#23 Kemah!

232 12 2
                                    

Jika memang tidak bisa mengakhiri, maka kembali.

***

Reno dan Afra sama-sama diantarkan oleh ayahnya yang pagi itu juga hendak berangkat kerja. Setelah menyalimi ayahnya, Reno turun lebih dahulu diikuti oleh Afra yang menyeret koper kecilnya.

Karena banyak yang mengikuti kemah, akhirnya semua di bebaskan menaiki bis yang mereka mau, karena memang kebanyakan dari mereka meminta untuk digabungkan.

Afra duduk bersama Rania, sedangkan dibelakang mereka ada Sarah dan Andin yang sudah bersemangat sedari tadi.

Berbeda dari Afra, yang tidak terlalu tertarik dengan perjalanan, ia hanya menyumbat kedua telinga dengan airpods dan tertidur. Namun bukan karena Afra enggan untuk ikut, hanya saja ia merasa tidak terlalu bersemangat.

Sekitar 2 jam telah berlalu, mereka baru tiba ditempat kemah dan turun membawa barang masing-masing. Afra berjalan bersama Rania, Sarah dan Andin menuju hutan dan berdiri melingkar karena akan ada beberapa arahan.

Pak Rahmat selaku guru yang akan mengawasi mereka, memberikan beberapa arahan. Dan terakhir Ali ikut mengatakan beberapa hal mengenai kegiatan mereka malam ini.

Setelah selesai memberikan pengumuman, Ali menyuruh untuk segera membangun tenda.

Afra bersyukur Rania akan satu tenda dengan Afra karena pasalnya, Afra tidak perlu repot mendirikan tenda saat Reno, Bagas dan Gilang dengan baik membantu mereka. Dan Afra yakin Gilang dan Bagas dipaksa oleh Reno, sedangkan Reno pasti  membantu Rania.

"Makasih ya kak," ujar Rani dan tersenyum pada Reno. "Iya sama-sama. Aku balik ya." Pamit Reno dan menyeret Bagas dan Gilang yang belum sempat mengatakan apa-apa.

Afra menggeleng, begitupun Andin dan Sarah. Rania dengan polos segera masuk kedalam tenda tanpa melihat ekspresi wajah ketiga temannya.

***

Hari kian larut, ditemani Gilang, Afra sibuk menyiapkan makan malam mereka. Afra dan Gilang sama-sama duduk didepan perapian, menunggu mie mereka matang.

Gilang menoleh dan tersenyum saat melihat Afra yang termenung sembari menatap perapian. "Lo kangen Arta?" Tanya Gilang langsung membuat Afra buyar dari lamunannya.

"Hah."

"Gue lihat dari awal lo kayaknya kebanyakan melamun." Gilang memberikan sedikit jeda. "Lo pengen Arta kesini kan?" Tanyanya.

Afra menggeleng dengan cepat. "Mau dia ada atau enggak pun aku gak peduli." Tidak percaya apa yang Afra katakan, Gilang terus menggoda Afra.

"Terus lo kenapa melamun terus?"

Afra mendesah. "Entah lah." Gilang kembali menoleh kearahnya. "Ada masalah?"

Beberapa saat Afra diam, ia fokus pada perapian didepan matanya. Ia tidak tau mengapa tidak bisa bersemangat saat bepergian seperti ini,

"Masalah Arta, lo gak niat baikan sama dia?"

Afra menggeleng. "Gak ada kemungkinan kayaknya."

Afra sedikit heran, mengapa ada banyak orang yang mengetahui permasalahannya dengan Arta. Dan mereka semua selalu meminta hal yang sama. Yaitu memperbaiki hubungannya dengan Arta.

"Lo tau kenapa Arta gak ikut kemah?"

Menunggu jawaban Gilang, Afra hanya diam dan mendengarkan. "Dia gak mau lihat lo sama Ali, saat dia sendiri gak bisa buat apa-apa buat pisah-in lo sama Ali."

"Dia bilang ke aku, kalo dia gak datang karena aku," Afra mengucapkannya dengan kecewa.

"Ya memang lo alasannya. Gue gak tau kenapa kalian bisa kayak gini, tapi yang gue tau Arta beneran tulus sama lo."

"Tapi Arta deket sama cewek lain kak, dan aku gak bisa." Gilang mengerutkan keningnya. "Siapa?"

"Fani." Jawab Afra dan menghela nafas dengan berat. "Mungkin juga ada cewek lain selain Fani," miris Afra

Gilang menghela nafas dengan panjang, drama antara Arta dan Afra belum juga berakhir. "Terus lo udah tau siapa Fani bagi Arta?"

Tidak ada jawaban,  Gilang bangkit untuk mengambil wadah mie yang sudah mendidih. "Lebih baik, lo tanyak dulu sebelum Arta benar-benar nyerah buat lo."

Semua terjadi begitu cepat, baru beberapa bulan yang lalu Afra merasa sebal setiap kali berjumpa Arta, "Arta beneran gak ikut kemah kak?" Tanya Afra untuk kembali memastikan.

"Mungkin,"

"Tapi, setidaknya dia harus coba buat baikan sama aku kan kak?"

"Bukannya udah? Hm?" Gilang menaikkan sebelah alisnya, "Kalo emang Arta udah mundur, coba deh lo yang langkah maju kalo emang mau perbaiki masalah kalian."

Setelah perbincangan dengan Gilang, Afra cukup membuka pikirannya. Afra sadar selama ini, ia bersikap egois dengan tidak memaafkan Arta saat dirinya ingin berbaikan.

"Woi cepetan bawa sini!" Bagas dari arah belakang meneriaki keduanya hingga Gilang langsung bangkit dan membawa panci yang berisikan mie.

"Ayok ra," ajak Gilang sebelum meninggalkan Afra dibelakang.

Selesai melahap makan malam, mereka dibagikan kelompok untuk memainkan beberapa permainan sebelum acara api unggun. Afra perlahan mulai mencoba ikut bermain daripada hanya melamun seharian.

Ali meminta Afra untuk berpasangan dengan Afra, namun Sarah sudah lebih dulu mencegah. "Ra," panggil Sarah lembut seolah menyiratkan sesuatu.

Mengerti dengan isyarat Sarah, Afra segera mengangguk. "Aku udah sama Andin kak, mendingan Sarah aja ni gak ada pasangan."

Ali terlihat bingung, dan menoleh menatap Sarah. "Tapi Ra," terlihat jelas, Ali ingin bersama Afra dan hal itu juga membuat Sarah kecewa.

"Aku duluan ya!" Tidak ingin berlama-lama, Afra segera melarikan diri dari pandangan keduanya.

Sarah dan Ali saling bertukar pandang, Sarah memang menyukai Ali, namun tetap saja, ketika orang yang ia sukai malah menyukai temannya sendiri, Sarah merasakan kekecewaan pada dirinya sendiri.

Kenapa harus Afra? Ketika ia tidak bisa menjadi seseorang yang disukai oleh Ali?

Sarah menundukkan kepala, sedangkan Aki mulai merasa tidak enak karena secara tidak langsung ia menolak berpasangan dengan Sarah dihadapannya langsung.

"Kenapa?" Tanya Ali lembut memperhatikan Sarah yang masih menunduk.

Sarah diam, dengan perlahan ia kembali mendongak menatap Ali yang jauh lebih tinggi darinya. "Kali ini aja, biarin aku diposisi Afra yang bisa sama kakak." Lirih Sarah.

Ali tertegun. Ucapan Sarah mengartikan banyak hal, dan Ali tidak sebodoh itu hingga tidak mengerti apa yang Sarah maksud kan.

Namun, ini bahkan pertama kalinya Ali berbincang cukup lama dengan Sarah, ia bahkan tidak mengenalnya dengan baik.

"Em-m, ya udah yuk. Permainan mau dimulai." Ali segera mengalihkan pembicaraan dan berjalan mendahului Sarah yang mengikutinya bak seekor anak ayam yang mengikuti induknya.

***

Its Over ? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang