Marry yang sejak tadi berjaga di dekat balkon, baru saja memberitahu Amelia jika Earl Of Rudland sudah kembali bersama para bujangan lain. Marry menatap Lady Amelia yang setengah berlari menuju balkoni. Mungkin Sang Lady butuh untuk memastikan dengan kepala sendiri apakah semua orang baik-baik saja. Sayangnya sesampainya di luar kamar, wajah Sang Lady hanya menampilkan raut kecewa.
"Aku harus melihat mereka, Marry." Kata Amelia sambil berbalik dan sudah siap untuk menghambur keluar; saat ia mendengar teriakan Nigel di depan kamarnya.
"Amelia!" Nigel mengetuk pintu kamar dengan terlalu keras. "Buka pintunya!" Permintaan tersebut diucapkan dengan nada mendesak. Membuat Amelia melirik khawatir ke arah Marry dan menggelengkan kepala dengan panik.
Beruntung Marry adalah pelayan pribadi yang dapat diandalkan. "Lady Amelia sedang berganti pakaian, My Lord," jawab Marry dari balik pintu sambil setengah menempelkan tubuh ke daun pintu tersebut. Bermaksud untuk menahan pintu; jika sewaktu-waktu sang Earl mendobrak masuk. Ya, meskipun kemungkinan tersebut amatlah kecil, tapi Amelia sangat bersyukur karena Miss Cheaver sangat penuh persiapan.
"Benarkah?" Nigel terdengar tidak percaya.
"Ya, My Lord. Saya minta maaf karena tidak bisa membukakan pintu untuk Anda."
"Sialan," Amelia dan Marry saling melirik saat mendengar Sang Earl mengumpat. "Marry?" Nigel memanggil Miss Cheaver hanya dengan nama depanny saja.
Membuat Marry dihadiahi tatapan bertanya dari Lady Amelia.
"Ya, My Lord," Marry menjawab dengan wajah yang masih memerah.
"Jika Adikku sudah selesai berganti pakaian. Bawa dia turun untuk menemuiku di ruang kerja!"
"Tapi aku masih lama," Lady Amelia akhirnya buka suara.
"Sepuluh menit, Amelia. Dan jika dalam sepuluh menit kau tidak muncul di ruang kerjaku," Nigel mengutarakan niatnya dengan nada tegas. "Maka kau harus segera kembali ke London malam ini juga."
"Nigel!"
Marry menahan diri untuk tidak tersenyum saat mendengar Sang Lady meneriaki kakaknya.
"Datang ke ruang kerjaku, atau kembali ke london pada tengah malam." Setelah mengatakan ancaman tersebut, Marry mendengar langkah kaki Sang Earl yang berjalan menjauh dari depan pintu. Lalu tanpa sadar ia sudah menghembuskan napas yang sejak tadi ditahannya. Perkataan terakhir Sang Earl terdengar tegas dan tidak dapat dibantah, membuat Marry merasa ngeri dengan apa yang sudah Sang Earl ketahui mengenai adiknya.
"Apa aku benar-benar harus datang?" Marry mendapat tatapan putus asa dari Lady Amelia. "Sepertinya Nigel sangat marah."
"Sebaiknya Anda segera menemui Sang Earl," Marry berkata sambil tersenyum meyakinkan. "Apapun yang sudah membuatnya marah, sebaiknya Anda menjelaskannya sendiri sebelum Sang Earl mendengarnya dari orang lain."
Tepat setelah Lady Amelia mendengar perkataannya barusan, Marry melihat gadis muda itu langsung menatap ke arah lain dengan pandangan khawatir, dan saat Marry akan melanjutkan nasehatnya, ia melihat Sang Lady sudah begidik dan membuat Marry menahan ucapan yang nyaris keluar. Ia harus menenangkan Lady Amelia agar mereka bisa menang saat harus menghadapi Earl Of Rudland yang sedang kesal.
Semoga kali ini Sang Earl tidak bersikap terlalu merepotkan.
Marry membatin dengan penuh harap.
🦋🦋🦋
Hai selamat pagi. Ngicil update ya walaupun sedikit-sedikit hehe
Thank you banget buat vote sama komennya juga, happy reading dan tenang next bab mereka akan berdebat wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing With A Stranger (Stranger's Series #4)
Ficción históricaNigel Bevelstoke atau Earl Of Rudland pernah merasakan jatuh cinta, ia hanya pernah jatuh cinta sekali seumur hidupnya. Cinta sepihak pada wanita asing yang ia temui di acara pesta topeng di pedesaan. Sekuat apapun ia berusaha untuk mencari wanita i...