Pengumuman Kelulusan

7 0 0
                                    

SMA Alexandria hari ini terlihat ramai dengan para siswa dan orang tua. Maklumlah hari ini adalah hari yang ditunggu oleh mereka semua, hari pengumuman kelulusan. Nampak kecemasan diwajah para siswa termasuk orang tua mereka. Sebelum pengumuman kelulusan, pihak sekolah masih mengadakan sedikit pertemuan dengan para orang tua di aula sekolah. Hal ini membuat ketegangan makin terlihat diwajah semua siswa, mereka harap-harap cemas menanti pengumuman kali ini.

"Ra, gue tegang banget nih," kata Renata sambil menggenggam tangan Kinara.

Kinara mengangguk. "Gue juga Re."

"Aduh Re, Ra, nyantai aja. Gue yakin kita lulus 100 %," kata Evelin yang berdiri disampingnya.

"Mudah-mudahan Lin," timpal Manda.

"Kita tunggu aja," sambung Arista.

Nggak berapa lama saat yang mereka tunggu-tunggu pun tiba. Sebelum nama-nama mereka ditempel di papan pengumuman, Kepala sekolah memberikan beberapa kata sambutan yang pada akhirnya tak didengar oleh semua siswa, mereka hanya peduli pada kertas ditangan Pak Edo, yang siap ditempel.

Karena merasa sudah tak ada yang mendengar, akhirnya Pak Kepala sekolah mengakhiri sambutannya dan mempersilahkan Pak Edo untuk menempelkan nama-nama mereka. Begitu selesai ditempel, seperti semut yang mengerubuni makanan mereka, Kinara dan semua siswa langsung menyerbu papan pengumuman.

Aksi dorong-mendorong pun tak bisa dihindari. Beberapa siswa yang sudah mendapati dirinya lulus, berteriak senang, sementara yang lain masih sibuk mencari nama mereka. Kinara dan yang lainnya, sontak berteriak bersama begitu tau mereka ternyata lulus, mereka berpelukan dan saling memberikan selamat.

"Kita LULUS!!!"

Teriak semua anak-anak siswa kelas XII IPA dan IPS dengan lantang. Aldo yang sedari tadi sudah menyiapkan pilox, akhirnya menyemprotkannya kesemua teman-teman mereka yang dinyatakan lulus. Ternyata seluruh siswa di SMA Alexandria dinyatakan lulus dengan hasil yang baik. Hal ini membuat mereka semakin senang, ternyata perjuangan mereka tak sia-sia.

Para guru dan orang tua hanya tersenyum memandang tingkah laku mereka, mereka paham dengan aksi mereka saat ini. Ini merupakan luapan kebahagian mereka semua, jadi para guru dan orang tua membiarkan euforia yang berlangsung di Alexandria itu begitu saja tanpa coba mencegahnya.

Hanya beberapa menit saja, kemeja putih mereka semua sudah tertutupi dengan pilox. Aksi saling semprot masih terjadi, tapi anak-anak IPA mulai mengeluarkan spidol untuk membubuhkan tanda tangan di kemeja teman-teman mereka. Kinara berjalan kesana kemari, dia mencari Arvi, dia mau nama Arvi yang pertama di kemejanya.

"Lo nyari gue." Arvi sudah berdiri disampingnya.

"Ar" kata-kata Kinara terpotong saat Arvi memeluknya. Kinara membalas pelukan sahabatnya itu, cukup lama sampai akhirnya Arvi melepasnya. "Tanda tangan Ar." Kinara memberikan spidol pada Arvi.

Arvi menerimanya. "Tanda tangan dimana Ra?"

"Terserah lo."

Arvi berfikir sebentar, kemudian dia membubuhkan tanda tangannya samping kiri bahu Kinara dan menulis namanya disana. "Biar lo bisa bersandar ke gue kapan aja."

Kinara tersenyum. "Gantian ya." Arvi memberikan spidol ke tangan Kinara. Kinara langsung saja menuliskan namanya di bawah saku kemeja Arvi. "Disini kan dekat ama hati lo. Jadi biar nama gue selalu dekat di hati lo. Meskipun nggak tepat di dalam hati lo."

"Cari yang lain yuk," ajak Arvi. Kinara mengangguk, mereka menemui teman-teman yang lain.

"Tanda tangan Ra!" teriak Dinda.

Kinara menghampirinya, Dinda membubuhkan tanda tangannya, Kinara juga. Tak lama Sisil, Alya, Fina, Dewi, Rasti dan Mita menghampirinya. Mereka juga membubuhkan tanda tangan dan nama mereka di kemeja Kinara.

"Cacha!" teriak Kinara. Cacha berpaling. "Tanda tangan!"

Cacha membuka spidolnya lalu membubuhkan tanda tangan dan namanya. Viona dan Dinda yang melihat itu bergegas bergabung dan melakukan hal yang sama. Tidak terasa kemeja Kinara sudah penuh dengan tanda tangan teman-temannya.

"Kita masih punya tempat kan Ra," terdengar suara seseorang.

Kinara berpaling. Nampak Samy, Array, Aldo, DRY, dan Rama berdiri di hadapannya. Kinara berlari ke arah mereka lalu memberikan spidolnya.

"Selalu ada tempat kok," mereka tersenyum dan mulai melakukan aksi yang sama pada baju Kinara. "Thanks," Kinara kembali berjalan mencari yang lain.

"Kinara!!!" Kinara tersenyum melihat siapa yang ada didepannya. Renata, Arista, Viel, Damar, Radit, Alya, Ergi dan Sisil "Tanda tangan Ra."

"Gue pikir kalian kabur kemana," ujar Kinara pada Renata dan Arista.

"Wahhhkemeja lo banyak amat yang tanda tangan," komentar Arista. "Nih kalian juga." Arista memberikan spidol pada Viel. Viel, Damar, Radit, dan Ergi bergantian melakukannya.

"Kalian nggak?" tanya Renata pada Sisil dan Alya.

"Udah kok," jawab keduanya kompak.

"Ya udah, gue cari yang lain dulu ya," pamit Kinara.

Dia kemudian kembali berjalan, siapa saja yang berpapasan dengannya dimintanya untuk memberikan tanda tangan di bajunya. Kinara juga meminta Marvin, Manda, Reno, Evelin, dan Jerry menyumbangkan tanda tangan mereka di bajunya.

"Sayang." Kinara menoleh. Ariel berdiri didepannya. Kinara berlari memeluk Ariel. Ariel juga. "Aku butuh tanda tangan kamu Ra."

Kinara mengambil spidolnya, dia menulis namanya dan tanda tangannya tepat di tengah-tengah kemeja Ariel. "Biar kamu selalu ingat aku," mereka tersenyum bersama. Ariel membubuhkan tanda tangannya di bahu sebelah kanan Kinara. Alasannya sama seperti alasan Arvi.

Suasana sekolah masih ramai dengan aksi coret-coretan. Hanya ada satu orang yang belum bisa Kinara dapatkan tanda tangannya, Falco, entah dimana cowok itu. Kinara terus mencarinya.

"Hei," langkah Kinara terhenti. Hampir saja Kinara menabrak sosok dihadapannya yang tak lain adalah Falco. "Mau tanda tangan?"

Kinara mengangguk, lalu menuliskan namanya di kedua bahu Falco. Falco mengernyitkan dahi melihatnya tapi tak ditanyakannya kenapa Kinara melakukan itu. Sementara alasan Kinara menuliskan namanya di kedua bahu Falco adalah biar Falco selalu bersandar padanya. Haha, ada-ada aja Kinara.

"Gantian Fal."

Falco membuka spidolnya, dia melihat kemeja Kinara yang nampaknya sudah penuh. Falco menggeleng. "Udah nggak ada tempat kayaknya Ra."

"Hah!!!" Kinara melongo. "Masa sih?"

"Lo liat aja, kemeja lo penuh gini." Falco membolak-balikan tubuh Kinara kesana kemari sekedar mencari tempat yang tepat untuknya menuliskan namanya

"Cari dong Fal, masa nggak ada nama lo di kemeja gue."

"Ada Ra!" seru Falco. Dia kemudian membuka spidolnya, dituliskannya namanya di punggung Kinara yang kayaknya masih muat untuknya, tepat disamping nama Renata dan Arista. "Udah!"

"Thanks."

"Foto-foto yuk, momen langka nih," seru Falco. Kinara mengangguk, lalu Falco menarik tangan Kinara menuju teman-teman yang lain.

Acara selanjutnya adalah foto bersama, itu adalah poin penting di setiap kelulusan, biar ada kenang-kenangan yang bisa mereka lihat setelah berpisah nantinya. Ariel hanya menatap Kinara dan Falco dengan senyum miris. Dia sepertinya tau apa yang harus dilakukannya.

Dan bukan hanya Ariel, Nadia juga mendadak sadar dengan apa yang terjadi selama ini. Dia juga bertekad mengakhiri semua permainan Falco, demi kebaikan semuanya, dan agar nggak ada lagi hati yang tersakiti.

Seperti masa SMA kita yang sudah berakhir. Hubungan kita juga akan segera aku akhiri.

OMOIDE (KENANGAN) ENDWhere stories live. Discover now