Jangan lupa Vote dan Coment! :)
Keesokan harinya, aku terbangun lebih awal mendahului Dai dan Darfin. Kulihat, kedua lelaki itu masih berlabuh di mimpi mereka masing-masing.
Sejak Gwill pergi untuk membuat tongkat sihirku, ia belum pernah menampakkan diri lagi. Dan saat ini hari sudah pagi.
Aku memutuskan untuk menghirup udara segar di luar. Namun, niatku luntur ketika mengingat ada air terjun yang membatasi, aku bisa jadi basah kuyup.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi menemui Gwill. Kurasa waktu semalaman sudah cukup untuknya membuat tongkatku.
Aku menyelusuri jalanan gua. Hingga sampailah aku ke penghujung gua, kudapati sebuah pintu yang terbuat dari batu. "Kurasa Gwill ada di dalam," kataku.
Tuk..tuk
Ketukan pintu dariku membuat yang di seberangnya membukakan. "Oh, Ely. Masuklah," aku berjalan masuk mengikuti Gwill.
Matakau tak henti-hentinya memandangi wajah Elf itu, dibandingkan kulitku yang sudah terbilang putih, kulitnya lebih putih.
"Aku sudah menyelesaikan tongkatmu Ely. Dan beberapa saat lagi, itu sudah bisa kau gunakan," Gwill memberikan sebuah kotak persegi padaku.
"Terima kasih Gwill, berapa aku harus membayar?"aku mengeluarkan kantong hitam usangku dari saku celana. Berniat untuk memberikan sejumlah uang atas jasa yang telah Gwill lakukan.
Namun, Gwill menggelang keras. "Tak perlu Ely,ini tidak seberapa. Anggap lah ini caraku untuk berterima kasih pada Marry." aku tertegun sejenak, "Kenapa ibuku Gwill? Apa yang ia lakukan untukmu?" Gwill beranjak dari duduknya, sekarang ia beralih duduk di sampingku.
"Aku tahu kau bingung Ely. Namun, Marry adalah sahabatku. Ia menyelamatkanku dari Zilzana yang ingin memenjarakanku di Bascal," Gwill tampak menerawang jauh. Matanya sayu kala bercerita.
Namun, hatiku kembali tersentak kala mendengar nama Zilzana. "Kau pernah akan dibawa ke Bascal?" tanyaku lantaran tak percaya.
Benarkah Elf yang baik hati ini adalah seorang mantan penjahat? batinku.
"Ya,Ely. Ceritanya panjang." Gwill menghela nafas.
Kuberanikan menggengam erat tangannya, ingin sekali tahu apa yang terjadi antara Gwill dan ibu. "Tak apa Gwill, aku akan mendengarkan."
Gwill tersenyum, ia mengangguk samar.
📍📍📍
Robreat Row, 19 Tahun lalu.
Kala itu, Zilzana dipanggil ke kerajaan Row. Diikuti oleh anak buahnya untuk menghadap Tuan Harryqouba.
"Hormat saya,Paduka," Zilzana membungkukkan badannya. Memberi hormat pada sosok bercahaya yang tak menampakkan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elysen & The Old Story
FantasyEWQOBIA SERIES 1 : Elysen, baru mengetahui identitasnya sebagai penyihir kala ia diserang oleh Zilzana di perairan kekuasaan Shiren. Kekuaasan Harryqouba, penguasa negeri tempat Elysen berada, membuat hukum yang harus membuat Elysen beserta dua rek...