Yewon bungkam. Dirinya hanya bisa menunduk terdiam. Tidak ada lagi alasan yang bisa ia katakan untuk menjawab pertanyaan ibunya. Yewon linglung. Menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya mempuoutkan bibirnya ke depan.
Malu hati, sungguh. Kalau saja wajahnya bisa ditutup dengan bahu lebar Seokjin, mungkin dia buru-buru menutupinya. Menyembunyikan wajah polos yang malu itu.
"Bagaimana? Sudah puas melepas rindu dengan Yoongi itu, hm?" ucapan itu akhirnya keluar dua kali dari mulut ibunya.
..
.
.
.
.
.
.
"T-tidak bu. Aku kesana tidak untuk bertemu dengan Yoongi, kok. Hanya kebetulan."
Oke, Yewon berbohong lagi.
Ibunya tersenyum miring, "Ah---jadi hanya kebetulan ya? Mengejar, lalu menghampiri Yoongi duluan dan akhirnya bicara lama di ujung sana."
Sang ibu menarik nafasnya perlahan. "Kim, dari tadi ibu memperhatikanmu, lho. Masih berani berbohong?"
"Oke, aku jujur. Aku memang rindu Yoongi. Apa itu salah, bu?" Yewon menunduk. Merasa bersalah dengan ibunya.
Ibunya tersenyum menatap sang anak. Mengusak pucuk kepala anak gadisnya, "Mau dengar nasihat ibu, tidak?"
Yewon mengangguk.
"Jauhi Yoongi, nak. Ibu tidak suka padanya. Sering kali ibu bilang ini kan? Bahkan mungkin teman-temanmu dan Namjoon juga bilang seperti ini. Dan kamu---masih ingin mengejar Yoongi juga?" ujar sang ibu.
Yewon hanya terdiam. Masih ingin mengetahui mengapa alasan ibunya yang tidak pernah menyukai pria itu. Dari dulu. Bagi ibunya, Min Yoongi juga tidak pernah baik di matanya.
Entah kenapa? Hanya karena hal sepele? Oh, Ayolah. Yewon itu sudah dewasa. Dia sudah mengerti mana hal yang masuk akal dan mana yang tidak. Jujur, Yewon sebetulnya muak sekali mendengar celoteh sang ibu.
Tapi kali ini, rasanya dia menginginkan ibunya memberi alasan yang lebih logis lagi. Lebih masuk akal untuk ia terima.
"Bu, beri aku satu alasan mengapa Yoongi itu selalu rendah di mata ibu?" ucap Yewon. Akhirnya dia bisa membuka suara juga setelah lama mendengar ibunya mengoceh sedari tadi. Dan pasti tidak jauh dari nama Kim Namjoon itu. Biasa, meninggi-ninggikan dirinya.
Ibunya mendengus. Semakin kesal pastinya. Tidak perlu ditanyakan lagi kan, alasannya? "Karena dia berasal dari keluarga miskin, Kim."
"_Sekarang inginnya ibu kamu berfikir begini, . Kalau saja misalnya kamu menikah dengan pria itu, apa kamu bisa menjamin kehidupan kamu kedepannya? Bukan. Ibu bukannya merendahkan Yoongi. Tidak ada sama sekali niatan ibu menjelek-jelekkan keluarga itu." ucap sang ibu panjang lebar.
"Jadi selama ini maksudnya ibu apa, selalu melarangku mendekati Yoongi?" lirih gadis itu.
Sungguh, dia sebetulnya sudah bosan menangis di hadapan ibunya yang kesekian kali. Hanya karena Min Yoongi.
"Ibu bilang begini supaya kamu sadar, nak. Ibu hanya takut anak gadis satu-satunya ibu salah memilih pasangan. Seorang ibu khawatir pada anaknya, wajar kan? Ibu sudah tahu bagaimana latar belakang keluarga Min Yoongi, sudah tahu cara dia menyikapimu selama ini seperti apa. Dan---apa dengan semua itu kamu pikir ibu bisa percaya kalau dia akan membuatmu bahagia, Kim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be Your Girlfriend? [REVISI] ✔
FanfictionMencintai seorang Min Yoongi harus senantiasa memiliki kesabaran yang luar biasa. Pria yang menderita kelainan "Social Phobia", kecil kemungkinan untuk bisa didekati. Sikapnya yang cuek dan masa bodo, membuat gadis yang berniat mendekatinya perlahan...