Part 6

680 71 6
                                    

Gun terus merutuki kebodohannya selama dari kampus sampai pulang kampus. Bagaimana dia bisa seceroboh itu. Setelah ini pasti teman-temannya itu akan mencari tahu siapa itu Ti sebelum dia menunjukkan kepada temannya itu wajah Ti.

Ah, dari mana dia akan mencari orang yang berinisial Ti. Tidak mungkin dia mengatakan kalau Ti itu adalah Title. Ahh, itu tidak akan mungkin! Title sudah punya Thearmz. Mereka bahkan terlihat sangat bahagia. Dia tidak mungkin merusak kebahagiaan itu.

Pria cantik yang satu ini terus menangis di dalam kamarnya. Kenapa mencintai seseorang itu sangat berat. Tidak adakah yang ringan biar dia tidak merasakan sakit yang seperti ini. Ia hanya ingin dicintai dan mencintai. Tapi kenapa, semuanya malah jadi serumit ini?

"Guys, aku harus apa? Hiks ... hiks ..." tangis Gun di dalam kamarnya. Ia menutup wajahnya dengan selimutnya agar sang ibu tidak mendengar suara tangisnya.

Ok, stop! Semua ini harus dihentikan. Ia harus bisa melupakan Title dari hidupnya. Title sudah bahagia. Dan ia tidak ingin merusak kebahagiaan orang yang dicintainya itu. Ia cukup mencari seseorang dan memulai semuanya dari awal. Dengan itu, dia akan bisa melupakan Title dari hidupnya. Tapi! Itu tidak semudah yang dipikirkan. Tidak mudah untuk melupakan seseorang. Semuanya butuh proses. Bukan satu hari atau dua hari. Ataupun satu bulan atau dua bulan. Bahkan ada yang bertahun-tahun lamanya tapi belum juga bisa move on.

Tapi, Gun tidak ingin terus berlarut-larut dalam kesedihan ini. Apalagi sampai harus bertahun-tahun lamanya. Andai saja melupakan seseorang semudah menutup mata dan semua akan hilang ketika kita membuka mata, alangkah indahnya hidup.

Tapi sesakit apapun itu. Selama apapun itu. Gun akan mencobanya. Karena tidak mungkin dia terus memendam perasaan yang tidak terbalas itu selamanya. Ia harus mencari yang lain dan memulai hidupnya tanpa ada bayang-bayang Title dari hidupnya. Ya, itu harus. Mau tidak mau.

Yang ditakutkan Gun akhirnya terjadi juga. Ketika Gun sedang menangis sesegukan di kamarnya, seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Gun menghapus air matanya. Matanya bengkak. Bagaimana ini. Ia langsung berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar tidak terlalu bengkak. Ketika dia keluar dari kamar mandi, Can sedang duduk di atas kasurnya.

"Can," kata Gun memanggil Can. Ia menghampiri Can. Namun, hatinya gelisah. Bagaimana kalau sahabatnya itu melihat wajah bengkaknya itu.

"Gun, kau kenapa?" tanya Can yang melihat wajah lain Gun.

"Aku? Ada apa denganku?" Gun bertanya balik.

"Ada apa dengan matamu? Apa kau habis menangis?" tanya Can menyelidik.

"Ba, mana mungkin! Tadi mataku kelilipan, terus aku kucek, eh, mataku jadi seperti ini." Bohong Gun. Ia berharap sahabatnya itu akan percaya.

"Apa kau yakin?" Can bertanya.

"Hmm, nanti juga akan baikan."

"Apa ini ada hubungannya dengan, Ti? Aku penasaran siapa itu Ti. Apakah Ti itu-"

"Nanti akan aku kenalkan padamu siapa itu, Ti. Tapi tidak sekarang." Potong Gun cepat.

"Baiklah. Aku harap apa yang aku pikirkan salah," kata Can memukul bahu Gun pelan. "Jadi benar kau hanya kelilipan?" tanyanya sekali lagi.

"Hmm," angguk Gun.

Akhirnya mereka pun bicara ngalor ngidul. Entah apa yang mereka bicarakan. Paling tidak suasana hati Gun mulai membaik sekarang. Ia tahu, di antara sahabatnya itu hanya Can yang paling ker. Bukan yang lainnya tidak. Cuma, Can paling tahu cara membuat para sahabatnya itu tersenyum walaupun dengan cara yang tidak lucu sekalipun dia pasti tertawa. Membuat yang lainnya juga ikut tertawa.

Twins ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang