Bagian 21 : Kembali

32 7 12
                                    

~~~Setelah kecanggungan yang terjadi di halaman padepokan Master Megafor, aku segera mengajak semuanya untuk beralih ke dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~
Setelah kecanggungan yang terjadi di halaman padepokan Master Megafor, aku segera mengajak semuanya untuk beralih ke dalam rumah.

Garan yang tak berbicara dan hanya sibuk menyeruput teh miliknya, membuat Degen yang sedari tadi menatapnya pun buka suara. "Hei, kenapa kau bisa bersama Elysen?" ketusnya.

Mendengar itupun, Garan menoleh dan hanya menyeringai dan tak menjawab. Tentunya melihat perlakuan demikian, Dai sedikit berdecak sebal.

"Elysen, sebaiknya kau jelaskan ini dulu," bisik Darfin tiba-tiba tepat di samping telingaku.

Dan Darfin ada benarnya, kurasa orang-orang yang ada di dalam ruangan sekarang ini sedang bertanya-tanya kenapa seorang pangeran kerajaan musuh bisa berada di tengah-tengah mereka.

"Baiklah, semuanya dengarkan aku. Aku tak sengaja bertemu dengannya di perbatasan. Ia memutuskan untuk pergi bersamaku," jelasku.

"Kenapa kau ingin membantu kami? Bukannya kau orang jahat? Ah! Jangan-jangan kau berencana menusuk kami dari belakang!" celetus Dai cepat setelah aku usai menjelaskan.

Mendengar penuturannya, sontak kami semua terkejut dan menatapnya heran. Tak terkecuali Garan, laki-laki bertato di dahi itu kini berhenti menyeruput tehnya dan balik membalas perkataan Dai.

"Aku seorang pangeran, begitupun kau. Aku rasa jika kau tak membenahi perkataanmu itu, bisa membuat kedua bela pihak kerajaan berperang," jawab Garan dengan datarnya.

"Hah?" ucap Dai tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Garan masih menatap Dai lekat, tak ada seringai atau apapun di wajahnya saat ini. "Aku berbeda dengan ayahku yang menutup diri dari dunia luar. Aku tentu saja aku, tak ada satu orangpun yang bisa mencampuri keputusanku ataupun meragukan perkataanku. Seharusnya itu cukup menjawab keresahanmu, Pangeran Degen Shafier."

Mendengar perkataannya, aku dan lainnya saling tatap bergantian. Sedangkan Dai, ia tampak menahan kesal karena perkataan Garan.

Hanya saja, ekor mataku seketika menangkap sosok ibu yang sedari tadi menatap Garan. Matanya mengarah dengan tatapan yang sendu dan berkaca-kaca pada laki-laki bejubah itu.

Aku hendak menegur dan menanyakan ibu, hanya saja, lagi-lagi Darfin berbisik di telingaku dan berkata aku jangan dulu memperkeruh suasana.

"Baiklah, kalau begitu Garan resmi akan membantu kita untuk mengalahkan Zilzana. Walaupun anggota kita kurang dua, karena waktu yang tak memungkinkan untuk mencari rekan lagi. Kita terpaksa harus berangkat berempat!" ucapku dan diangguki oleh Darfin dan Garan. Namun, tidak untuk Dai.

Elysen & The Old StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang