Aku merasakan perlahan kesedihan menghampiriku. Beberapa jam usai keberangkatan kami meninggalkan Moafa, rinduku kembali menyerbu akan ayah.
___
Kecepatan kudaku perlahan menurun, lamunanku membuat Dai sadar ada hal yang aneh padaku.
"Kau baik-baik saja Ely?" Dai buka suara, namun fokusnya masih tepat menatap jalanan.
Aku mengangguk. Tak mau Dai khawatir. Dengan menstabilkan rasa yang berkecamuk, aku kembali meselaraskan fokusku.Darfin yang memimpin perjalanan, tiba-tiba menghentikan kudanya. Dai yang berada tidak jauh hampir saja menambrak belakang kuda yang ditunggangi oleh Darfin.
"Ck! Bisakah kau tidak berhenti tiba-tiba?" Dai memasang raut tak senang. Sedangkan Darfin hanya terkekeh. Tidak menanggapi perkataan Dai.
"Kenapa berhenti Darf?" aku menanyakan."Kita tiba di pintu masuk Nosweil. Elf penempa tongkat sihir berada di tengah-tengah hutan," Darfin turun dari kudanya, disusul oleh Dai yang melakukan hal yang sama. Begitupun aku.
"Kita tak dapat menunggangi kuda, hutan ini tidak bisa dimasuki oleh binatang luar." Darfin menjelaskan, tangannya sibuk membuat simpul jerat untuk kudanya.
"Kenapa tidak bisa?" tanyaku heran.
Kali ini Dai yang buka suara, ia mentapku sambil melipat tangannya, dan aku menduga dia akan menyemprotku karena tidak tahu hal yang kutanyakan.
"Ely, hutan Nosweil banyak tanaman sihir. Yang langsung bisa mendeteksi makhluk asing yang berasal dari luar."
"Ja-jadi kita bagaimana?" aku sedikit ngeri dengan penjelasan Dai.
"Kita akan melewati jalur perairan mereka Ely, menggunakan ini," Dai mengeluarkan sesuatu dari kantongnya..
"Apa itu?" tanyaku.Darfin mendekat, tertarik dengan kantong yang dibawa Dai. "Ini serbuk ganggang kerajaan, kita bisa bernafas di dalam air jika menggunakan ini."
Aku mengangkat alisku lantaran tak percaya. Berapa banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia yang aku huni ini?
"Ayo langsung saja, kita tidak punya banyak waktu," Darfin menatap aku dan Dai bergantian. Aku mengangguk pelan. Berjalan mengikuti Darfin. Aku sedikit was-wasan.
***
Setibanya di hulu sungai di dalam hutan, aku memakan serbuk yang diberikan oleh Dai. Tanpa menunggu waktu lagi,kami bertiga segera menceburkan diri ke dalam sungai.
"Ely, jangan jauh-jauh dariku." Darfin melirik kearahku yang berada tak jauh darinya. Ya, aku mahir berenang. Dalam hati aku berkata, Darfin selalu saja mengkhawatirkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elysen & The Old Story
FantasyEWQOBIA SERIES 1 : Elysen, baru mengetahui identitasnya sebagai penyihir kala ia diserang oleh Zilzana di perairan kekuasaan Shiren. Kekuaasan Harryqouba, penguasa negeri tempat Elysen berada, membuat hukum yang harus membuat Elysen beserta dua rek...