Sainbara.

1K 176 33
                                    

Dalam keheningan senja hari ini, Rose perhatikan bagaimana Rio dilatih dengan sangat keras, bagaimana lelaki ini harus melakukan hal-hal cukup gila,

Seperti menaiki pohon dengan cepat, berlari serta melawan beberapa beruang buas, Rose sedikit iba sebab Robert melatihnya begitu sangat keras, sampai-sampai Rio seakan susah untuk bernafas,

"Jika tanganmu hilang, pakailah kakimu, jika kakimu pun juga hilang pakailah kepalamu!" Robert berucap pada Rio yang berusaha berdiri setelah menahan tebasan bertubi dari Robert,

"Guru jika kepalaku hilang, berati aku mati kan?" Rose hampir saja menyembur tawa, dia lihat Robert yang lebih memilih menyerang lagi,

"Untuk itu usahakan untuk menjaga semuanya Rio " Ditebaskannya pedang berwana hitam itu, Rio dengan segera menghindar namun dengan cepat Robert menendang perut Rio hingga lelaki itu terhempas,

"Lambat! " Rio meringis dengan tangannya memegang perut yang terasa begitu sakit,

"Uh" Rio menahan nyeri, dia masih belum terbiasa dipukuli begibi,

"Cukup untuk hari ini, malam nanti kau carilah rusa atau babi hutan untuk makan" Robert segera pergi untuk mencari ketenangan,

Rio segera duduk dan bersandar pada batang pohon, dia sangat lelah, dia lirik Rose yang mulai menghampir,

"Oppa gong yoo keren sekali!!!" Rose berucap dengan mata berbinar senang,

"Dan kau terlihat menyedihkan" lanjutnya, Rio spontan mencubit pipi Rose,

"Banyak ngomong kau." Rose menepis tangan Rio,

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu." Rio hanya meledek dengan bibirnya,

"Rose, haus, ambilkan minum tolong" Rio berucap, Rose hanya menghela nafas, dia tak sekejam itu untuk menolak permintaan, dia begini karna memang iba akan Rio yang sangat menyedihkan.

Rose berdiri mengambil sebuah kantung air dan diberikan pada Rio,

"Minumlah"Rio segera meminum air, lantas dia menghela nafas sejenak,

"Kemari duduklah, aku ingin berbicara padamu sebelum Lisa didunia nyata membangunkanmu." Rio berucap sedikit serius, dia lihat Rose yang hanya mengikuti lantas ikut bersandar pada batang pohon yang besar ini.

"Kau tau? Aku masih tidak percaya jika aku akan berbincang dengan mu, rasanya seperti mimpi, " Rose sedikit terkekeh,

"Ini kan memang mimpi." Rio tersenyum melirik Rose yang mulai memandang langit senja,

"Kau benar, ini mimpi, terlepas kau nyata atau tidak, aku sangat senang, meski cukup makan hati sebab kekasihmu ikut datang dalam mimpi ini."

"Aku benar-benar sangat menyukaimu, aku menyukai semua yang ada dalam dirimu, bagaimana kau cara kau tersenyum dan bagaimana caramu menunjukan sebuah perhatian, " Rio lirik rose yang hanya diam,

"Dulu aku hanya bisa memandangmu dari ponsel, melihatmu pun aku harus mengeluarkan banyak uang hanya untuk ikut fanmeet, tidak seperti fansite lainnya aku lebih bekerja keras mencari keberadaanmu dalam sebuah acara." Rio terkekeh sendiri mengingat perjuangannya menjadi fans dari Rose,

"Tapi sekarang aku bahkan bisa menyentuhmu, merasakan amarahmu dan melihat kau tersenyum dari dekat, aku bersumpah jika mimpi ini adalah mimpi terbaik meski aku harus merelakanmu dengan Taehyung. Itu tidak masalah. "

Rose lirik Rio yang berucap dengan pandang melihat langit senja, lelaki menyebalkan ini untuk sesaat terlihat tenang. Entah kenapa Rose menyukai cara Rio bicara dengan tenang dan terkesan elegan.

"Bicara mu terlalu puitis." Rio terkekeh dengan ucapan Rose, dia lirik gadis itu,

"Aku ini serius, perkataanku kali ini tulus sekali rose." Rio berucap, dia hendak mencubit pipi rose namun terhenti saat rose melotot,

LUCID DREAM[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang