#13- Kesempatan

251 17 1
                                    

Dan pada akhirnya, ini bukan tentang siapa yang bisa melupakan semua masalah dan mengalah. Tapi tentang siapa yang berani lebih dahulu melangkah dan menyelesaikan semua masalah.

***

Tidak ada lagi yang menganggu
ataupun terganggu, keduanya saling diam bahkan tidak menyapa layaknya orang asing. Dan pada akhirnya hanya sebuah rasa yang memberontak karna merindukan sesuatu yang tidak lagi terjadi.

Afra tidak berhenti mengecek ponselnya diparkiran, menunggu Reno yang tidak kunjung muncul. Lain dengan apa yang diharapkan, Arta malah berjalan kearahnya dengan kedua tangan yang berada didalam saku.

"Reno gak bisa antar lo." Ujar Arta sembari naik keatas motor. "Kenapa?" Tanya Afra seraya berbalik memperhatikan Arta.

Arta menaikkan kedua bahu menandai bahwa ia tidak tau dan memakai helmnya segera. Saat Afra hendak pergi, Arta hanya melirik dan menghela nafas panjang dibalik helm.

Mengapa begitu sulit untuk menjauh, padahal kita tidak sedekat itu?

Arta menyalakan motor, dan menancap gas hingga melewati Afra yang berjalan kearah gerbang. Jujur saja, Afra sedikit berharap Arta akan menawarkan tumpangan, namun itu tidak terjadi.

Entah mengapa Afra malah merasa kesal pada Arta yang bahkan tidak melakukan apapun padanya.

***

Ini bukanlah hari Afra, ponselnya tiba-tiba mati, saat ia kembali ke sekolah mencoba menemukan Reno, kendaraan Reno sudah tidak ada ditempat dan Afra yakin, Reno telah meniggalkan sekolah tanpa sepengetahuannya.

Sekolah sudah sepi, saat hendak kembali ke gerbang menjadi angkutan umum, hujan mendadak turun dengan deras membuat Afra terpaksa harus meneduh disebuah toko yang berada didekat sekolahnya.

Saat seperti ini, Afra menyesal langsung pergi dari parkiran tanpa menunggu Reno. Afra juga menyesal tidak meminta Arta yang mungkin bersedia mengantarkan yang.

Hari mulai gelap, tidak ada lagi kendaraan yang lewat ditambah ponselnya yang mati, Afra terpaksa harus menunggu tanpa bisa berbuat lain. Tidak ada yang berlalu lalang, jalanan cukup sepi karna lokasi sekolah Afra yang tidak berada di jalan besar.

Dengan pakaian yang sedikit basah, Afra memeluk tubuhnya yang mulai kedinginan, dan Afra juga merasakan ketakutan disaat bersamaan. Afra menahan tangis dan berharap Reno akan menjemputnya.

"Bang Reno," lirih Afra menahan rasa takut.

Sebuah mobil besar dengan kaca gelap terus berlalu lalang ditambah dengan seorang pria yang ikut menepi dengan motornya kini berdiri di samping Afra.

Afra berharap, siapapun dia, meskipun baik atau tidak, Afra hanya berharap pria ini tidak akan mengajak nya berbicara dengan cara itu Afra masih bisa menahan ketakutannya.

"Tinggal dimana dek?" Afra melangkah jauh, dan mencoba untuk tenang. "Di sana," jawab Afra asal dan kembali mengadah kejalan raya berharap seseorang yang ia kenal muncul.

Tidak kuat lagi menunggu, Afra memberanikan diri menerobos hujan dan berjalan daripada menunggu dengan ketakutan yang menyelimuti dirinya.

Dibawah hujan Afra mulai menangis, mengapa Reno selalu meninggalkannya, bahkan saat seperti ini Reno tidak kembali dan mencarinya.

Tak lama, sebuah motor berhenti tepat disebelah Afra hingga membuat Afra melangkah mundur. Saat pria itu membuka kaca helm, Afra mulai menangis kencang dan melepaskan ketakutan saat melihat sosok Arta yang berada didepannya.

"Naik cepetan," teriak Arta dituruti Afra yang masih terisak. "Pegangan." Ujar Arta lagi dan melaju dengan kencang.

Sebelum sampai dirumah, Arta memutuskan untuk menepi karena hujan yang semakin deras.

Its Over ? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang