XI IPA-1 VS XI IPA-3

10 0 0
                                    


"Untuk kelas XI IPA-1 dan XI IPA-3 harap menuju lapangan basket. Sebntar lagi pertandingan akan segera dimulai," terdengar suara Pak Joe guru Olahraga dari microphone.

"Udah dipanggil nih," kata Cacha sambil memandang teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan.

"Gimana udah siap?" Arista muncul disamping Cacha. Tangan Arista penuh dengan beberapa handband berwarna merah.

"Siap," jawab Rama, Samy, Falco, Aldo, dan Array dengan kompak. Mereka berlima adalah anggota basket XI IPA-1 yang akan bertanding sebentar lagi.

"Eh apaan tuh Ta yang lo pegang?" tunjuk Samy.

Arista membagikannya kepada masing-masing pemain. "Ini seperti tanda kelas kita. Kalian wajib make ini."

Rama, Samy, Falco, Aldo, dan Array menerimanya sambil tersenyum. Mereka memakaikan benda itu di pergelangan tangan kanan mereka.

"Keren," puji Array, yang lain mengangguk setuju.

"Guys, kelapangan sekarang," seru Renata. Mereka mengangguk, kemudian bergegas menuju lapangan basket.

¨

Hari ini hari kedua diadakannya class meeting di SMA Alexandria. Beberapa lomba sudah dilaksanakan kemarin, dan hari ini adalah jadwal dari lomba basket antar kelas. Dari pagi sudah ada beberapa kelas yang bertanding, dan sekarang tepat pukul 3 sore, kelas XI IPA-1 dan kelas XI IPA-3 akan berhadapan.

"Teman-teman, gue tau pertandingan ini nggak mudah. Di IPA-3 ada Arvi, Radit, dan Ergi, yang emang anggota basket sekolah, ditambah Ariel dan Viel, yang kemampuan basketnya nggak bisa diragukan lagi." Kinara berkata sambil mengelilingi kelima temannya yang akan bertanding layaknya seorang pelatih.

"Tapi gue yakin kalian pasti bisa. Basket adalah permainan tim. Sehebat apapun skil individu mereka, tetap saja mereka nggak bisa main sendiri. Jadi yang perlu gue tekanin disini adalah kompak. Oke." sambung Kinara, mereka berlima mengangguk cepat tanda mereka mengerti.

"Oke, anak-anak IPA-1 silahkan masuk lapangan," perintah Pak Joe.

Falcocs segera berlari kedalam lapangan. Sementara itu pendukung masing-masing kelas sudah memadati lapangan pertandingan. Anak-anak IPA-1 semuanya memegang botol plastik yang sudah terisi kerikil didalamnya mereka berteriak sambil menggoyang-goyangkan botol itu sehingga menimbulkan bunyi-bunyian.

"Ide lo?" bisik Arista pada Renata.

"Yupz... seru kan."

"Banget."

"Sayang banget ya Pak Edo nggak ada," keluh Renata sambil menegadahkan kepalanya ke atas langit. "Padahal kan kita bisa tambah semangat kalo Pak Edo ada."

Yang lainnya mengangguk setuju dengan kata-kata Renata. Pak Edo, wali kelas mereka mendapat tugas dari sekolah selama satu bulan lamanya untuk mengikuti kegiatan di luar Jakarta. Jadi selama ini anak-anak IPA-1 berjuang sendiri tanpa dukungan wali kelas mereka. Rasanya sedih melihat kelas lain didampingi oleh wali kelas masing-masing sementara mereka tidak. Tapi semua anak-anak IPA-1 sudah bertekad untuk membuat Pak Edo bangga, dan membuktikan mereka bisa meskipun tidak didampingi wali kelas.

"Ra, kalo kita kalah disini apa langsung gugur?" tanya Cacha mengalihkan topik ke arah lain. Arista dan Renata yang saat itu berdiri disamping Kinara berpaling kearah Cacha.

"Iya, ini kan sistim gugur. Saking banyaknya kelas, makanya dibuat seperti itu," jawab Kinara.

"Apa Falco dan yang lain bisa ya?" komentar Alya sambil memandang teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan.

OMOIDE (KENANGAN) ENDWhere stories live. Discover now