Part 2

805 83 18
                                    


Can langsung meleparkan tubuhnya di kasur empuknya. Hari ini sungguh melelahkan. Sebelum menutup matanya, ia langsung teringat akan sesuatu. Yaitu kenangan masa kecilnya. Seseorang yang telah terpisah darinya sudah sangat lama.

Can menitikan air mata tatkala mengingat itu semua. Rasanya begitu sakit. Ia hidup dengan berkelimpahan harta tapi bagaimana dengan orang yang ditinggalkannya waktu itu. Betapa berdosanya ia selama ini. Seandainya waktu itu ia tidak menyuruh saudaranya untuk mengambilkan sesuatu di kamarnya, mungkin bukan dia yang berada di tempat ini.

Flashback

Can sedang mencari-cari barang kesukaannya. Saat ini mereka sedang berada di depan pintu dekat taman panti. Can lupa membawa barang kesukaannya. Yakni boneka beruang kesayangannya.

Can pun menyuruh Plan untuk masuk ke kamar untuk mengambil bonekanya itu. Saat itulah pasangan suami istri Rathavit datang untuk mengambil anak yatim piatu yang sudah mereka lihat beberapa hari yang lalu. Yaitu Plan Rathavit. Namun, pasangan suami istri itu tidak tahu kalau Plan mempunyai saudara kembar, yaitu Can Rathavit.

Pasangan suami istri itu pun mengira Can itu adalah Plan. Lalu mereka pun membawa Can untuk mereka adopsi sebagai anaknya. Can pun ikut sama mereka. Ia seharusnya menolak dan mengatakan kalau yang mereka seharusnya adopsi itu adalah Plan, bukan dirinya. Karena ibu panti sudah memberitahukannya beberapa hari sebelumnya dan Plan pun sudah mengatakan akan hal itu kepada kakaknya, Can. Tapi, karena Can ingin sekali memiliki orang tua, akhirnya ia pun langsung mengiyakan ketika suami istri itu mengajaknya pulang ke rumahnya. Sebenarnya ia merasa bersalah kepada Plan, tapi apa boleh buat. Mereka sama-sama ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki orang tua.

Mereka dibuang sedari mereka bayi oleh ibunya lantaran tidak bisa menghidupinya. Saat itu ibunya hanya berasal dari keluarga miskin dan juga masih sekolah. Ayahnya juga menolak bayi itu karena dia bilang belum siap mempunyai anak dan belum siap menjadi seorang ayah. Saat itu mereka masihlah seorang pelajar. Pergaulan bebas membuat mereka kebobolan. Dan setelah dia menaruh anak itu di panti asuhan, ia pun membunuh dirinya karena tidak kuat menahan malu. Sang kekasih yang mengetahui itu ia merasa menyesal dan akhirnya ikut mengakhiri hidupnya dengan terjun dari atap sekolah.

Saat Plan kembali dari mengambil boneka itu, Can sudah tidak ada. Ia sudah diadopsi dan dibawa pulang ke rumah orang tuanya yang baru.

Plan yang mengetahui itu sangat sedih. Seharusnya ia yang berada di sana, bukan Can. Tapi, ia juga senang karena kakaknya sekarang sudah memiliki orang tua. Ya, walaupun mereka harus berpisah dengan cara seperti ini. Tapi tak apa. Selama saudaranya bahagia ia juga bahagia.

Ia cuma berharap ada keluarga yang baik yang mau mengadopsinya. Ya walaupun itu entah kapan. Namun sayang, tidak ada yang mau mengadopsinya sampai ia sebesar itu. Hanya ibu panti yang mau menerimanya sampai ia sebesar itu dan membiarkannya untuk tetap tinggal di panti itu.

Flashback end

Can menangis. "Maafkan aku, Plan! Sungguh maafkan, aku!" ucapnya sambil menangis.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twins ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang