Part 9

471 57 2
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Setelah ada kesempatan, Plan akhirnya bisa keluar dan tujuan pertamanya adalah rumah sakit. Plan pergi ke rumah sakit untuk melihat sang kakak. 

"Phi, maafkan aku karena baru bisa datang melihatmu," ucap Plan menyesal. 

Plan tadi berbohong kepada kedua orang tua angkat kakaknya itu dengan beralasan ia jenuh dan tidak bisa ngapa-ngapain di rumah. Karena bosan di rumah ia ingin pergi berjalan-jalan untuk mencari udara segar dan siapa tahu ia bisa mengingat sesuatu nantinya. 

Kedua orang tuanya tahu betul kalau putranya itu memang tidak suka dengan kesepian. Jadi mereka mengiyakan apa yang dikatakan oleh putranya itu. Walaupun sebenarnya mereka sangat takut. Mereka takut terjadi sesuatu lagi dengan putranya itu. Tapi, Plan terus mengatakan kalau dia sudah lebih baik sekarang. Dan di sinilah dia, di tempat kakaknya itu, rumah sakit.

"Phi, kapan kau akan bangun? Ku mohon cepatlah bangun. Aku merindukanmu, phi. Terutama mereka." Lirih Plan sedih. 

"Dan sampai kapan aku harus terus berpura-pura harus menjadi dirimu, phi? Aku tidak ingin terus menyakiti mereka karena kebohongan demi kebohongan yang ku buat, phi. Aku sangat bersalah kepada mereka," ucap Plan penuh sesal.

Plan menangis. Ia bingung harus apa setelah ini. Kedua orang tua angkat kakaknya itu begitu baik padanya. Mean juga begitu peduli padanya. Tentu saja. Itu karena Mean belum tahu kalau orang yang bersamanya itu adalah adiknya dan bukan Can.

"Kau sudah datang? Ke mana saja kau selama ini?" ucap salah satu dokter yang bernama Chao itu.

"Maafkan aku dokter Chao! Aku ada beberapa urusan," ucap Plan menunduk. Ia kembali melihat kakaknya itu. Can terlihat kurus.

"Plan, sebenarnya aku ingin mengatakan ini kepadamu sejak dari beberapa hari yang lalu, tapi, aku tidak pernah melihatmu." Kata dokter Chao.

"Begini, aku akan membawa phimu ke luar negeri untuk mendapat perawatan yang lebih baik. Apakah boleh?" lanjut dokter Chao.

Plan menatap dokter Chao. Dokter Chao memang baik padanya selama ini. Terutama kepada kakaknya itu. Dialah yang selalu menjaga kakaknya itu untuk menggantikannya ketika ia tidak bisa datang ke rumah sakit itu.

"Bagaimana Plan? Ah, aku tahu mungkin kau belum bisa mempercayaiku. Tapi percayalah. Aku bukanlah orang yang jahat. Aku hanya ingin yang terbaik buat phimu," jelas dokter Chao karena ia melihat kalau Plan terus menatapnya.

"Bukan begitu dok. Aku justru sangat berterima kasih kepadamu karena selama ini dokter begitu baik padaku. Aku percaya padamu dokter Chao." Ucap Plan berterima kasih. 

Kini ia lega ternyata banyak orang yang menyayangi kakaknya itu. Ia tidak perlu khawatir lagi sekarang kalau ia tidak bisa menjenguk kakaknya itu.

"Maaf selalu merepotkanmu dok! Dan entah dengan cara apa aku harus membalasmu," lanjutnya.

"Tidak perlu seperti itu. Memang sudah jadi tugasku menjadi seorang dokter," ucap dokter Chao menepuk bahu Plan dan ia tersenyum melihat wajah Can. 

Sebenarnya Can adalah orang yang dicintai oleh dokter Chao. Itu dua tahun yang lalu. Dulu Chao tanpa sengaja melihat  Can di sebuah toko. Lebih tepatnya di depan toko. Can sedang memberikan anak kecil es krim. Anak kecil itu menangis minta es krim dan kebetulan Can lewat dan dia pun tak tega melihat itu akhirnya dia masuk toko dan keluar membawa es krim untuk bocah kecil itu. 

Anak kecil yang menangis itu langsung berhenti menangis karena Can mengelus kepalanya untuk menenangkannya sambil memberinya es krim. Akhirnya bocah kecil itu pun tersenyum dan pergi dengan hati riang sambil membawa es krimnya. Can tersenyum. Begitupun dengan Chao yang melihatnya dari dalam toko itu karena dia berada tepat di depan Can hanya saja terhalang oleh cermin yang membatasinya.

Twins ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang