#6

283 22 0
                                    

Ketika sudah terbiasa, bukankah akan ada rasa nyaman nantinya?

***

Dengan perlombaan yang semakin dekat, Afra semakin disibukkan dengan tugas yang mengharuskan Afra untuk berjalan bolak-balik memberitahu jadwal perlombaan ruang kelas yang diisi beberapa orang yang akan ikut serta.

Dan tujuan terakhir yang Afra hindari  sejak pagi adalah basket. Afra menyipitkan matanya melihat lapangan dari jauh yang seperti biasa selalu dihuni oleh beberapa orang.

Namun Afra patut bersyukur karena Arta tidak berada di sana. Dengan langkah lega, Afra berjalan kepinggir lapangan mendekati sekumpulan orang yang duduk dibawah pohon.

Afra memanggil Reno untuk memberitahu jadwal perlombaan dan kembali melangkah menuju ruang OSIS.

Sembari berjalan, pikiran tentang Arta seolah mengusik Afra. Beberapa hari ini, Arta jarang terlihat disekolah. Jika biasanya Arta akan berada di sana setiap kali Afra melangkah maka beberapa hari ini, Arta hampir tidak pernah terlihat.

"Bodo amat sih kalo dia gak datang." Cepat Afra membuang pikiran tentang Arta.

"Afra." Panggil Ali membuat Afra mendongak dan menatap Ali yang duduk disebelahnya sambil mengetikkan beberapa hal di laptop.

"Lo nanti ikut pak Jal buat temenin anak basket ya." Ujar Ali membuat Afra melotot. "Kok aku kak?"

"Jadi siapa?" Tanya Ali balik. "Lagian kayaknya lo lebih cocok urusin mereka."

"Tapi kak-" Ali menggeleng menandakan menolak alasan Afra. "Kenapa? Kan ada Reno sama Arta di sana."

"Hah? Kalo bang Reno sih gak masalah tapi kalo Arta-- tunggu kakak kok sebut nama Arta?" Bingung Afra yang merasakan jika Ali mencoba menggodanya dengan menyebut nama Arta.

"Satu sekolah juga tau kali kalian berdua dekat." Lanjut Ali sambil tertawa pelan. "Apaan dah! Enggak!" Elak Afra cepat.

"Beneran enggak?" Afra mengangguk dengan cepat. "Bagus lah," Lanjut Ali yang menimbulkan tanda tanya.

"Bang, ini surat izinnya." Rama tiba memecahkan obrolan Ali dan Afra yang masih menimbulkan tanda tanya. "Ohh oke, lo gantiin gue buat list ini ya. Gue pergi dulu." Pamit Ali pada Rama dan berjalan keluar dari ruangan OSIS.

"Dia mau kemana?" Tanya Afra pada Rama selaku anggota OSIS juga sama sepertinya. "Ke SMA 12 kayaknya." Jawab Rama dan melanjutkan pekerjaan Ali.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 12 dan Arta baru terlihat disekolah dengan menenteng tas hitamnya disebelah bahu kanan. Tujuan pertama yang Arta pergi setiba di sekolah adalah masuk ke kelasnya karena Arta tau betul jika suasana sekolahnya sepi maka pembelajaran sedang berlangsung.

Dengan berani, Arta masuk keruang kelasnya yang hening dan hanya terdengar suara buku yang bergulir halaman. "Assalamualaikum," Salam Arta dengan sopan karena pembelajaran yang sedang berlangsung adalah agama.

"Kamu darimana aja Arta?" Buk Rahma bertanya dengan lembut. "Tadi telat bangun buk." Ujar Arta membuat alasan.

"2 jam lagi sudah pulang, mendingan kamu gak usah sekolah." Tegur buk Rahma setelah mengecek jam didinding. "Gak boleh larang murid menuntut ilmu buk,"

"Bukannya larang nak, tapi kamu udah gak ikuti peraturan." Arta mengangguk dan mencoba menatap bu Rahma dengan memelas.

"Pelajaran ini favorit saya, jadi kan semangat ke sekolahnya." Ujar Arta lagi.

"Ibu tau ya, kamu tidur setiap kali ibu masuk. Alasan aja."

"Karena itulah saya suka bu,"

"Kamu ini! Ya udah duduk sana, kali ini ibu maafin." Bu Rahma termasuk guru yang paling lembut dan jarang memarahi muridnya dan karena hal itu Arta selalu mengagumi bu Rahma meskipun setiap kali masuk Arta akan terlelap sampai buk Rahma keluar.

"Lo dari mana aja ta?" Tanya Naufal yan  kesepian duduk sendirian saat Arta tidak ada. "Nenek gue masuk rumah sakit tadi pagi." Jujur Arta mengingat pagi tadi tidak ada yang bisa menjaga neneknya.

"Terus ngapain lo sekolah? Tanggung amat." Sambung pertanyaan Reno yang duduk dihadapan Arta. "Kangen adek lo." Balas Arta dan tersenyum bodoh.

"Gila lo," Heran Reno dan berbalik kembali memperhatikan Buk Rahma dengan rajin.

***

Seperti perkataan Arta pagi tadi, pria ini benar-benar mengamati Afra dari jauh. Sepulang sekolah, Arta duduk di atas motor yang berada di parkiran bersama Gilang nan Bagas. Disisi lain, ada Afra yang tampak mengobrol dengan Reno dan raut Afra cukup membuat Arta betah berlama-lama.

Tidak menyadari kehadirannya, Afra terlihat mengekor Reno menuju parkiran dengan tangan yang melindungi wajahnya dari terik matahari. Arta tersenyum saat langkah demi langkah Afra mendekat.

Saat Afra mendongak, sosok Arta adalah orang pertama yang Afra lihat dan itu cukup untuk membuat kaki Afra berhenti bergerak. "Mau kemana lo Ren?" Tanya Gilang saat Reno mengeluarkan motornya.

"Antar dia pulang."

Arta masih mengamati Afra dan hampir tertawa saat melihat raut wajah Afra yang berubah kesal saat melihat kehadirannya.

Terlalu malas untuk berlama-lama, Afra segera menaiki motor Reno dan menepuk punggung Reno untuk langsung menjalankan motornya.

"Ntar sore jangan lupa latihan." Ujar Bagas berteriak untuk mengingatkan.

Reno mengangguk mengiyakan dan segera menjalankan saat Afra mencubit pinggangnya karena terlalu lama. "Gue duluan," Teriak Reno menahan sakit.

"Beneran kapok Afra jumpa lo Arta."

Ujaran Bagas membuat Arta tertawa pelan. "Lo latihan kan?" Tanya Gilang saat Arta mengeluarkan motornya. "Mungkin agak telat." Sahut Arta dibalas anggukkan oleh Bagas dan Gilang.

***

Sesuai janji, Reno sudah pergi membawa tas kecil dan menyalakan motornya untuk pergi ke sekolah untuk latihan basket. Sedangkan Afra, berlari kelantai bawah mencoba berteriak menghentikan Reno yang sudah menghilang.

"Yahh, gimana nih," Bingung Afra dan mencoba menghubungi Reno.

Sore ini, Afra juga harus kembali ke sekolah untuk menjumpai Rania yang sudah berada disekolah sejak siang tadi. Tidak ada jawaban dari Reno, Afra membuka room chat dari Rania yang sudah mengirimnya begitu banyak pesan.

Rania Balqis

Lo udah sampek mana?

•Cepetan sini, Ali udah cariin

•Lo dimana woi

•Gue tinggal aja yaa? Ntar lo tunggu aja diruang OSIS, gue sama yang lain pergi ke sekolah lain dulu buat rapat.

Afra Anataya Grila
Okee, gue minta maaf.

Rania Balqis
Buat kali ini dimaafin.

Afra tersenyum membaca pesan Rania yang terakhir dan kembali menelfon Reno menyuruhnya untuk menjemput. Afra bisa saja memesan ojek online atau menyetop taksi yang melewati rumahnya jika Reno tidak menghabiskan uang didalam dompetnya.

Afra bisa saja meminta uang, jika mama dan ayahnya berada di rumah. Dan Afra tidak memiliki cara lain selain menelfon Reno tanpa henti.

Seketika, saat sibuk memakai polesan bedak, nama Arta melintas. Dengan ragu Afra mencari sebuah nomor asing yang pernah mengiriminya pesan.

"Apa gue harus minta bantuan Arta?" Bimbang Afra.

***

Its Over ? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang