#20- Dia Arta

234 13 0
                                    

Sinar matahari membuat Afra tetbangun dari tidurnya. Jam menunjukkan pukul 6 lewat dan Afra benar-benar sudah telat untuk ke sekolah.

Afra berlari menuju kamar mandi dan segera membersihkan diri. Sedangkan dibawah sana, suara teriakan Reno memanggil namanya terdengar dengan sangat jelas hingga ke kamar.

Setelah 20 menit bersiap-siap, Afra segera turun menenteng tas abu-abu miliknya dan berlari menuju meja makan untuk mengambil sepotong roti sebelum menyusul Reno di luar rumah.

"Cepetan," Teriak Reno. "Iya bentar," balas Afra berteriak sembari mengikat tali sepatunya.

***

Sekarang saat nya jam olahraga, dimana Afra hanya perlu pemanasan, absen dan duduk dipinggir lapangan mengamati anak kelasnya yang sibuk bermain di lapangan.

Bersama Andin dan Sarah, ia duduk disalah satu bangku dengan sebungkus roti yang baru saja dibelikan oleh Sarah di kantin tadi.

"Lo kenapa telat tadi pagi ra? Tumben." Tanya Sarah sembari melahap roti. "Telat bangun."

"Jangan-jangan begadang gegara mikirin Arta lagi." Goda Andin membuat Afra hampir melayangkan tangannya. "Hahaha becanda kali,"

"Afra?" Seseorang memanggil Afra dari arah belakang hingga Afra menoleh. "Eh kak Ali." Sapa Afra dengan ramah.

Dengan perlahan, Afra bangkit dan berjalan mendekati Ali yang berdiri di koridor. "Kenapa kak?"

"Lo sibuk?" Tanyanya. "Enggak, kenapa?"

"Nanti mau temenin gue gak?"

"Kemana?"

"Ada pameran buku, jadi rencananya gue mau ke sana sore nanti." Afra langsung tersenyum. "Mau kak!" Jawabnya dengan antusias.

Sesuai dengan yang diharapkan, Ali tersenyum bahagia saat Afra tidak menolaknya. Ada keuntungan tersendiri buat Ali ketika hubungan Afra dan Arta merenggang, dimana Ali bisa bebas mendekati Afra tanpa perlu takut siapa yang akan menghalangi.

"Ya udah ntar sore gue jemput dirumah ya." Afra mengangguk. "Oke,"

Sesuai mengucapkan pamit, Afra kembali ke tempat semula di barengi dengan tatapan tajam dari kedua sahabatnya.

"Kak Ali bilang apa?" Sarah langsung menyambarnya dengan pertanyaan.

"Sore ini ada pameran buku." Jawab Afra santai.

"Terus? Jangan bilang dia ajak lo?" Kecewa Sarah, karena selama ini dia yang menyukai Ali namun mengapa sekarang malah Afra yang bisa dekat dengan Ali.

Afra diam, dan tersenyum dengan rasa bersalah. "Tapi gue gak ada rasa apa-apa kok sama dia," Sarah menunduk. "Ya udah si, gue bisa apa lagi coba." Pasrah nya.

"Tapi ra, bukannya lo juga lagi dekat sama Arta? Kenapa lo terima ajakan Ali."

Afra menoleh dan menatap Andin. "Arta bukan siapa-siapa gue." Ujar Afra memperjelas.

Andin menggeleng kepalanya, sikap Afra jelas terlalu jahat pada Arta yang bahkan sampai sekarang masih mendekati Afra.

Bukan kah setidaknya Afra melirik Arta barang sekali saja?

Tapi mengapa Afra malah bersiap untuk melupakan Arta.

Dan sekarang, masih terlalu awal bagi Afra untuk mengakhiri.

"Lo masih bisa lurusin masalah dengan Arta, cuman hari itu dia gak bisa jalan sama lo kan? Coba deh lo ingat lagi gimana dia bantuin dan jagain lo sebelum itu." Andin mencoba mengubah pikiran Afra.

Its Over ? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang