Falco Si Cowok Misterius

13 0 0
                                    


Kinara masih memikirkan kata-kata Arvi tadi yang terkejut karena dia masih memendam dendam pada Evelin. Kinara tau dendam itu tak baik, tapi mau gimana lagi, dia memang sangat membenci cewek itu. Dulu, Evelin selalu saja berusaha menarik perhatian Arvi yang sekelas dengannya, dia mencoba menembus dinding pembatas yang di buat Arvi pada teman-teman ceweknya, karena bagi Arvi hanya Kinara yang boleh tau segala hal tentang dirinya.

Semua cewek di kelasnya mengerti, tapi tidak dengan Evelin, dia terus mendekati Arvi dengan berbagai cara. Kinara akui, Arvi lumayan ganteng meskipun tak se-cool Ariel, Damar, ataupun Viel, tapi tetap saja Arvi punya daya tarik sendiri untuk cewek-cewek Alexandria meskipun hanya sebagian kecil yang menyadarinya. Mungkin Evelin salah satunya, dan Kinara tak suka itu.

Pada awalnya Kinara berpikir Evelin benar-benar menyukai Arvi. Jika memang itu yang terjadi dia bisa terima, dan dia akan ikhlas membiarkan kedekatan mereka. Tapi apa yang dilakukan Evelin, dia justru berusaha berkali-kali menjauhkan Kinara dari Arvi. Saking kesalnya, Kinara melabrak Evelin di kelasnya. Arvi mendukungnya, dia juga tak terlalu suka sikap Evelin yang terlalu ingin tau banyak tentang dirinya. Saat itu Evelin meminta maaf padanya, dan berjanji tak akan mendekati Arvi lagi jika tak punya tujuan. Waktu itu Kinara memaafkannya, tapi melupakan perbuatannya Kinara belum sanggup.

Perlahan-lahan Kinara sadar, bukan hanya Arvi tapi hampir seluruh cowok yang dekat dengan Kinara didekatinya. Dulu ada Samuel, Kian, Rey, yang terhitung sebagai cowok yang lumayan sering meminta solusi padanya dan semua didekati Evelin dengan berbagai cara. Hasilnya mereka jadi lebih dekat dan minta pendapat Evelin, ketimbang Kinara lagi. Entah apa maksudnya, dan sekarang-Marvin, Reno, dan Manda, Kinara hanya geleng-geleng kepala mengingatnya. Dia harus bisa menanggapi tindakan Evelin dengan santai. Asal bukan Arvi, yang lain dia tak peduli.

¨

Jam kelima pelajaran kosong, gurunya sakit, dan nggak ada guru pengganti. Hasilnya 2 jam pelajaran Bahasa Indonesia, diisi Kinara dan yang lainnya dengan ngerumpi. Mereka semua membentuk kelompok kecil. Kinara, Arista, dan Renata, ngumpul di meja Renata dan Kinara. Viona keluar kelas. Cacha, Sisil dan Alya, ngumpul di meja Cacha di belakang. Dewi dan Fina asyik ngobrol di bangku Fina, Rasti, Dinda, dan Mita, duduk di atas meja Mita dengan kegiatan yang sama, ngerumpi.

Sedangkan anak cowok, juga sibuk dengan kegiatan mereka. Yudha, Array, Davin, dan Rizky, main monopoli di bangku belakang. Aldo dan Rama main catur, Samy serius memperhatikan mereka berdua. Hanya Falco yang menyendiri, ditelinganya terpasang headphone cukup besar. Matanya terpejam, dia asyik membuat dunianya sendiri.

"Tadi lo dari IPA-3 ya Ra?" tanya Renata sambil menyesap minuman dinginnya.

"Yupz, nemuin Arvi."

"Kalian masih bersahabat dekat sampe sekarang ya?" Arista buka suara.

"Begitulah."

"Lo ketemu Damar dong," sambung Renata sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Sempat sih, cuman sekilas. Elo tau sendiri gimana cool-nya mereka."

"Tapi gue suka," timpal Arista.

"Suka ama siapa?" Kinara memandang Arista, raut wajahnya berubah serius. Arista salah tingkah. Renata yang sedang menyisir rambutnya juga sontak terhenti. Mereka diam membisu. "Suka ama siapa Ta?" desak Kinara.

"Ama Viel," jawab Arista pelan.

"Hah!" seru Kinara.

"Bukan cuman gue. Renata juga suka ama Damar," tunjuk Arista pada Renata. Refleks Renata melempar sisirnya ke arah Arista. Kinara memperhatikan kedua temannya yang salah tingkah tiba-tiba-

OMOIDE (KENANGAN) ENDWhere stories live. Discover now