No copas! Hargai sesama penulis
Halo my readers kali ini author kembali menulis cerita nih. Jangan lupa vote dan komennya ya😊Shafa terdiam memperhatikan suasana di depannya. Alif sedang memainkan tanah, tangannya sibuk menggumpal tanah itu seperti bentuk kue. Pemandangan yang membuat Shafa terenyuh.
"Seharusnya kamu tak begini nak," pikirnya kasihan melihat nasib anaknya itu. Hidup sebagai orang tua single parents amatlah tak mudah, dan itu yang ia alami sendiri. Tanpa sadar, air bergulir jatuh membasahi pipinya. Dengan cepat ia menghapusnya, ia tak ingin melihat Alif bersedih melihat ibunya menangis. Menjadi janda dengan umur yg sangat muda yakni dua puluh tiga tahun. Membuatnya terbebani, di umur yang masih muda, ia harus mengemban tugas yang amat berat. Membesarkan Alif sendirian tanpa hadirnya seorang ayah di sisinya. Perceraiannya tahun lalu telah membuat luka yang amat mendalam baginya. Ia cukup trauma untuk menjalin cinta lagi dengan pria manapun. Shafa sungguh takut kasih sayangnya akan terbagi dua, mengingat Alif usianya menginjak empat tahun yang membutuhkan kasih sayang amat besar.
"Kamu gak mau berangkat Shafa?" tukas ibu menyiapkan rantang yang berisi nasi dan lauk pauk yang dipegangnya ke tangan anak perempuannya. Ia bersedih melihat Shafa anak kesayangannya itu harus pergi. Shafa memang harus bekerja. Ia sebagai buruh pabrik di luar kota memang hanya pulang sebulan sekali. Hanya ingin melihat keadaan keluarganya, melihat ibu dan Alif baik-baik saja. Shafa menatap Hamidah yang berkaca - kaca menatapnya. Dengan cepat ia memeluk ibunya. Shafa merasa nyaman dipelukan wanita yang telah melahirkannya, tangannya memeluk badan Hamidah dengan erat. Seakan tak ingin melepaskan rasa nyaman dan tenang dalam pelukan perempuan paruh baya didepannya. Ia menangis tersedu.
"Maaf ya bu," lirih Shafa menatap manik hitam milik ibunya. Matanya berkaca - kaca melihat keriput di wajah tua sang ibu. Di umur yang tidak lagi muda, Shafa merasa bersalah telah membebani Hamidah. Hal yang membuat Shafa merasa tak enak hati adalah ketika di umur yang sudah dewasa ia belum membahagiakan ibu yang telah melahirkannya itu.
"Ibu sudah cukup senang kamu disini walau satu hari," ucap Hamidah menahan tangis.
"Terima kasih bu," ucap Shafa mulai terisak. Ia sungguh merasa berdosa menitipkan Alif pada ibu. Sejujurnya ia ingin mengasuh Alif sendiri. Tapi kesibukan pekerjaanlah yang membuatnya menitipkan anak semata wayangnya itu pada ibunya.
"Semoga kamu sehat selalu," balas Hamidah melepaskan pelukan anaknya itu. Ia kasihan. Sejujurnya gadis se usia Shafa tak harus begini. Menjadi janda muda dan biaya hidup untuk ibu yang punya anak amatlah tak murah. Harus benar - benar amat teliti dalam keuangan dan pengeluaran agar tak cepat habis. Shafa beranjak meninggalkan Rumah setelah berpamitan pada ibunya dan Alif.
-
-
-
Keesokan harinya
Saat berada di dalam pabrik
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you Shafa (On Going)
RandomBagi siapapun yang mengcopy paste isi seluruhnya atau sebagian dari cerita ini. Demi Allah aku gak ikhlas dunia akhirat, jadilah penulis yang hebat dengan mengarang sendiri, bukan dari hasil mencuri! Mohon untuk tidak copy paste!! Hargai sesama penu...