#27 - Mistake

258 17 0
                                    

Sudah memilih,

Mempercayai,

Ketika dikecewakan, adakah pilihan lain?

***

Tepat saat jam olahraga berakhir, istirahat juga tiba. Afra segera menuju kantin untuk menghilangkan rasa dahaga. Setelah membayar minuman dingin, ia segera memilih tempat duduk dengan Sarah dan Andin yang mengikutinya dari belakang.

"Gila panas banget gue." Keluh Sarah dan mengibaskan tangan didepan wajahnya.

Afra menganggu lesu, "Ke pustaka aja bentar lagi yuk? Mau ngadem ni." Seperti sudah kebiasaan, setiap kali kepanasan Afra akan menuju pustaka yang memiliki pendingin ruangan.

"Boleh," setuju Andin dan Sarah.

Sedang sibuk mengobrol, Rania datang dengan wajah masam dan duduk disebelah Afra. "Afraa," rengek Rania membuat Afra kebingungan.

"Apaan?"

Rania menyerahkan ponsel yang menjadi sumber masalah. "Ni lo liat."

Terlihat ada sebuah akun dengan followers cukup banyak memposting sebuah foto. Cukup lama melihat, Afra menyipitkan mata saat melihat Arta berada disana dengan cewek tersebut yang duduk disebelahnya.

Masih belum puas, Afra mengecek insta story, dan melihat beberapa snap yang memperlihatkan Arta, Reno Bagas dan Gilang yang sibuk bermain jengga dan tertawa dengan keras.

"Ini apaan woi!" Kesal Afra. "Gue kesel banget sama abang lo gila. Mainan nya cewek semua." Rania melampiaskan kekesalannya pada Afra.

"Apaan sih woi?" Andin yang sedari tadi memperhatikan, ikut penasaran apa yang sedang terjadi. "Coba gue liat?" Andin mengambil alih ponsel Rania.

"Kayaknya gue kenal deh," Sarah yang ikut memperhatikan juga ikut bergabung. "Lah ini kan si Darin. Yang kemarin jumpa pas acara donor darah." Sarah berbicara pada Andin.

"Lah iya."

"Lo berdua kenal dia?" Andin dan Sarah mengangguk.

"Yang pake baju merah ini, dia anggota PMR jadi kita udah kenal diluar sekolah." Jelas Andin.

"Lo deket gak sama dia?" Rania mulai memikirkan rencana untuk membalas dendam.

"Lumayan lah. Kita sering nongkrong."

Rania menoleh menatap Afra seolah menyampaikan rencananya lewat mata. "Gimana kalo lo suruh dia gabung nongkrong hari minggu nanti?"

"Buat apaan?" Heran Andin.

Berbeda dengan Andin yang belum paham dengan situasi, Sarah langsung mengangguk setuju. "Bisa!" Semangat Sarah yang tidak sabar menyaksikan reaksi Reno dan Arta nantinya.

Selesai menyusun rencana, tokoh yang dibicarakan sedari tadi muncul. Arta dengan gaya cool nya berjalan kearah meja mereka dengan kedua tangan yang ia masukkan ke saku.

"Gaya banget lo." Sindir Afra yang masih merasa kesal dengan foto tadi.

Arta hanya menatapnya kebingungan, sebelum akhirnya memilih duduk di samping kiri Afra disusul oleh Reno yang memilih duduk di sebelah kanan Rania.

"Ngapain duduk disini?" Rania yang biasanya terdengar kalem, juga mulai sensi melihat tingkah Reno. "Emang gak boleh?" Rania melempar tatapan sinis dan membuang wajah mengabaikan Reno.

Bagas dan Gilang yang baru saja tiba ikut bergabung langsung merasa tidak nyaman dengan suasana aneh yang mereka ciptakan.

Lain dengan Rania yang sinis, Afra memilih diam dan terus mengabaikan Arta.

"Lo kenapa diam aja?" Heran Arta dan memegang dagu Afra untuk di arahkan menghadapnya.

"Apaan sih,"

"Sensi mulu. Pms tiap hari ni anak."

Arta yang belum memesan apapun, dengan santainya mengambil minuman milik Afra untuk ia minum.

"Gak bisa beli sendiri ya?" Sindir Afra namun Arta tetap saja menghabiskan tanpa memedulikan sindiran Afra.

"Gak bisa," sahut Arta mengikuti permainan Afra.

"Lo berdua berantem mulu dah." Bagas menatap keduanya dengan heran. "Putus gue rasa bentar lagi." Lanjutnya.

"Pacaran juga belom apanya yang putus coba." Afra melemparkan kenyataan yang menimbulkan tanda tanya.

Memang mereka mengetahui hubungan Afra dan Arta yang semakin dekat namun tidak ada yang mengetahui bahwa ia dan Arta belum terikat dalam 'pacaran' mengingat Arta belum juga menembaknya. Hanya saja, Afra mempercayai Arta dan sejauh ini ia tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Lah kalian berdua belum pacaran?" Sarah menunjuk Arta dan Afra bergiliran. "Terus cuman temenan gitu?"

"Gak biasanya lo gak ngajak pacaran anak orang ta." Reno ikut menimpali.

"Ya gue gak mau aja." Jawab Arta dengan singkat.

Ia tidak mau keputusannya tidak mengajak Afra pacaran justru menjadi masalah karena omongan mereka.

Karena selama ini, Afra bahkan sudah menerima hal itu.

Sedari tadi, Rania hanya diam. Reno sesekali bahkan mencoba mengajak mengobrol dengan suara yang pelan namun Rania tetap tidak mengatakan apapun, selain jawaban singkat.

"Kamu kenapa sih?"

Afra yang mendengarkan Reno ikut memperhatikan Rania dengan perasaan yang sama. "Banyak tingkah sih lo berdua." Marah Afra sembari melirik Reno dan Arta bergantian.

"Maksud lo apaan?"

Afra memberikan Arta tatapan marah, sangat marah.

"Ya menurut lo apa?"

Suasana menjadi semakin suram. Andin dan Sarah yang merasa tidak nyaman mencoba pergi diam-diam.

"Tunggu gue. Gue juga mau balik." Cegat Afra. "Gue juga ikut." Rania juga ikut bangkit bersama Afra.

Belum sempat menjauh, Reno sudah lebih dahulu mencegah Rania pergi dengan memegang lengannya. "Kamu kenapa?"

"Kamu yang kenapa!" Marah Rania dan menangkis tangan Reno darinya.

Beralih dari Reno, Arta juga ikut mencegah Afra pergi. "Bisa gak sehari aja, jangan marah gak jelas kayak gini."

"Lo tu yang gak jelas." Balas Afra emosi membuat Bagas dan Gilang tidak kuasa menahan tawa dengan ucapan Afra.

Seusai keempatnya keluar dari kantin, Bagas langsung tertawa dengan keras.

"HAHAHAA, dikatain gak jelas."

"Susah ye ,ngebucin sama cewek galak." Gilang ikut merasa miris.

"Makanya lo berdua jangan buat tingkah." Bagas kembali mengulang kata-kata yang meledek Arta dan Reno.

"Diam lo berdua." Kesal Reno dan melempar tisu kearah keduanya.

***

HAI HAII SETELAH SEKIAN LAMA GAK UPDATE, AKHIRNYA BARU SEMPAT SEKARANG.

GIMANA MAU LANJUT? JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YAA

Salam dari Arta:)

Its Over ? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang