Tanpa sepengetahuan Plan, Blue datang ke Bangkok. Ia mencari Plan ke mana-mana tapi ia tidak menemukannya. Itu adalah hari ke-5 Blue mencari Plan. Karena sudah menyerah, Blue pun menelpon Plan.
Plan yang mengetahui kalau Blue sudah ada di Bangkok, ia menjadi gugup. Kenapa Blue tidak memberitahunya kalau dia ingin datang ke Bangkok. Bagaimana ini? Plan sudah tidak bisa berpikir lagi.
"Blue," panggil Plan saat melihat Blue sudah ada di tempat yang sudah dijanjikan.
Blue chat Plan kalau dia sedang berada di tempat itu dan Plan pun datang. Ia bahkan terlihat tergesa-gesa tadi.
"Plan," suara Blue saat melihat Plan sudah ada di dekatnya.
Plan duduk di dekat Blue. Ia membuang nafasnya kasar. "Kenapa kau tidak bilang kalau kau mau datang ke sini, Blue?" ujarnya.
"Kalau aku bilang mau datang ke sini, apakah kau akan mengizinkanku? Jadi, aku terpaksa datang tanpa memberitahumu. Aku kangen kamu, Plan," ujar Blue menatap Plan.
Plan terdiam.
Benar apa yang dikatakan oleh Blue, kalau dia mengatakan kalau dia ingin datang ke Bangkok, apakah ia akan mengatakannya. Ia pasti melarangnya seperti waktu itu.
Blue tidak salah. Dia hanya kangen kepadanya dan karena itulah dia datang menemuinya.
"Plan, kenapa kau diam? Apakah kau marah? Aku minta maaf. Aku akan pulang jika kau tidak suka melihatku di sini," Blue menatap ke segala arah. Ia berusaha mengontrol emosinya. Sejujurnya dia sedikit kecewa kepada Plan. Kenapa Plan seperti berubah.
"Kau tidak harus pulang Blue. Aku minta maaf. Ini semua salahku. Aku terlalu sibuk sehingga aku tidak ada waktu untuk menelponmu." Ujar Plan membuka suaranya karena ia merasa bersalah kepada Blue.
"Oh, ya, di mana kau tinggal? Maaf aku tidak bisa tinggal bersamamu," lanjutnya.
"Tidak apa-apa, Plan, aku mengerti. Aku juga tidak ingin mengganggumu. Aku hanya terlalu rindu padamu," Blue tersenyum.
"Aku juga merindukanmu, Blue," ujar Plan. Kalau ini dia jujur. Ia juga merindukan Blue. Biar bagaimanapun, Blue masih kekasihnya. Orang pertama yang mengisi hatinya.
Hari itu mereka pergi jalan-jalan. Plan membawa Blue berkeliling. Mereka ingin menghabiskan hari selama mereka di sana. Maklum, sudah berapa bulan mereka berpisah. Plan hanya menunjukkan tempat-tempat yang dia tahu. Selama beberapa bulan dia di tempat itu, paling tidak dia tahu sedikit tempat yang pernah dia kunjungi. Jadi, dia menjelaskannya kepada Blue.
Selesai jalan-jalan, Blue mengajak Plan ke tempat kosnya. Rumah kos sederhana yang Blue sewa semenjak dia datang ke Bangkok. Walaupun tempat kos itu kecil, tapi terlihat rapi. Blue selalu bersih dimanapun dia berada. Karena dia memang orangnya bersih. Sudah tampan, tinggi, putih lagi. Blue itu ciri cowok idaman.
"Planie, aku benar-benar merindukanmu. Aku bahkan ingin gila rasanya karena saking rindunya aku padamu. Kau tidak menduakan aku, 'kan?"
Deg!
Jantung Plan seakan berhenti berdetak. Kenapa Blue bisa berkata seperti itu? Apakah dia tahu sesuatu tentangnya. Gawat. Bagaimana ini?
"Plan, kenapa kau diam? Apakah itu benar?"
"Blue, kau bicara apa? Apa kau lupa tujuanku datang ke sini? Aku hanya ingin bekerja menghasilkan uang yang banyak dan memberikannya kepada ibu panti dan adik-adik panti. Aku tidak ingin mereka mengalami nasib yang sama sepertiku," Plan mengingat apa tujuannya datang ke Bangkok.
"Aku percaya padamu, Plan. Maafkan aku. Aku hanya takut kehilanganmu," Blue memeluk pria yang sangat dicintainya itu.
"Kau tidak salah, Blue. Akulah yang salah. Maafkan aku!" Plan membalas pelukan Blue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins ✔ [Completed]
Teen FictionKisah tentang dua saudara kembar yang sudah terpisah dari kecil dan dipertemukan kembali ketika mereka sudah dewasa. Takdir memang tidak bisa ditebak. Dan takdir itulah yang mempertemukan Mean, Plan dan Can. #PlanRathavit #CanRathavit #MeanPhiravich