Part 17

540 57 6
                                    

Can juga lupa dengan panggilan sayang yang biasa dia panggil padaku," jelas Mean. Tatapannya sedih.

Perth jadi ingat akan kejadian beberapa bulan yang lalu. Di mana waktu itu, Can juga memberikannya sesuatu yang Perth tidak sukai. Tapi, Perth mengira mungkin karena ingatan Can belum kembali sepenuhnya. Tapi mendengar apa yang Mean katakan, Perth juga merasa aneh dengan Can. Can yang sekarang jauh berbeda dengan Can sahabatnya. 

Mengingat sudah lama Can sembuh dari amnesianya, tapi kenapa Can belum juga mengingat akan kebiasaannya itu kepada kekasihnya sendiri. Bukankah itu aneh?

"Mean, sebaiknya kau bicara dengan Can. Jangan mengambil kesimpulan sendiri seperti itu. Kau yang kenal Can luar dalam Mean. Jadi kau pasti tahu itu Can apa bukan," ujar Perth menepuk bahu Mean.

Pukul 12 malam, Mean dan Perth pulang dari tempat klub itu. Saat Mean masuk ke kamarnya, ia dapat melihat lampu kamar Plan masih menyala. Ia juga melihat Plan sedang mondar mandir. Dan, Mean juga melihat bayangan Plan sepertinya sedang berbicara dengan seseorang lewat telepon.

Yang Mean tahu, biasanya pukul 10 malam, Can biasanya sudah tidur. Mean tahu tentang kebiasaan kekasihnya itu. Kecuali Can pergi dengannya atau pergi dengan teman-temannya maka barulah Can tidur tengah malam.

Mean dapat melihat kalau Can sepertinya sedang bicara serius dengan seseorang di seberang. Terlihat jelas dari bayangan Can yang terus saja mondar mandir sedari tadi.

Dengan siapa Can berbicara? Perasaan ia tidak bicara dengannya. Kenapa Can seperti mempunyai banyak rahasia, pikir Mean.

.

.

.

Plan seharusnya senang dengan kabar yang diberikan oleh Chao padanya tadi. 

Chao menelponnya untuk mengatakan kalau Can sudah sembuh. Dan dalam dua bulan ke depan mereka akan pulang ke Bangkok. Begitulah yang dikatakan Chao.

Plan tidak memanggil Chao dengan sebutan dokter Chao lagi sekarang. Chao menyuruhnya memanggilnya phi, karena umur mereka tidaklah begitu jauh.

Dalam dua bulan kedepan Can akan pulang. Dan Plan harus siap menerima itu semua. Can sudah sembuh dan dia akan pergi dari tempat itu.

Plan senang phi nya itu sembuh. Tapi kenapa, rasanya sangat sakit yang Plan rasakan. Seperti ada yang menghantam dadanya. Sakit.

Membayangkan Mean akan bersama phi nya nanti membuat dada Plan seakan sesak. Rasanya begitu sesak hingga Plan rasanya susah untuk bernafas.

Ia tahu kalau seharusnya dia tidak boleh seperti itu. Tapi selama satu tahun bersama Mean membuat Plan begitu sangat takut jauh dari Mean. Apalagi membayangkan dirinya akan berpisah dari Mean, sungguh Plan tidak ingin itu. Plan mencintai Mean dengan seiring berjalannya waktu.

Selama satu tahun bersama Mean, Plan merasa begitu dicintai. Mean begitu perhatian padanya. Apalagi kedua orang tua phi nya itu. Mereka menganggap dirinya seperti putranya sendiri. Para sahabat phi nya itu juga begitu baik padanya.

Plan merasa sedih jika membayangkan harus berpisah dengan mereka. Ia pasti akan kesepian. Ia juga pasti rindu saat-saat bersama mereka. Terutama Mean.

Sebelum Plan pergi, dia ingin setidaknya punya sesuatu yang bisa dia kenang saat bersama Mean. Dan apa yang diinginkan Plan terwujud juga. Plan sekarang tengah mengandung anaknya Mean. Janin yang ada dalam kandungannya baru berumur satu minggu.

Plan akan pergi tanpa memberitahu Mean tentang kehamilannya itu. Karena itu lebih baik buatnya, phi Can dan juga Mean.

Biarlah ia pergi dengan kenangan Mean. Kenangan terindah dalam hidupnya. Buah cintanya dengan Mean.

Twins ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang