02. O

1.1K 107 3
                                    

          Cuaca di siang hari ini sangat terik. Suhu panas di sepanjang kota membuat beberapa karyawan di sebuah perkantoran tengah beristirahat atau sekadar berbincang di kafetaria. Rasanya malas, melihat suhu mencapai tiga puluh empat derajat celcius untuk kembali mengerjakan aktivitas seperti biasanya.

          Tapi, itu untuk beberapa karyawan di sana, tidak untuk Min Yoongi. Dirinya masih sibuk mondar-mandir mengangkat beberapa kardus berisikan barang-barang impor. Pria itu bekerja hanya sebagai tukang akut barang. Tidak terlalu sulit dilakukan, tapi harus dilihat juga upah per-bulannya. Min Yoongi ini orang yang tidak mudah mengeluh.

          Semua akan dikerjakan, asal itu pekerjaan yang baik dan bisa menghasilkan uang. Dia ingin membantu Adiknya yang sudah menjadi langganan keluar masuk ruang kepala sekolah hanya karena sering menunggak dan menjadi bahan perbincangan teman-temannya.

          Yoongi bekerja mulai dari siang hari setelah pulang sekolah, hingga larut malam. Dan esok paginya, ia harus kembali ke sekolah. Itu terhitung setiap hari. Melelahkan memang, tapi ini satu-satunya cara agar dia bisa menghasilkan lebih banyak uang. Dia tipe yang tidak mudah menyerah dan sangat pekerja keras, omong-omong.

          Mengingat, dirinya juga menjadi tulang punggung keluarga. Jadi, Yoongi yang bertanggung jawab atas semua biaya kehidupannya. Mulai dari uang sekolahnya, uang sekolah Adiknya, tagihan hutang Ibunya, dan biaya makan sehari-hari. Anak lelaki yang terlahir sulung dan memiliki nasib yang kurang beruntung, begitu definisinya.

♛┈⛧┈┈•༶

"Yoon, sudah. Istirahat dulu, sini! Tidak lelah?" ujar teman kerjanya, Jung Hoseok.

Bohong kalau tidak. Tapi, biar bagaimana pun, Yoongi menargetkan hari ini selesai semua tanpa tersisa untuk kerjaan besok.

Yoongi mengusap peluhnya. Namun, masih melanjutkan kegiatannya. "Ini sangat melelahkan. Tapi, aku harus kerjakan sampai tuntas. Agar besoknya bisa mengerjakan yang lain."

"Jangan dipaksa. Tubuhmu juga perlu istirahat, Yoon."

Pria itu membuang napasnya secara kasar. Sepertinya, tubuhnya tidak bisa diajak kerja sama lagi. Benar-benar melelahkan hari ini, Yoongi saja sampai tersengal-sengal.

Tetapi, masih saja memaksakan diri terus bekerja. Berusaha mendapatkan apa yang dia butuhkan. Lanjut lagi bekerja.

"Yoon! Min Yoongi!"

Pria itu mengintip dari samping, sebab sulit menatap ke depan. Kardus besar yang diangkut sedikit mengganggu penglihatannya dengan jelas.

"Cepat, minggir! Buat apa ke sini?"

Yoongi hafal betul suara itu. Raut wajah yang tak ingin ia lihat sekarang. Bertemu di sekolah saja, Yoongi terus menyuekinya. Lantas, bagaimana dengan situasi kali ini?

"Yoon, aku hanya ingin bertemu denganmu. Apa tidak boleh?" gadis itu tetap mengikuti langkah Yoongi yang masih mengangkat barang-barang.

"Aku sibuk, nanti saja."

Gadis di belakangnya hanya terdiam dengan wajah yang terlihat bersedih. Menyesal bukan main. Padahal, ia datang dari rumahnya jauh-jauh hanya untuk bertemu Yoongi di tempat kerjanya.

"Ini, aku bawa makan sore untukmu." Ujar gadis itu seraya menyerahkan satu kantong plastik berisi makanan berat.

Tanpa menoleh, Yoongi terus melanjutkan pekerjaannya. "Hm, taruh saja di meja dekat Hoseok."

Well, sepertinya pria itu tetap tidak ingin berubah menjadi sedikit lebih ramah dengan Kim Yewon. Gadis itu kurang baik apa lagi, coba?

          Selama ini, Yewon berusaha meneguhkan hatinya menghadapi sikap dingin pria yang ditaksirnya itu sedari dulu. Sering kali sahabatnya menyuruh Yewon untuk berhenti mengejar Yoongi. Namun, entah mengapa sampai sekarang gadis itu belum bisa melupakannya. Hatinya masih kuat, bahkan kelewat kuat untuk bertahan menghadapi itu.

How To Be Your Girlfriend? [REVISI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang