XI IPA-1 Kembali Berkumpul

8 0 0
                                    

Kinara masih kesal dengan sikap Arista dan Renata, yang memilih tak peduli dengan masalah DRY. Renata bahkan memperingatkannya untuk tidak lagi mengurusi urusan yang bukan urusannya. DRY sendiri yang menjauh dari mereka, kenapa sekarang malah sibuk mempersatukan mereka kembali, itu salah mereka, begitu kata Renata. Tapi Kinara tak bisa diam saja, dia masih peduli dengan kelasnya yang dulu dan persahabatan diantara mereka.

"Masih mikirin masalah DRY?" Ariel duduk dan merangkulnya. Kinara mengangguk lesu, dia merasa tak senang jika ada masalah yang tidak bisa dia temukan cara penyelesaiannya. "Malam ini bisa kamu lupain sebentar? Kita lagi jalan berdua loh."

Kinara memandang Ariel, tapi tak ditemukannya sinyal marah di wajah teduhnya itu. Kinara tiba-tiba merasa bersalah, seharusnya dia lebih memperhatikan pacarnya ini, dari pada teman-temannya.

"Maaf ya."

"Nggak apa-apa kok. Aku tau kalian dekat, hanya untuk malam ini kok Ra," lagi-lagi Ariel tersenyum.

Kinara mengangguk lalu berdiri. "Ayo kita senang-senang malam ini."

Ariel ikut berdiri. "Kita mau kemana?"

"Banyak!" seru Kinara. "Aku mau malam ini kamu dan aku buat kencan seromantis mungkin."

Ariel memeluk Kinara erat. "Aku sayang kamu Ra."

"Aku juga Riel."

"Gini, kita nonton dulu, trus makan, trus ke pasar malam, gimana?"

"Ah aku malas nonton, ke pasar malam aja ya."

"Yakin?"

"Yakin dong. Kita harus coba semua permainan yang ada disana. Hanya kamu dan aku."

"Oke, ayo."

"Ayo."

Ariel menggandeng Kinara dengan mesra, mereka menuju pasar malam. Sesampainya disana, tiba-tiba Kinara menarik tangan Ariel menuju sebuah wahana. Dari dulu dia ingin sekali mencoba ini, tapi karna dulu dia gengsi mengunjungi tempat seperti ini jadi keinginannya itu tak pernah tersalurkan.

"Kita naik ini ya Riel," pinta Kinara. Ariel hanya mengangguk spontan mengiyakan ajakan Kinara begitu saja.

Dia baru sadar ketika dia sudah berada di dalamnya dan benda itu mulai bergerak. Dilihatnya sekelilingnya, mereka mulai bergerak ke atas.

"Ra kita naik apa?" tanyanya panik.

"Kincir angin," jawab Kinara sambil menikmati pemandangan yang indah.

Dia tak menyadari wajah Ariel yang sudah mulai pucat, bahkan Ariel menutup matanya sambil berpegangan pada besi tempat duduknya. Untung saja hanya mereka berdua yang ada di dalam kincir nomor 7 itu. Padahal kapasitasnya untuk 4 orang, tapi karena memang hanya sedikit yang naik, mereka memilih tak bergabung dengan yang lainnya.

"Riel kamu—"

Kata-kata Kinara terpotong saat menoleh ke arah Ariel, tiba-tiba meledaklah tawa Kinara melihat ekspresi Ariel yang ketakutan.

"Kamu takut ketinggian ya Riel."

"Kamu malah girang Ra."

Kinara masih tertawa ngakak melihatnya. Ingin sekali dia mengabadikan wajah Ariel yang ketakutan seperti ini, pasti heboh disekolah. Siapa sangka idola sekolah takut ketinggian, namun Kinara mengurungkan niatnya, tidak mungkin dia berbuat begitu pada pacarnya ini.

"Bentar lagi selesai kok Riel, tahan ya," kata Kinara lembut.

Kasihan juga dia melihat Ariel seperti itu. Kinara bahkan meraih tangan Ariel dan menggenggamnya erat, berusaha memberikan semangat kepada Ariel. Ariel hanya mengangguk berterima kasih pada Kinara.

OMOIDE (KENANGAN) ENDWhere stories live. Discover now