Part 14

454 53 5
                                    

"Can, hey," orang yang ada di depan Plan terus melambaikan tangannya di depan wajah Plan. Ia terus memanggil Plan tapi Plan seakan mematung di tempatnya.

Orang itu pun menepuk bahu Plan. Plan tersadar dari lamunannya. "Ah, ya," jawab Plan gugup.

"Can, kau kenapa?" orang itu menarik kursi kosong lalu duduk di dekat Plan. Ia pikir Plan kenapa-napa.

"Aku baik, Perth," jawab Plan singkat.

Perth tersenyum. Ia melirik Blue yang terdiam karena tidak tahu ada apa sebenarnya. Blue juga sepertinya tidak ingin angkat suara. Plan jadi cemas. Setelah ini Blue pasti marah padanya.

"Can, dia siapa?" tanya Perth yang baru melihat Blue.

"Dia Blue," jawab Plan gugup.

"Hey, aku, Perth. Perth Thanapon. Aku sahabat Can," Perth mengulurkan tangannya kepada Blue.

"Blue, Blue Pongtiwat," balas Blue membalas uluran tangan Perth. Ya, ia ingat pria ini, dia 'kan pria yang keluar dengan Plan di restoran waktu itu.

"Oh ya, Perth, kau sedang apa di sini?" Plan bertanya. Ia bermaksud mengalihkan perhatian Perth dari Blue.

"Aku tadi tidak sengaja lewat dan ku lihat dirimu. Tadinya aku kira itu bukan kau makanya aku datang memastikan dan ternyata beneran kau," ujar Perth cengengesan.

"Ohhh," jawab Plan singkat.

"Oh ya, Can, aku baru tahu kalau kau berteman dengan Blue," Perth melihat Blue.

"Oh itu, aku bertemu dengan Blue saat aku hilang ingatan," bohong Plan. Ia meremas bajunya dan itu tidak luput dari pandangan Blue. Ia tahu ada yang disembunyikan oleh Plan.

"Benarkah? Jadi selama ini kau tinggal bersamanya?" Perth memastikan.

"Hmm, ya, 'kan, Blue?" tatapan Plan penuh mohon kepada Blue.

Sebenarnya Blue sangat bingung dengan kebohongan apa yang Plan lakukan selama dia di Bangkok. Dan siapa itu Can? Ia sendiri bahkan tidak tahu siapa itu Can dan tidak pernah bertemu dengannya. Ok, Blue akan mengikuti kemauan Plan dan dia akan bertanya itu nanti. Walaupun sebenarnya dia sangat marah kepada Can.

"Ya, dia tinggal di tempatku waktu itu," Blue berbohong.

"Terima kasih bro. Waktu itu kami sangat cemas. Dia lari saat hari pernikahannya karena dia ingin bertemu dengan seseorang," ujar Perth membuang nafasnya.

"Entah siapa orang itu," lanjutnya.

'Apa! Menikah? Siapa?' batin Blue.

'Apa? Jadi phi Can waktu itu akan menikah?' batin Plan.

Ia jadi sedih saat ingat kakaknya itu lari dari pernikahan hanya untuk bertemu dengannya. Pantesan waktu itu bajunya kakaknya sangat rapi ternyata dia akan menikah.

.

.

.

Di tempat yang tidak terlalu luas itu, dua orang pria terlihat saling menghadap. Yang satu terlihat marah, sedangkan yang satu terlihat sedih.

Blue marah mendengar perkataan Perth tadi. Sudah berapa banyak kebohongan yang Plan lakukan di belakangnya. Blue sangat marah. Kenapa Plan tidak pernah jujur padanya.

Sedangkan Plan, tatapannya sedih. Ia baru tahu kalau kakaknya itu waktu itu akan menikah tapi kejadian naas itu malah menimpanya. Andai dia tidak datang menemuinya waktu itu, mungkin sekarang kakaknya sudah bahagia.

Ya, sejak perpisahannya dengan Perth tadi, Blue mengajaknya datang ke tempat kosnya. Ia ingin tahu kebohongan apalagi yang Plan lakukan selain itu. Ia ingin tahu sendiri dari mulut Plan.

Twins ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang