Bagian 3 : Batu Shiren dan identitas asli Elysen

252 170 162
                                    

- Degen

Dai, pangeran Shiren. Baru kali ini ia menggunakan kaki. Sekarang, ia tengah menggendong Elysen yang masih pingsan.

Beberapa saat setelah berjalan dari pantai, Dai tiba di sebuah desa. Desa tempat Elysen tinggal.

"Kita sudah sampai, Ely, bangunlah," ucap Dai yang terus menggoyangkan tubuh Ely. Tetapi hasilya nihil, nyatanya Elysen tak bergerak sama sekali.

"Ayolah, Ely, aku tak tahu harus mengantarmu kemana," Dai mengacak-acak rambutnya. Ia memikirkan bagaimana cara untuk mengantarkan Elysen ke rumahnya.

Namun disela kegundahannya, ia dikejutkan dengan seorang anak laki-laki yang muncul dari balik semak-semak.
Anak kecil itu nampak kaget melihat Dai, ditambah lagi ketika ekor matanya beralih pada Elysen yang pingsan di samping Dai.

"Ha, i-itu kak Elysen!" pekiknya dengan tubuh yang gemetar.

Dai langsung reflek ketika mendapati teriakan anak kecil itu, "Hey, kau jangan berisik!" ucapnya garang.

Anak kecil itu tersentak diam. Dai menginstruksikan agar ia duduk di sampingnya. Dengan rasa takut yang masih menyelimuti, ia duduk perlahan dan tak hentinya memandangi Elysen yang masih pingsan.

"Kamu siapa? Dan kak Ely kenapa?" tanya anak itu.

Dai tak bergedik sedikitpun. Ia melipat kedua tangannya dan menatap lekat anak kecil di sampingnya.

"Kau mengenal Elysen?" Dai buka suara.

"Ya, tentu! Dia anak Paman El," anak itu menjelaskan. Dai tersenyum miring,
"Maukah kau menolongku anak kecil?"

Anak laki-laki itu terdiam, ia tak paham maksud perkataan lawan bicaranya. Akan tetapi, Dai menceritakan kisah bagaimana Ely bisa bersmanya, walaupun tentunya itu adalah cerita bohong.

"Baiklah! Ayo kita lewat sini, jalan ini langsung terhubung dengan rumah Paman El," anak itu menuntun Dai yang sudah kembali menggendong Ely.

Mereka bertiga melewati semak-semak belukar yang melingkar sepanjang desa. Dai menghela nafasnya lega, untung saja ia bertemu dengan anak itu.

Dai bisa saja menanyakan kepada penduduk desa, namun ia menghindari pertanyaan yang akan dilontarkan padanya saat penduduk melihat ia menggendong Ely yang tak sadarkan diri.

                               🧙🏻‍♀️🧙🏻‍♀️🧙🏻‍♀️

"Kita sudah sampai!" anak itu melompat sambil mengankat tanganya menunjuk sebuah rumah.

"Terima kasih, kau sangat membantu," Dai tersenyum tipis. Anak itu kemudian berlalu pergi meninggalkan keduanya. Tanpa menunggu, Dai berjalan menuju rumah keluarga Elysen.

Beberapa langkah lagi saat Dai sampai di depan pintu masuk, sosok laki-laki paruh baya keluar dari daun pintu. Matanya bertatapan langsung dengan Dai.

Dai sedikit gugup. Namun, ia tetap melangkah menghampiri lelaki itu, yang ia rasa adalah orang tua Elysen.

Lelaki paruh baya itu menatap Dai lekat, ditambah melihat anak gadisnya yang tengah berada di gendongannya.

"Silahkan masuk," ucap lelaki itu ketus. Elmon Yasfiel, ayah Elysen.

Dai masuk ke dalam, membaringkan Elysen dan menutupinya dengan selimut. Setelah usai, ia lekas bergabung dengan Elmon yang tengah duduk menunggu penjelasannya di luar.

"Siapa kau?" Elmon langsung menyambarnya dengan pertanyaan. Dai sedikit gugup, karena aura yang dipancarkan Elmon sedikit tak bersahabat.

"Saya Degen, Degen Shafier."

Elysen & The Old StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang