#30- END

407 12 1
                                    

Aku bahagia,
Sama kamu.

Jadi aku pikir, aku tak bisa pergi,
Karena nantinya aku pasti akan terluka.

Terima kasih atas segalanya,
Aku berterimakasih, karena kamu menjadikan aku sebagai wanita yang kamu sayangi, dan aku bersyukur akan itu.

Dulu, aku berfikir kita pasti akan terpisah, dan aku pasti akan terluka.

Namun aku berubah, aku menikmati waktu denganmu, bahkan jika nanti kita berpisah,

Aku tetap akan mengenangmu sebagai pria ku.

Arta, jangan berubah,

Jika kau mulai bosan, katakanlah, aku akan memberi jarak dan membuatmu kembali merindu.

***

Arta dengan senang hati membantu Afra mengumpulkan tumpukan buku ke kantor. Sampai di kantor, seketika semua guru memperhatikan keduanya yang berjalan bersama.

"Kalian pacaran?" Tanya Bu Isma saat Arta dan Afra bersamaan menaruh buku diatas meja Bu Isma.

"Eh, eng-," ucapan Afra langsung dipotong oleh Arta. "Iya dong Bu," Ujar Arta dan tertawa kecil saat Afra mencubit lengannya.

"Ya ampun Afra, kenapa kamu mau sama dia." Pak Rahmat tiba-tiba muncul dan duduk dimeja yang berada di samping Bu Isma.

"Ye si Bapak, kompor mulu."

Afra tersenyum saat Pak Rahmat terus menggoda Arta. "Kamu jangan sama dia, terlalu baik kamu nya." Lanjut Pak Rahmat.

"Hahaha, iya nih pak." Afra juga ikut menggoda Arta. "Udah ah, Pak Bu kita pamit ya." Pamit Arta dan menarik Afra keluar bersamaan dengan pak Rahmat yang tertawa puas.

"Udah suka bercanda nih." Sindir Arta saat mereka sudah keluar dari kantor guru. "Ya emang fakta kan? Gue terlalu baik buat lo." Afra mengatakannya sembari tertawa.

Afra mendahului Arta dengan berjalan di koridor menuju kelasnya, "Afra!" Panggil Aki dari arah belakang membuat Arta dan Afra sama-sama menoleh.

"Eh kak Ali."

"Ntar pulang sekolah jangan lupa ya," Afra mengangguk. "Oh iya kak, nanti aku bilang ke Rania juga." Arta mendengarkan percakapan keduanya dengan malas.

"Ya udah gue duluan ya," Ali berpamitan, dan melirik kearah Arta sesaat. "Senyum dikit, suram banget muka lo." Heran Afra.

"Aku?" Arta menatapnya dengan tajam. "Giliran sama gue aja, ngomongnya gue lo." Sinis nya.

"Terus lo mau gitu juga?" Arta mengangguk. "Ya iyalah."

"Tapi gue udah nyaman gini, gimana dong?" Arta tersenyum dengan sinis. "Yakin? Oke kalo gitu." Arta seakan menerima tantangan Afra.

Ponsel Afra tiba-tiba berdering, dan Arta tersenyum bahagia karena bisa membantu membuat Afra murka karena enggan mengubah kosa kata dengannya.

"Halo?" Arta mengangkat telefon dan menaiki tangga. "Iya, kamu dimana?" Arta tiba-tiba berhenti dan menoleh kebelakang.

Saat ia berbalik, Afra sudah melempar tatapan mautnya. "Siapa?"

Bukannya menjawab, Arta mengangkat kedua bahu dan melanjutkan percakapannya. "Iya bentar ya, aku kesana." Ucap Arta sebelum mematikan ponselnya.

"Gue pergi dulu," sebelum menjauh, Arta langsung menahan Arta. "Kemana? Yang telfon siapa?" Tanyanya membabi buta.

"Temen gue," Afra masih tidak percaya. "Temen lo yang mana sampek ngomong 'aku kamu' gitu."

Its Over ? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang