Mean pergi dengan perasaan kacau saat itu. Jadi apa yang dipikirkannya benar. Can dan Perth. Mereka berdua__Mean tidak bisa mengatakannya. Apalagi membayangkan mereka berdua bermesraan. Rasanya sangat sakit!
Hari itu Mean tidak mengikuti jam pelajaran. Ia bolos dan entah pergi ke mana.
Mean duduk di taman. Rupanya, ia pergi ke taman kota Bangkok. Tempat ia dan Can sewaktu kecil suka menghabiskan waktu berdua.
Mean terus mengingat kenangan itu. Kenapa mereka tidak bisa seperti saat dulu, saat waktu mereka masih kecil. Di mana dulu mereka selalu bersama dan tertawa bersama. Tidak seperti sekarang. Can seakan menganggapnya tiada artinya buatnya.
Flashback
Mean dan Can terus berlarian. Mereka sedang mengejar kupu-kupu yang berterbangan. Kedua orang tua mereka terus memperhatikan mereka sambil tersenyum. Hari ini hari weekend jadi mereka sedang berlibur di kota Bangkok. Ini kemauan Mean yang ingin pergi ke taman tiba-tiba dan ingin mengajak Can.
Kedua orang tuanya pun mengiyakan karena Mean menangis. Namtran yang tak tega melihat putranya seperti itu terpaksa menyuruh Jay--suaminya untuk menelpon Nat--ayah dari Can Rathavit.
Kedua orang tua Can pun mengiyakan karena Can begitu senang ketika melihat raut wajah Can yang sumringah ketika mendengar kata 'taman' yang disebutkan oleh ayahnya.
Sejak saat itu, taman menjadi tempat favorite mereka berdua. Mean selalu mengajak Can ke taman itu. Can yang suka sama taman dan hewan tentu tidak mau melewatkan hal itu.
Flashback end
"Kenapa kau seakan berubah, Can? Kenapa?" ucap Mean menunduk.
"Apakah karena ada Perth sekarang di hatimu? Lalu bagaimana denganku? Apa arti diriku buatmu selama ini?" Mean mengepalkan tangannya. Hatinya sakit saat melihat pemandangan tadi.
.
.
.
Selama seharian ini, Can tidak melihat batang hidung Mean. Tidak biasanya pria tampan itu seperti ini. Biasanya ia selalu menunggu dirinya untuk mengantarnya pulang. Tapi kenapa dia malah tidak ada.
"Ke mana dia? Apa dia tidak masuk? Aku harus ke kelasnya untuk melihatnya," ucap Can. Ia pun berjalan ke kelas Mean.
"Kau mau ke mana, Can?" ucap Perth.
Title dan Gun sudah pulang duluan. Mereka ada urusan katanya.
"Aku harus ke kelas Mean, Perth. Seharian ini aku tidak melihatnya," ucap Can sedikit khawatir.
"Mean?"
"Hmm," angguk Can.
"Ayo aku temani," kata Perth.
Mereka berjalan ke kelas Mean. Mereka pun bertanya di mana Mean. Mereka mengatakan Mean tidak datang hari ini dan tidak ada keterangan. Pria tampan itu seakan hilang ditelan bumi.
Can mengernyitkan alisnya bingung. Tumben-tumbennya Mean seperti itu. Ada apa dengannya?
"Perth, bisakah kau mengantarku ke rumah Mean? Aku sudah mengirim pesan kepada Mae untuk tidak menjemputku. Jadi maukah kamu mengantarku?" tanya Can memastikan.
"Baiklah." Kata Perth. "Sepertinya akan turun hujan lebat," lanjutnya.
Can tersenyum. Ia beruntung karena mempunyai sahabat yang baik semua. Kedua orang tuanya juga sangat menyayanginya.
Can dan Perth sudah sampai di rumah Mean. "Terima kasih, Perth! Kau memang sahabat yang paling pengertian," kata Can tersenyum.
"Hmm, aku pergi na," kata Perth ikut tersenyum. Ia pun pergi dari tempat itu meninggalkan Plan yang melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins ✔ [Completed]
Ficção AdolescenteKisah tentang dua saudara kembar yang sudah terpisah dari kecil dan dipertemukan kembali ketika mereka sudah dewasa. Takdir memang tidak bisa ditebak. Dan takdir itulah yang mempertemukan Mean, Plan dan Can. #PlanRathavit #CanRathavit #MeanPhiravich