Putus Hubungan

8 0 0
                                    

Suasana Alexandria kembali ramai. Hari ini hari sabtu, hari terakhir jadwal class meeting. Hari ini hari final semua ajang lomba olahraga antar kelas. Kesibukan pun mulai diperlihatkan masing-masing kelas, dari kelas X sampe dengan kelas XII, semuanya asyik dengan kesibukan pagi ini. Semua? Nampaknya tidak. Ada satu kelas yang sama sekali tak memperlihatkan kesibukan mereka. Wajarlah, karena kelas mereka tak satupun masuk final di semua lomba olahraga, maupun kesenian. Sehingga semua siswa kelas itu hanya diam dan duduk manis di dalam kelas mereka.

"Huh, parah, kita nggak masuk final satu pun," keluh Array di depan kelas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Iya, sangat menyedihkan." Fina sok mendramatisir suasana.

"Alah, nggak usah dipikirin, mending kita nyanyi-nyanyi," ajak Cacha. "Ada yang bawa gitar kan?"

"Boleh juga tuh, kebetulan gue bawa gitar." Falco buka suara sambil mengambil gitarnya.

Semuanya mengangguk kompak kemudian mereka mulai mengelilingi Falco.

"Lagu apa nih?" tanya Rama.

"Arti sahabat, lagunya Nidji," usul Aldo, yang lain setuju.

Falco mulai memainkan intronya. Semuanya bergembira, sejenak hilanglah pikiran mereka tentang kegagalan kelas IPA-1 di semua ajang lomba olahraga.

Disela-sela permainan gitarnya, Falco tanpa sengaja melirik Kinara yang menyendiri di pojok kelas. Kinara asyik mendengarkan musik lewat earphone-nya, dia larut dengan dunianya sendiri. Falco kembali menunduk, ternyata kesedihan itu belum juga beranjak dari wajah cantiknya itu.

Lo masih sedih ternyata Ra. Apa yang harus gue lakuin?

Sementara itu, beberapa siswa yang kebetulan lewat didepan kelas mereka menunjukkan ekspresi jijik, seolah-olah IPA-1 adalah kelas yang harus dijauhi karena kegagalan mereka di ajang class meeting kali ini.

IPA-1 nggak peduli, mereka terus menyanyi, bahkan Renata dengan kesal menutup pintu kelas mereka dengan kasar, saking kesalnya dengan perlakuan anak-anak kelas lain itu.

¨

"Bakso satu Bang," pesan Kinara. Kali ini Kinara makan di kantin depan bersama Falco. Sebenarnya Kinara nggak mau, tapi dia berfikir, jika dia memaksa makan di kantin belakang, dia pasti akan ketemu Arvi, dan Kinara nggak sanggup menghadapinya. Akhirnya dia menerima ajakan Falco makan di kantin depan saja.

"Gue juga Bang, samain," pesan Falco juga. Falco dan Kinara mengambil tempat di pojokan.

"Wah ada yang ganti sahabat nih," suara Evelin yang sangat dibenci Kinara itu terdengar jelas dibelakangnya.

Kinara berbalik dan menatap Evelin tajam. Didekatnya ada Manda, Marvin, Reno, dan Jerry.

"Maksud lo apa?"

"Ya ampun lo dengar." Evelin berkata dengan nada centil membuat Kinara makin panas saja mendengarnya.

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu! Siapa yang lo maksud ganti sahabat!" suara Kinara mulai naik satu oktaf, kini dia berdiri di depan meja Evelin dan teman-temannya.

"Lo yang ganti sahabat. Biasanya kan lo ama Arvi!" suara Evelin juga mulai meninggi. "Kenapa? Gue salah? Nggak kan. Kena batunya kan lo, emang lo pikir Arvi punya lo doang, kasian deh lo," ejek Evelin sambil tersenyum sinis. Berita tentang perseteruan diantara kelas IPA-1 dan IPA-3 ternyata sudah menyebar ke kelas-kelas yang lain.

"Lo" Kinara bersiap memukul Evelin, namun tangannya ditahan Falco.

"Idih, mau mukul gue lo." Evelin buka suara lagi. "Nih pukul kalo berani," dia malah menyodorkan pipinya ke arah Kinara.

OMOIDE (KENANGAN) ENDWhere stories live. Discover now