Bagian 9 : Zilzana Kembali!

99 59 105
                                    

Jangan lupa vote dan comen ya kalau kalian suka
-author cute

Jangan lupa vote dan comen ya kalau kalian suka -author cute

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sudah mengemasi barang-barangku. Tak lupa tongkat sihir yang dibuat Gwill untukku kuletakkan di saku jubahku.

Dai dan Darfin kulihat sudah usai berkemas.

"Bagaimana barang-barangmu, Ely?" tanya Dai dengan raut wajahnya yang datar.

Aku mengangguk, "Aku sudah siap. Di mana Gwill?"tanyaku balik.

Dai tak menjawab, ia hanya menunjuk kearah luar dengan jari telunjuknya. "Dia menunggu kita di luar," balas Darfin.

"Baiklah, ayo kita berangkat!"

***

Gwill tampak sedang mengelus-elus salah satu kuda yang ada. Ya, itu kuda pemberian Ratu Grehana. Kami bertiga meghampirinya di pinggir sungai.

"Gwill," panggilku sambil tersenyum.

Gwill menoleh, sedangkan Dai dan Darfin langsung menghampiri kuda-kuda itu. "Ah, Ely. Kalian sudah selesai?" tanyanya.

Aku mengagguk, "Kurasa kita akan berpisah, Ely," Gwill menatap sendu. Aku yang mendengar penuturan Gwill sedikit terbawa suasana.

Aku memeluk tubuh Elf yang ada di depanku. Kurasa, aku seperti mempunyai Ibu sendiri. "Aku akan menemuimu lagi, Gwill. Terima kasih atas segalanya,"ucapku dengan tulus.

Gwill membalas pelukanku semakin erat. "Hati-hati,Ely. Perjalananmu berbahaya, Kau harus pulang dengan selamat."

Aku melonggarkan pelukanku, menghapus bulir air mata yang jatuh dari pelupuk mata Gwill.

"Tak perlu khawatir Gwill. Kami akan menjaga Ely,"ucap Dai mendekat.

"Ya,benar. Kami akan menjaganya," Darfin juga mendekat ke arah kami.

Aku tersenyum kearah kedua laki-laki itu. Begitupun Gwill. "Aku percaya pada kalian, pergilah. Supaya tak memakan waktu lama."

Aku dan lainnya serentak mengangguk. Kami bergegas menghampiri dan naik ke atas kuda masing-masing. "Lewati jalan utara Degen. Supaya kalian tak diserang tumbuhan-tumbuhan pemakan itu,"ucap Gwill yang dibalas anggukan oleh Dai.

Kami memacu kuda masing-masing. Tak lupa melambaikan tangan pada Gwill yang masih setia menatapi punggung kami yang perlahan mulai menghilang di telan jarak.
🧚🏻‍♀️🧚🏻‍♀️🧚🏻‍♀️
Matahari perlahan naik ke atas puncak singasananya, beriringan dengan alunan langkah kuda yang kami pacu. Usai meninggalkan gua, kini tibalah kami di perbatasan Heelmon dan Nosweil. Perbatasan antara negeri para Elf dan Demon.

"Semuanya berhenti!" ucap Dai tiba-tiba. Aku dan Darfin sontak menghentikan kuda kami dan menoleh.

"Ada apa, Dai?"tanyaku heran.

Elysen & The Old StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang