Bagian 11 : Pengendali Alam (1)

61 53 80
                                    

Jangan lupa vote dan coment ya

Robreat Row••• Aku dan Dai sudah selesai dengan makanan kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Robreat Row
•••
Aku dan Dai sudah selesai dengan makanan kami. Tenagaku sudah perlahan terisi kembali, begitupun dengan Dai.

"Degen," panggilku seperti berbisik. Dai menoleh dan mendekatkan daun telinganya, "ada apa?" jawabnya.

Aku memperhatikan keadaan sekitar, memastikan semuanya aman. "Jika kita ingin menyelamatkan Darfin, kurasa kita harus memikirkan rencana yang matang. Penjara Bascal bukan penjara biasa, penjagaannya ketat!" ujarku.

Dai mengangguk takzim. Ia tampak berfikir keras, kerutan di dahinya menandakan Shiren itu sedang fokus. "Ely, bagaimana kalau kita putar rencana?" ucapnya setelah beberapa saat.

Aku sedikit bingung dengan apa yang dibicarakan Dai. "Apa maksudmu?" tanyaku.

"Aku rasa akan sangat susah jika kita langsung pergi ke Bascal. Bagaimana jika kita menyerahkan laporan ke pengadilan? Dengan itu, pihak berwajib mengatahui kalau Zilzana menggunakan kekuatannya asal!"

Aku tampak berfikir sejenak, ucapan Dai ada benarnya. "Kau benar, pertanyaannya, siapa yang akan membuat laporan ke pengadilan?"

Dai menyunggingkan bibirnya. "Kau sedang bersama bangsawan di sini, Elysen," jawabnya.

Aku hanya terkekeh mendengar ucapannya. "Baiklah, ayo kita buat!" sahutku.

Dai mengangguk. "Kita pergi ke perpustakaan kota, kita akan mendapatkan stempel untuk membuat laporan di sana," Dai dan aku segera beranjak dari tempat kami.

Aku mengeluarkan beberapa uang dari saku jubahku, berjalan menuju seorang wanita tua yang merupakan pemilik warung. "Terima kasih atas makanannya, Nyonya," ucapku sambil tersenyum.

Wanita tua itu tersenyum balik, ia mengambil beberapa koin dari telapak tanganku. "Terima kasih, Miss Carsalor."

Aku yang hendak berbalik, seketika terhenti kala mendengar ucapan yang dilontarkan wanita tua itu.

Dai yang juga mendengar, hanya bisa menatap heran dan berbisik. "Jangan gegabah, Ely!"

"Siapa yang kau maksud, Nyonya?" tanyaku mencoba menyembunyikan identitas asli.

"Ah! Tentu kau, Miss," jawabnya cepat.

Bagaimana dia tahu? Ah! Kurasa ramuan gingseng ini sudah habis efeknya. Batinku

Dai maju selangkah di depanku, matanya menatap tajam wanita tua yang ada di depan kami. "Siapa kau?" sergahnya.

Aku sontak memegangi lengan lelaki yang ada di depanku. "Apa yang kau lakukan?" bisikku.

Elysen & The Old StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang