Marry mengamati Lady Amelia yang—tampaknya—masih berusaha untuk mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan. Sang Lady sudah berdiri di depan pintu ruang kerja Sang Earl sejak lima menit uang lalu. Tapi sampai saat ini mereka masih berdiri di sana tanpa berani untuk mengetuk atau meraih gagang pintunya.
Pada akhirnya Marry harus mengambil inisiatif jika mereka semua tidak ingin melewatkan makan malam dan terus berdiri di sana.
"Masuklah," Marry berbisik di belakang Amelia.
"Marry! Kau mengejutkanku." Jelas Marry sudah mengejutkan Lady Amelia.
"Jangan terlalu lama berpikir," kata Marry sambil mengetuk pintu dan membuat Lady Amelia memberenggut karena kesal.
"Masuk!" Mereka mendengar sang Earl menjawab dengan tegas dari dalam sana.
Dengan sigap Marry membukakan pintu untuk Lady Amelia.
"Kau akan masuk bukan?" Lady Amelia bertanya sambil berusaha menarik Marry agar ikut bersama.
"Saya minta maaf, My Lady. Tapi ini bukanlah hal—"
"Kau bisa masuk, Miss Cheaver." Nigel berkata acuh saat memberikan Marry ijin untuk mendampingi Amelia di ruang kerjanya.
Lagi pula tujuan ia mencari gara-gara dengan adiknya; adalah agar ia bisa bertemu dengan Miss Cheaver lebih lama. Ia menunduk dan bersikap seolah tengah menatap berkas yang berserakan di meja. Namun hal tersebut hanya sebuha kamuflase untuk menyembunyikan seulas senyum di sudut bibir yang tidak dapat ditahannya.
"Ayo masuk!" Lady Amelia berkata dengan wajah sedikit lega, dan saat ini ia setengah menyeret Marry untuk duduk sedekat mungkin dengan dirinya.
"Amelia apa kau tahu kenapa aku memanggilmu kesini?" Nigel memulai dengan menanyakan hal tersebut.
Marry melihat Lady Amelia berusaha untuk terlihat tenang dan santai saat menjawab. Meskipun, Marry sangat yakin jika hal tersebut berbanding terbalik dengan detak jantung Sang Lady—yang seolah—meronta dan ingin keluar dari rongga dadanya.
"Saya minta maaf, My Lord. Karena tidak mengetahui apa tujuan dari pertemuan ini."
Lady Amelia menjawab perkataan Nigel dengan nada seformal mungkin. Dan hal tersebut membuat Nigel menatap adiknya tersebut dengan lekat. Untuk beberapa saat Nigel hanya terus menatap; dan hal tersebut membuat Ldy Amelia yang sejak tadi memalingkan pandangan ke arah lain, akhirnya berbalik dan membalas tatapan Kakaknya dengan sorot mata bertanya.
"Jika ada yang ingin kau katakan, Nigel," Lady Amelia sudah kembali menjadi sang Adik yang biasa dekat dengan kakaknya. "Sebaiknya kau segera memberitahuku," ia melanjutkan dengan sedikit kesal. "Percayalah, My Lord. Terus menatapku seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah apapun yang ada dalam pikiranmu."
Oh, adik Nigel yang penuh semangat itu telah kembali.
Marry menahan diri agar tidak tersenyum saat menontonnya. Dan pada saat yang sama ia melihat Sang Earl melirik ke arahnya. Lalu sengatan tak kasat mata itu terjadi kala pandangan mereka beradu pandang, cepat-cepat Marry menundukam wajah. Ia tidak ingin hatinya menjadi bubur jika berlama-lama bertatapan dengan Nigel Bevelstoke.
Nigel mengalihkan tatapannya dari Miss Cheaver, lalu tatapannya kembali beralih untuk menatap adiknya. Ia menghembuskan napas berat seolah dirinya tengah menghadapi sesuatu yang sulit; dan bukannya adik perempuan yang sudah berusia 20 tahun.
"Apa kau menyukai Laird Campbell?"
Nigel sengaja mengajukan pertanyaan tidak terduga tersebut. Ia melihat Amelia terkesiap secara terang-terangan. Sementara di sisi lain ekor matanya menangkan Miss Marry Marry melakukannya dengan lebih baik, Marry hanya sedikit mengeluarkan suara; meskipun mereka berdua tahu jika pertanyaan yang diajukan Nigel barusan adalah hal yang sangat mengejutkan.
"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu?" Lady Amelia menatap Nigel dengan tidak senang.
"Karena aku membutuhkan jawabanmu, Adikku tersayang," Nigel mengatakan hal terakhir dengan penuh penekanan.
"Jawaban untuk apa?"
"Untuk memastikan apakah aku mengambil keputusan yang benar atau salah, jika aku berniat menikahkan dirimu dengan laki-laki dari Skotlandia itu."
"Apa?!" Amelia berdiri dari tempat duduknya. "Kenapa kau berpikir untuk mengambil keputusan seperti ini?"
"Kenapa kau begitu terkejut?" Nigel sudah setengah berdiri dan setengah duduk. Sungguh posisi yang canggung dan aneh untuk dilakukan oleh seorang bangsawan berpendidikan.
Sialan.
"Berdirilah, Miss Cheaver!" Perintah Nigel kepala Marry. Setelah pelayan pribadi Amelia itu menuruti perintahnya, Nigel melemparkan tatapan memperingatkan kepada Amelia saat adiknya itu menahan tawa.
Amelia pasti menertawakan posisi berdirinya yang aneh. Dasar Amelia kurang ajar!
Ia melirik Marry sekilas. Dan matanya menangkan sekilas senyuman di wajah cantik itu.
Oh Marry. Seandainya adikku tidak membuat masalah. Aku pasti sudah berduaan denganmu.
Pikiran Nigel berkelan kemana-mana.
Saat ini Nigel sudah berdiri tegak, dan menatap dua gadis muda yang berdiri di sebrangnya dengan tatapan gusar. Seorang gentleman atau bangsawan pria diharuskan berdiri jika ada seorang Lady atau perempuan berdiri di hadapannya. Dan ia tidak diperkenankan untuk duduk kembali jika sang Lady tetap berdiri. Para gentleman atau para pria baru diperbolehkan duduk kembali jika sang lady sudah kembali duduk atau sudah meninggalkan ruangan.
"Aku kira kau akan menepati janjimu." Lady Amelia kembali menyahut.
"Janji yang mana?" Nigel bertanya sambil menaikan sebelah alis.
"Kau sudah berjanji jika aku bisa memilih calon suamiku sendiri!"
"Benarkah?"
"Ya!"
"Lalu bagaimana dengan fakta bahwa kau sudah membiarkan Laird dari Skotlandia itu melihatmu hanya dalam balutan pakaian dalam?" Nigel mengucapkan setiap kata dengan lambat dan penuh kehati-hatian.
"Apa?" Amelia tidak sadar jika ia baru saja menghempas tubuh ke atas kursi dengan tidak anggun. "Apa yang kau katakan, Nigel?" Ia tidak sadar jika Marry sudah ada di sampingnya dan tengah mengusap punggungnya untuk menenangkan.
"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang sudah kau lakukan dengan laki-laki itu, Amelia?"
Nigel juga sudah kembali duduk.
Sementara Marry menatap Lady Amelia dengan pandangan kasihan bercampur khawatir. Marry snagat yakin jika Sang Lady pasti sangat terkejut mendengar perkataan kakaknya barusan. Karena saat ini Lady Amelia hanya menatap kakaknya sambil berusaha untuk menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan.
Sementara Marry menatap Nigel dengan pandangan kesal dan setengah menegur. Tidak seharusnya Nigel bicara secara terang-terangan dan sembrono seperti barusan.
Tapi tampaknya Sang Earl tidak merasa bersalah atau menyesal karena sudah mengejutkan adiknya. Karena saat ini Nigel malah menatap Marry dengan intens sambil mengatakan sesuatu tanpa bersuara. Hanya gerakan bibir saja, tapi Marry masih bisa memahaminya.
'Aku ingin memilikimu.'
Oh, Jantungku!
Marry balas menatap sambil memberenggut dengan kesal.
🌺🌺🌺
Hai, hai, hai. Good morning everyone. Hayo mumpung masih dalam suasana hari kasih sayang. Marry kita ikut andil dalam perdebatan mereka wkwk.
Happy reading dan semoga suka ya 🤗🥰💝
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing With A Stranger (Stranger's Series #4)
Ficción históricaNigel Bevelstoke atau Earl Of Rudland pernah merasakan jatuh cinta, ia hanya pernah jatuh cinta sekali seumur hidupnya. Cinta sepihak pada wanita asing yang ia temui di acara pesta topeng di pedesaan. Sekuat apapun ia berusaha untuk mencari wanita i...