malam minggu. komen lu pada! wkwkwk
Setelah hampir enam tahun tinggal di Negara bagian Amerika Serikat sebagai pelajar sekaligus model endorsement berbagai brand fashion, sepertinya Jennie Kim harus menyerah dengan hidupnya. Utang piutang yang melilitnya selama setahun ini membuat ia nyaris mati gantung diri. Jika tahun-tahun sebelumnya ia adalah pelajar asal negeri ginseng yang cukup kaya, kini ia hanya seorang gadis miskin yang hidup terlunta-lunta.
Ia tampak lelah setelah berbagai macam pemotretan ia lakukan seharian ini, meskipun ia terlihat kaya tentu saja itu hanya cangkang yang berhasil menutupi segala kemiskinan nya.
"Thanks for today, Jane" seorang fotografer berkebangsaan italy tampak memberikan senyum tipisnya pada Jennie, ia tampak puas dengan hasil pemotretan nya hari ini dengan model fotogenik itu. Dari segala sisi, pose Jennie Kim memang sangatlah menarik dan cocok untuk disimpan disemua halaman majalah.
Jennie memijat tengkuk lehernya yang terasa begitu pegal, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, ia tidak memiliki mobil karena tidak sanggup membayar tagihan, kartu kreditnya sudah mencapai limit, dan apartemen sewaan nya sudah tiga bulan tidak memenuhi cicilan. Ia bersyukur karena masih mendapatkan pekerjaan sampingan sebagai model, sehingga masih bisa makan dan menumpang tidur di rumah teman. Jennie berhasil mendapatkan taksi, semua teman nya mendadak tak bisa dihubungi malam itu, mungkin ia akan pulang ke apartemen secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari wajah si pemilik gedung yang beberapa minggu terakhir terus meminta uang sewa.
Didalam taksi, gadis itu menatap pada cahaya rembulan yang memantul pada hamparan laut dibawah jembatan yang kini menjadi pijakan nya. Tempat ini seharusnya menjadi sangat indah, namun Jennie tak bisa memandang keindahan bulan purnama sempurna itu karena penglihatan nya tampak buram dengan genangan airmata.
"hiks... bodoh! Bodoh!" umpat Jennie pada dirinya sendiri, perutnya lapar dan tubuhnya benar-benar super kelelahan. Seperti menambah bentuk kesengsaraan yang menemani hari-harinya.
.
.
.
Chanyeol sejak tadi sudah mondar-mandir di depan sebuah pintu apartemen, pakaian nya masih berupa jas lengkap dengan dasi, celana pantalon rapi dan sepatu kulit mengkilap yang terlihat mahal. Ia terus melirik pada arloji mewah yang melingkar di tangannya. Sudah hampir jam sebelas malam tapi Jennie masih tidak bisa ia temukan di rumahnya itu.
Ia adalah seorang pewaris tunggal perusahaan besar sekaligus pemilik sekolah mewah Shinhwa yang berpusat di korea selatan. Ayahnya memiliki bisnis di bidang teknologi yang kini Chanyeol kelola di Amerika sebagai arena pelatihan khusus baginya. Pria itu adalah budak cinta Jennie Kim sejak mereka mulai berpacaran enam tahun lalu. Chanyeol tidak peduli meskipun ia disebut sebut sebagai pria yang tidak punya nyali diantara teman-teman nya, karena Chanyeol sama sekali tidak pernah berpaling dari Jennie Kim sejak mereka resmi berpacaran.
Tapi sudah enam bulan Jennie menghindarinya, mengabaikan panggilan nya bahkan menjauhinya tanpa alasan. Jennie pun selalu menolak untuk berkencan dengannya di akhir pekan atau bahkan tidak pernah membuka-kan pintu untuk Chanyeol yang ingin menginap.
Chanyeol cukup kekanak-kanakan dalam menjalin asmara, dia sebenarnya mudah untuk disenangkan oleh Jennie, cukup diberi perhatian dan didengarkan setiap keluh kesahnya. Tapi, Jennie sekarang tidak ada dan Chanyeol jadi frustrasi.
"Kau darimana saja? Kau gila ya?! Meskipun canada adalah negara paling aman di amerika serikat, kau tidak boleh pulang hampir tengah malam begini!" omel Chanyeol saat melihat Jennie berjalan kearah pintu apartementnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSIC
Romance21+ Mature content THIS BOOK CONTAINS VULGAR SCENES. BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN. TETAP TINGGALKAN JEJAK UNTUK KEMAJUAN PENULIS. FYI. AKU SAYANG JENNIE :)