Bagian 22 : Misi dimulai!

39 7 5
                                    

~~~~Semuanya sudah siap dengan perlengkapan mereka masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~~
Semuanya sudah siap dengan perlengkapan mereka masing-masing. Setelah perbincangan hari kemarin, kami memutuskan untuk pergi ke Bascal dengan menyamar seperti yang pernah kami lakukan saat menyelamatkan ibu.

Flashback On

Setelah usai makan malam, aku dan teman-temanku berkumpul di sebuah ruangan untuk membicarakan misi.

Garan, Hoke dan Gloria ternyata adalah sahabat dekat. Hal itu cukup membuat aku, Dai dan Darfin sedikit kaget.

"Apa rencana kita?" ucap Gloria membuka pembicaraan.

Tanpa menunggu apapun, Dai langsung menanggapi dan menjelaskan rencana yang sudah disusunnya dengan rapi selama aku pergi.

Dai menjelaskan kalau kami akan memasuki tempat Zilzana. Di mana kami harus berpencar menjadi dua kelompok agar tidak membuat penjaga yang lain curiga jika kami bersama.

Dai mengatakan kalau Zilzana adalah tipe penyihir dengan element api sebagaimana tertera di buku besar milik ibuku. Sumber kekuatan Noicnya berada di telapak tangannya. Sehingga harus berhati-hati ketika mendekatinya secara langsung.

Cara terampuh menghadapinya adalah tetap menjaga jarak, dan menggunakan element yang bertolak keras dengan element yang dimilikinya, yakni element tanah. Hal itu Dai dasarkan ketika melihat langsung pertarunganku dengan Zilzana ketika di Bascal tempo lalu.

Semuanya mengangguk mengerti akan rencana Dai. Dan dengan usulan dari ibu dan Master Megafor, untuk memasuki wilayah Zilzana kami harus tetap pergi melalui jalur bawah tanah.

Flashback off

"Semuanya sudah siap?" tanyaku sambil menatap teman-temanku bergantian.

Semua tampak mengangguk dan mengacungkan ibu jari masing-masing. Setelah kurasa waktunya kami harus berangkat, aku berjalan menghampiri dua wanita paruh baya yang kini sedang menatap hangat ke arahku.

Aku membenamkan diri di pelukan mereka sejenak, "Ely, pengendalianmu memang belum sempurna. Tapi, aku yakin kau mampu mengalahkannya!" ujar Master Megafor, teman ibuku sekaligus guru pengendalianku.

Aku tersenyum simpul menanggapi perkataannya. Kemudian, beralih pada ibu yang sudah meneteskan air matanya. "Kenapa ibu menangis? Aku akan baik-baik saja," ucapku sambil memeluknya perlahan. Mencoba menghibur ibu.

Mendengar ucapanku, ibu tersenyum dan memelukku semakin erat. "Kau harus selamat, Nak." bisiknya.

Mendengar itupun, aku merenggangkan pelukan kami dan menatap lamat ibu. "Tentu saja, karena aku puteri dari seorang Noic legendaris!" sahutku.

Mendengar ucapanku, ibu kembali tersenyum dan mengecup puncak kepalaku lembut.

Setelah itu, aku dan yang lainnya bergegas memakai jubah hitam serupa dengan orang-orang yang berada di Penjara Bascal.

Elysen & The Old StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang