"suami mu bangkrut dan semua aset nya harus kami sita"
Jennie terduduk lemas di teras sebuah rumah megah yang dulu miliknya, pakaian mewah miliknya yang kini dikenakan tampak tak berharga sama sekali. Jennie sama sekali tidak bisa berkata apapun sekarang, bibirnya terkunci rapat dan kedua matanya menatap kosong pada sebuah bangunan megah yang tak bisa ia nikmati lagi.
Kemarin ia baru berlibur dan menghabiskan puluhan juta dolar untuk berbelanja di seluruh wilayah eropa dan dalam hitungan jam kekayaannya sirna. Semua hasil belanja nya di sana harus di sita oleh pihak bank, tas yang hanya ada dua di dunia harus raib dari genggaman, koleksi perhiasan dari designer terkenal pun bernasib sama.
Jennie diam mematung saat seluruh isi rumahnya di sita habis. Gadis itu kini memegangi dadanya yang sesak, tubuhnya sama sekali mati rasa. Suaminya, Oh Sehun yang seminggu lalu adalah pria tampan yang memiliki segala nya hanya lah Oh Sehun yang biasa, pakaian kerja yang dikenakannya pun tampak lusuh, namun ada yang berbeda diantara Jennie dan Sehun, Sehun tampak tenang sementara Jennie tampak terguncang.
.
.
.
Sebuah mobil angkut terparkir di pekarangan gedung yang tampak kumuh di pinggiran kota Seoul. Sehun membawa satu kantung belanjaan, sementara Jennie berada di sisinya dengan wajah pucat tanpa riasan masih begitu sedih atas peristiwa yang menjungkir balikan hidupnya dalam hitungan jam.
"masuklah... ini rumah kita sekarang" ujar Sehun pada Jennie yang tampak murung.
"rumah kata mu?" ujar Jennie sinis, menatap Sehun seakan akan hendak mencungkil kedua mata suaminya.
Sehun tersenyum kecil. "ya, bangunan ini adalah rumah kita"
"kau sinting!" umpat Jennie dengan marah.
"aku tidak mau! Bisakah kita menginap di hotel dengan sisa uang yang kau miliki?"
Sehun menghela nafasnya kasar, sejak kecil Jennie selalu hidup bergelimang harta, kedua orangtua nya adalah konglomerat begitupula dengan Sehun yang sudah menjadi suaminya sejak lima tahun yang lalu. Jennie selalu dimanja kan, semua layanan first class selalu ia dapatkan, tapi kini sebuah losmen kumuh tiga lantai harus menjadi tempat tinggal Jennie selama nya, setidaknya sampai Sehun memiliki uang dan hidup layak lagi.
"tidak bisa. Ini uang terakhir yang kumiliki. Hanya cukup untuk menyewa losmen ini selama enam bulan"
"Kau gila?! Bagaimana mungkin aku bisa tinggal disini selama enam bulan?!"
"kau berencana tinggal disini? Aku tidak akan masuk!"
"Jennie.. mengertilah" bujuk Sehun dengan putus asa.
"apa yang harus ku mengerti?! Semua ini tidak dapat ku mengerti. Bagaimana mungkin kau jatuh miskin dalam sehari?! Apa kau bergurau?!" bentak Jennie pada Sehun yang memaksa nya untuk naik ke lantai tiga dimana losmen mereka berada.
"HEIII JANGAN TERIAK TERIAK! INI SUDAH MALAM!"
Sebuah suara membuat Jennie langsung menutup bibirnya rapat-rapat, dan Sehun menatapnya dengan memohon.
"kumohon, masuklah.. diluar dingin"
Dengan berat hati, Jennie akhirnya mengikuti langkah Sehun, menaiki anak tangga demi anak tangga untuk membawa nya ke lantai tiga. Akhirnya sampai, dahi Jennie tampak berkeringat meski cuaca cukup dingin di musim gugur. Sehun membuka pintu losmen nya, mendapati sebuah ruangan dengan satu sofa murah yang terlihat keras dilengkapi meja kecil, satu televisi tabung kecil, kipas angin jaman dulu, dan lemari yang masih kosong. Ada dua pintu lain, sepertinya kamar dan dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSIC
Romance21+ Mature content THIS BOOK CONTAINS VULGAR SCENES. BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN. TETAP TINGGALKAN JEJAK UNTUK KEMAJUAN PENULIS. FYI. AKU SAYANG JENNIE :)