Bagian 12 : Pengendali Alam (2)

76 41 100
                                    

"Menyatulah dengan angin, dan rasakan hembusan nafas panas layaknya api, bawalah tubuhmu mengalir bagai air,lalu hentakkan jiwamu menembus tanah"
-Master Megafor

"Menyatulah dengan angin, dan rasakan hembusan nafas panas layaknya api, bawalah tubuhmu mengalir bagai air,lalu  hentakkan jiwamu menembus tanah"-Master Megafor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Robreat Row
•••
"Aku tahu siapa kau!" sergahku.

Dai hanya menoleh, tak paham dengan apa yang sedang aku ucapkan. Hanya saja, wanita tua yang berdiri di antara kami, kini sedang menyunggingkan bibirnya.

"Gwillhafa pernah menyebutkan namamu saat aku sedang berada di Nosweil," lanjutku.

Seketika Megafor melirik sekilas ke arahku. "Ah, elf itu masih berada di sana?" tanyanya.

Aku mengangguk mengiyakan. "Kau mengenal Gwill?" tanyaku.

Megafor mengangguk pelan. Kini wanita tua itu berjalan menjauh dari aku dan Dai.

Seketika ia behenti di tengah-tengah lapangan luas. Perlahan tampak ia menekuk kedua kakinya dan kedua tangannya mengepal menyamping di pinggangnya.

Aku dan Dai sempat saling tatap. Menunggu apa yang akan dilakukan oleh Megafor.

Matanya kemudian tampak terpejam, satu telapak kaki di angkat dan dihentakkannya ke tanah dengan keras.

Tangannya yang tadinya mengepal kini bergerak membelah angin yang menerpa. Dan seketika, angin kencang dan getaran bumi sukses membuat aku dan Dai terjatuh.

"Wo-wow!" ucap Dai kaget dengan apa yang baru saja terjadi.

Aku langsung beranjak, berlari menghambur ke arah Megafor yang sekarang ini sudah berhenti dari aktifitasnya tadi.

"Kau luar biasa, Master!" pujiku sambil menatap berbinar.

Megafor hanya tersenyum, kini wanita tua itu mengajakku duduk di depan rumah kayu. "Katakan padaku, kau sudah menguasai elementmu sejauh mana?" tanyanya.

Aku hanya menggaruk belakang telingaku ketika mendengar pertanyaannya. "Em, sebenarnya aku baru saja mengetahui kalau aku menguasai tiga element, Master."

Megafor terkekeh, wanita tua itu menepuk pundakku kuat. "Haha! Kurasa aku harus mengajarimu dari nol, Nak," ucapnya.

Aku meringis kala ia menepuk pundakku kuat. Hanya saja, tiba-tiba terlintas sebuah pertanyaan di kepalaku. "Master, kau seorang Noic?" tanyaku, "lalu, bagaimana dengan rekanmu yang lain?"

Megafor tanpak mengerenyitkan dahinya kala mendengar ucapanku. Ia mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu. "Kau ingin mengetahui apa, Nak?" tanyanya.

"Semua yang tak kuketahui, Master," jawabku cepat.

Megafor tampak menimbang. Dan finalnya, ia mengangguk sambil mengangkat sebelah alisnya yang sudah perlahan memutih. "Kurasa, Gwillhafa sudah memberi tahumu, jika dua di antara kami sudah meninggal?" tanyanya.

Elysen & The Old StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang