"Can, apa kau mendengarku?" tanya Mean yang melihat Plan masih terdiam.
"Ah, ya," Plan masih gugup.
"Aku ingin bertemu dengan pria itu, apakah boleh?" Mean memperhatikan mimik wajah terkejut Plan.
"Hmm, ya," ucap Plan pada akhirnya. Walaupun sebenarnya dia takut untuk mempertemukan Mean dengan Blue. Bagaimana jadinya nanti? Tapi mau bagaimana lagi. Kalau Plan menolak, Mean pasti akan curiga padanya.
Mean menangkup bibir Plan lalu menciumnya. Cukup lama mereka berciuman dan Mean menggendong tubuh Plan ala britney style dan membawanya ke tempat tidur.
Mean mencium bibir Plan. Memasukan lidahnya di sana dan mengajak Plan berperang di dalam sana. Plan membalasnya. Tangan mungilnya membuka kancing kemeja Mean begitu juga yang dilakukan oleh Mean.
Kini, mereka berdua sudah telanjang. Mean di atas tubuh Plan. Mean mencium bibir Plan dan menuntun tangannya untuk memasukan naganya di lubang Plan.
Plan menutup matanya atas sensasi yang diberikan oleh Mean. Belum lagi ciumannya yang membuatnya seakan terbang. Tanpa sadar, Plan melebarkan pahanya sendiri memudahkan Mean untuk memasukan naganya.
"Ahhh," suara desahan Mean dan Plan bersamaan saat naga besar Mean masuk sepenuhnya.
"Babe, aku akan bergerak," suara Mean parau.
"Hmm," guman Plan. Ia suka saat Mean menyebutnya babe. Kata itu seakan membuatnya seolah dia itu hanya milik Mean seorang.
Mean bergerak dengan tempo pelan dan cepat membuat Plan hanya mampu mendesah dan mendesah. Keringat membasahi tubuh mereka berdua.
Plan menatap tubuh kekar Mean yang ada di atasnya itu. Tubuh Mean dipenuhi oleh keringat. Ia menatap lekat-lekat tubuh pria yang sedang menyodoknya itu. Apakah suatu saat nanti ia masih mengingat wajah itu. Wajah yang memberikannya belaian dan kenikmatan surga itu.
Plan menutup matanya menikmati sentuhan, belaian, ciuman dan aroma tubuh Mean. Tubuh yang membuatnya merasakan kehangatan selama beberapa bulan ini.
Plan melingkarkan kedua tangannya di leher Mean. Ia menarik bibir Mean untuk diciumnya. Untuk sementara ini biarlah ia menikmati sisa kebersamaannya bersama Mean sebelum kakaknya itu kembali bersama Mean.
Ia ikhlas. Ia tahu itu memang salahnya. Ia juga ikhlas jika kakaknya itu nanti membencinya. Ia sudah pasrah. Tapi biarlah sekarang ia menikmati kebersamaannya bersama Mean. Ia juga ingin bahagia seperti kebanyakan orang walaupun caranya salah.
"Nghhh," desah Plan saat Mean menyodoknya dalam. Ia memejamkan matanya.
Mean suka melihat wajah Plan yang erotis seperti itu. Ia tersenyum kemudian semakin menyodok Plan dalam karena ia akan segera orgasme. Sementara Plan sudah tidak terhitung berapa banyak kali dia orgasme.
"Ohhh, Can, ini benar-benar enak!" ucap Mean. Ia memeluk tubuh Plan lalu menciumnya.
"Ahh, ahhh," Mean menembakkan cairannya di dalam tubuh Plan. Sementara cairan Plan mengenai tubuhnya sendiri dan perut Mean. Sebagiannya juga jatuh ke sprei.
Mereka menarik nafasnya lelah. Kemudian mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka lagi.
Beberapa menit kemudian, suara desahan kembali terdengar di kamar itu. Entah sudah berapa banyak ronde yang sudah mereka lakukan. Pukul 4 subuh, mereka selesai. Mereka kemudian tidur sambil berpelukan.
Mean bahagia. Ia ingin terus seperti ini bersama Can. Menjadi keluarga bahagia dan mempunyai seorang putra dan putri yang cantik, cakep dan lucu.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins ✔ [Completed]
Teen FictionKisah tentang dua saudara kembar yang sudah terpisah dari kecil dan dipertemukan kembali ketika mereka sudah dewasa. Takdir memang tidak bisa ditebak. Dan takdir itulah yang mempertemukan Mean, Plan dan Can. #PlanRathavit #CanRathavit #MeanPhiravich