afra serap.

Afra kembali menatap Arta yang membuat Arta sedikit takut. "Apa?" Ucap Arta mencoba mengartikan tatapan Afra.

Tanpa aba-aba, Afra menendang tulang kering Arta dan berlari pelan sembari menertawai Arta. "Sukurin!" Ujar Afra disela tawanya.

Arta meringis sambil memegang kakinya dan mengamati Afra yang saudah berlari menjauh. "Setdah, gila tu anak." Ringisnya.

"Gimana taa?" Teriak Reno dan tertawa. "Bangsat lo ah. Ngapain suruh adek lo bela diri kayak gitu anjir." Kesal Arta dan melempari Reno dengan botol minuman yang ia pegang sejak tadi.

***

Kantin masih terlihat ramai meskipun sudah hampir bel masuk. Afra bebas sampai jam pulang karna memang beberapa guru harus menghadiri acara nikahan salah satu guru disekolahnya.

Afra duduk bersama Sarah dan Andin yang sedang memakan makanan mereka sedangkan Afra sedang tidak berselera untuk mengunyah.

Merasa haus, Afra melangkah menuju kulkas dan mengambil sekaleng susu beruang kesukaannya. Baru hendak menutup kulkas, seseorang merebut minuman Afra.

Saat Afra menoleh, Arta menyambutnya dengan wajah datar tidak seperti biasanya.

Tidak ingin berurusan lagi, Afra mengalah dan mengambil susu lain, namun Arta kembali merebutnya.

Afra menghela nafas cukup panjang, hingga untuk ketiga kalinya Ada kembali mengambil susu yang lain dan kembali direbut oleh Arta.

"Butuh berapa?" Tanya Afra lembut dengan senyuman paksa. Tidak menjawab, untuk kali keempat, Afra mengambil lagi dan segera menyembunyikannya dibalik tubuhnya.

Tidak sesuai dugaan, Arta justru memberikan kembali tiga kaleng susu beruang pada Afra, dan mengambil sebotol soda sebelum meninggalkan Afra yang kewalahan memegang empat kaleng susu.

"Gila tu cowok!" Kesal Afra dan mencoba meletakkan kembali susu beruang pada tempat semula. "Dek kulkasnya jangan dibuka lama-lama." Tegur Abang kantin membuat Afra merasa bersalah.

"Iya bang," Sahut Afra cepat.

***

Setelah pulang dari sekolah, Afra memutuskan untuk pulang bersama Sarah dan Andin kerumah Sarah yang pada hari ini kembali mengadakan acara.

"Acara apalagi rumah lo sar?" Heran Andin mengamati rumah Sarah yang sangat ramai. "Arisan. "

"Perasaan gue baru kemarin juga arisan." Sarah menaikkan bahunya dan menggeleng pelan. "Gue juga gak paham."

"Oh ya, hari ini ke mall yuk, stok baju gue udah habis." Ajak Andin. "Boleh,"

"Tapi pinjam baju lo ya Sar, kan gak mungkin pake baju sekolah gini."

"Iyaiya," Sahut Sarah dibalas senyuman dari Andin dan Afra.

Setelah memikirkan pilihan bajunya, Afra memutuskan memakai sweeter bewarna hijau lumut yang ukurannya jauh lebih besar karna tubuh Sarah yang lebih berisi dibandingkan dirinya.

Sampai di mall dengan Sarah yang mengemudikan mobilnya, ketiganya segera memutari mall dan singgah di beberapa tempat tanpa lelah.

Namun beberapa saat kemudian, Afra memisahkan diri ketoko buku karna ia lebih tertarik dengan novel ketimbang baju yang tidak terlalu menarik perhatiannya.

Tiba ditoko, Afra segera menyulusuri novel-novel yang sepertinya baru diterbitkan. "Haa!" Dari arah belakang, seseorang menepuk bahu Afra dengan keras sembari mengagetkan dirinya.

"Rania," Kaget Afra. "Sama siapa lo kesini?" Tanya Rania dan mencoba mengeledah seluruh toko.

"Lo sendiri sama siapa?" Tanya Afra balik membuat Rania ragu untuk menjawab.

"Jawab gue dulu,"

"Andin sama Sarah. Lo bareng siapa?" Jawab Afra sekaligus bertanya kembali. "Reno." Balas Rania pelan berharap Afra tidak mendengar.

"Ohh," Balas Afra mengangguk, "Reno?" Afra kembali bertanya. "Reno abang gue?" Kaget Afra setelah beberapa saat merasa tidak asing dengan nama Reno

"Hehe," Cengir Rania merasa tidak enak. "Lo jadian sama dia?" Tanya Afra langsung tanpa basa-basi. "Tapi dari kapan?" Heran Afra lagi.

"Baru-baru ini kok."

"Jadi pacarnya itu lo, yang ngebuat gue harus pergi sama Arta." Gumam Afra tidak menyangka jika Rania adakah datang dibalik malam itu.

"Hah? Maksud lo apaan?"

"Gakada," Hela Afra. "Terus bang Reno mana?" Rania menunjuk pintu didepan toko dan terlihat seorang pria masih dengan seragam sekolah yang dilapisi jaket berdiri disana.

"Jangan lo bawa masuk, bisa tidur dilantai dia." Cibir Afra membuat Rania terkekeh. "Ya udah deh, gue duluan ya. Mereka udah tunggu nih kayaknya." Pamit Afra dan berjalan kearah kasir.

Selesai membayar, sesaat Afra memperhatikan Reno dari belakang yang terlihat sangat menurut pada Rania. Sedangkan saat bersamanya, Reno terus saja menyuruh Afra untuk bergerak cepat.

Selesai mengamati, Afra berjalan melewati Reno, tidak lupa Afra menyenggol Reno dengan kuat hingga Reno sempoyongan.

"Gak usah berdiri dipintu."Tegur Afra sinis dan melanjutkan jalannya.

***

Malam ini, Arta dan lainnya sepakat untuk berkumpul lagi didepan market setelah berunding berbagai tempat. Arta tiba paling telat, dan yang pertama kali Arta lakukan saat tiba adalah masuk kedalam mini market dan mengambil sebotol soda dingin.

"Reno mana?" Tanya Naufal pada Arta yang baru saja keluar dari mini market, "Pacaran palingan."

"Dirumah, tadi dia bilang lagi bantu nyokapnya." Sahut Haikal yang beberapa saat lalu mendapatkan pesan dari Reno.

Tidak peduli dengan apa yang Reno lakukan, Arta menyantap cemilan yang berada diatas meja bundar dan meneguk minumannya. "Gimana perkembangan lo sama Afra ta?" Tanya Gilang membuka percakapan.

"B aja."

"Kayaknya lo suka beneran sama adeknya Reno." Sambung Haikal.

"Tapi kalo lo cuman mau mainin sih mendingan langsung ngejauh dari pada digebukin si Reno."

"Gue gangguin Afra bukan berarti gue mau pacarin." Lantun Arta dan menggeleng kepalanya melihat Gilanh dan Haikal bergiliran.

"Ya kali, Afra tu beda tau gak ta, gue ragu Lo gak bakal suka." Mendengarkan celotehan Haikal justru membuat Arta tertawa.

Arta memang tidak pernah berniat untuk menjalankan hubungan yang panjang, karena pada dasarnya Arta selalu memulai karena hanya ingin bersenang-senang, tidak ada niat lain.

Dan mungkin saja, Afra bisa merubah jalan pikirannya.

***

Its Over ? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang