Arvi

10 0 0
                                    

Suara langkah Pak Tono begitu terdengar jelas ditelinga anak-anak IPA-1, maklumlah suasana cukup hening, hanya suara sepatu yang berjalan mondar mandir sedari tadi yang terdengar. Sejak menit awal kuis di mulai, Pak Tono tak henti-hentinya mondar-mandir mengawasi anak didiknya. Tak ada sedikitpun waktu untuk bertanya, jangankan bertanya, menoleh saja anak-anak IPA-1 tak bisa melakukannya. Untung saja mereka kemarin belajar bersama, paling tidak ada yang mereka ketahui sedikit. Dan soal yang diberikan Pak Tono nggak beda jauh dengan yang diberikan Renata kemarin.

"Tinggal 5 menit lagi," suara Pak Tono memecah keheningan.

Tanpa dikomando semua siswa bergegas menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Ya.. selesai... kumpul kedepan," perintahnya setelah 5 menit berlalu.

Semua siswa mengumpulkan pekerjaan mereka, lalu menarik nafas dan menghembuskannya dengan sangat berat. Mereka berharap nilai mereka bisa lebih baik kali ini.

"Kembali ketempat duduk. Masih ada sisa waktu 15 menit sebelum bel istirahat. Saya akan memeriksa pekerjaan kalian," ujar Pak Tono lagi. Beliau memang seperti itu, setiap melaksanakan kuis, selalu disisakannya sedikit waktu untuk memeriksa pekerjaan anak didiknya.

Tak lama kemudian. "Perhatikan kedepan," perintahnya. Beliau mengawasi wajah siswa IPA-1 satu persatu. "Kalian semua-" tunjuknya pada semua siswa. "Bagaimana bisa nilai kalian diatas 70 kali ini?" sambungnya.

Semua siswa nampak berseri-seri, namun belum berani membuka suara. "Padahal saya sangat ketat mengawasi kalian, tak ada sedikitpun kesempatan untuk nyontek atau kerja sama, tapi-" beliau berhenti sejenak, lalu mengambil kertas ulangan yang ada diatas meja. "Nilai kalian kali ini cukup memuaskan. Ada yang bisa menjelaskan kepada saya?"

Renata dengan cepat mengangkat tangan. "Ya Renata, silahkan jelaskan, Dan asal tau saja, kamu meraih nilai tertinggi, selamat ya," ujar Pak Tono.

"Makasih Pak," balas Renata.

"Jadi bisa kamu jelaskan?"

"Begini Pak, sewaktu hari selasa lalu Bapak berencana mengadakan kuis namun tidak jadi karena terpotong jam istirahat, kami semua sepakat untuk belajar bersama-sama. Kemarin sore, di kelas ini kami semua mengulang kembali pelajaran yang Bapak berikan." Renata berhenti sebentar.

"Lanjutkan Renata."

"Saya kebetulan yang ditunjuk teman-teman untuk menjadi mentornya. Semua rumus kami bahas sekaligus cara pengerjaannya. Apa yang tidak jelas mereka tanyakan pada saya. Akhirnya saya memberikan mereka 4 nomor soal untuk sekedar mengetes mereka dan hasilnya tidak terlalu buruk Pak, mereka mampu menyelesaikan soal-soal yang saya kasih. Sehingga pada kuis kali ini kami pun mampu menjawab beberapa soal dari Bapak. Tapi saya yakin pada nomor 4 semua pasti salah, mungkin saya juga, karena soal itu belum sepenuhnya Bapak jelaskan dengan rinci."

Pak Tono mengangguk-anggukkan kepalanya, dan tak disangka guru killer itu tersenyum tipis. "Saya suka usaha kalian, memang harusnya seperti itu."

"Apa nilai kami lumayan bagus Pak?" tanya Array yang tak tahan dengan rasa penasarannya sedari tadi.

"Yah, lumayan bagus, diatas 70. Dan menurut saya itu lebih dari cukup," jawab pak Tono. Wajar Pak Tono mengatakan begitu, karena sebelum ini nilai mereka setiap kuis nggak lebih dari 65, hanya Renata saja yang nilainya selalu tinggi.

"Jadi, kali ini nggak ada yang remedial kan Pak," sambung Cacha.

"Iya tentu saja tidak ada. Saya bangga dengan kelas ini, pertahankan kekompakan kalian ya. Saya harap bukan hanya dipelajaran saya, tapi disemua pelajaran kalian melakukan hal yang sama."

OMOIDE (KENANGAN) ENDWhere stories live. Discover now