Bagian 13 : Harapan

48 26 49
                                    


Jangan lupa vote dan coment
-Author Gemush

"Tidak! Aku sudah berjanji akan keluar bersamamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak! Aku sudah berjanji akan keluar bersamamu. Jika aku keluar seorang diri, aku tak pantas menyebut diriku sebagai seorang laki-laki."

Penjara Bascal
•••
Darfin masih berfikir keras, peluh di dahinya mulai bercucuran. Lelaki bersurai hitam itu masih berusaha mencari cara agar bisa keluar dari jeruji besi yang mengurungnya.

Hanya saja, hampir tiga jam berkutik mencari jalan keluar, dirinya sama sekali tak menemukan celah. Dan hal yang terburuk, Zilzana mengambil pedang miliknya.

Jika saja Zilzana tidak mengambil pedang miliknya, Darfin mungkin saja bisa memotong besi-besi yang mengurungnya.

Pedang itu tentu bukan pedang biasa. Pedang asli dataran Moafa pemberian kakek buyutnya.

"Ah! Kurasa aku takkan bisa keluar dari sini," ucapnya sambil mengusap wajahnya kasar.

Di sela kegundahannya, Darfin melirik ke arah Marry yang bersandar di dinding. Dirinya merasa kasihan dengan kondisinya yang sangat memilukan.

Menyadari dirinya sedang dipandangi, Marry membalas tatapan yang dilontarkan Darfin. "Ada yang ingin kau sampaikan, Nak?" tanyanya.

"Aku tak bisa membayangkan, bagaimana reaksi Ely jika tahu kau masih hidup," jawab Darfin.

Marry hanya terdiam, matanya menatap luar jeruji dengan sayu. "Aku tak tahu, Nak. Aku rasa, aku tidak akan lagi pernah melihat gadis kecilku itu," ucap Marry dengan napas tersenggal.

Darfin tersentak, sedikit tak paham dengan apa yang dikatakan Marry. "Apa maksudmu, Nyonya?" tanyanya bingung.

"Dua hari lagi, aku akan dieksekusi mati, Nak," ucap Marry lirih seperti berbisik.

"A-apa?" Darfin terkejut bukan main ketika mendengar ucapan Marry.

"Ta-tapi, kenapa?" tanyanya gelagapan.

"Aku tak tahu, Nak. Yang kutahu, hukumanku adalah penjara seumur hidup. Hanya saja, Zilzana memutuskan hal ini, dua minggu yang lalu!" jawab Marry.

Darfin seketika merasa dirinya tak bisa hanya berdiam diri. Pemuda itu kini tengah berjalan mondar-mandir mencari jalan keluar.

Marry yang melihat tingkah Darfin, seketika menyunggingkan bibirnya. "Nak, jika kau tidak keberatan, maukah kau menyampaikan pesanku kepada Elysen?"

Darfin menghentikan aktifitasnya, kini ia menoleh ke arah Marry. "Katakan, Nyonya," sahutnya.

"Aku yakin cepat atau lambat kau akan keluar dari sini, Nak. Jika kau bertemu kembali dengan Elysen, kuharap kau bisa menyampaikan pesanku ini," Darfin mengangguk pelan mendengar ucapan Marry. Kini, ia kembali duduk.

Elysen & The Old StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang