16. Daan?

48.9K 5.4K 197
                                    

"An, gak boleh!"

"Tapi An pengeeeenn.".

Jurus andalan anak perempuan yang dipanggil An itu pun muncul. Dua bola mata bulatnya berbinar-binar mengiba. Dan tentu ia selalu berhasil membuat anak lelaki di depannya luluh.

"Yaudah, satu aja!" katanya, pasrah. Lalu membiarkan An mengambil satu permen lolipop besar yang ada di kantin sekolahnya.

Namun meski mengizinkan, anak lelaki itu tetap saja menakut-nakuti An yang sudah membuka bungkusan permen tersebut. "Kalau makanin permen terus, nanti giginya ompong loh, An. Nanti banyak uletnya."

"Dan bo'ong," An tidak percaya begitu saja dan lanjut menjilat permennya. Buktinya, selama ini ia makan permen, giginya masih baik-baik saja.

"Beneran. Lihat deh tuh, temen kelas An yang giginya item, itu tuh gara-gara makan permen. Giginya dimakanin ulet, jadi item, nanti lama-lama giginya abis."

Sekarang An memandang permen berwarna-warni di genggamannya dengan tatapan seram. Ia jadi teringat Caca teman sekelasnya yang sering sakit gigi karena suka makan coklat dan permen.

"Telus?" anak perempuan berusia enam tahun itu bertanya bimbang. Entah harus ia apakan permennya sekarang. Mau dikasih ke orang, tapi sudah ia icip, mau dibuang, tapi sayang baru diicip dua kali.

"Sini," Dan mengambilnya tanpa menunggu An memberikan permen lolipop tersebut. "Buat Dan aja."

"Iiihh, bilang aja kalau Dan mintaa."

"Hehehe."

Setelah itu An cemberut, lalu membeli banyak permen untuk ia makan dan bawa pulang meski Dan sudah melarangnya.

Singkat cerita, esoknya An sakit gigi dan menangis seharian karena tidak bisa bermain dengan Dan.

***

Siang ini, Hanum baru saja selesai menunaikan shalat dzuhur di mushola kampusnya. Sekarang ia sudah memakai sepatu. Saat berdiri, Hanum melihat-lihat kembali takut ada yang tertinggal. Karena waktu itu Hanum sempat meninggalkan ponselnya di serambi mushola. Beruntung Abi menemukannya.

Hanum berdiri menunggu Putri yang masih ada di dalam mushola. Sahabatnya itu terlihat sedang melipat mukena. Hanum menghela napasnya, hari ini cuaca terasa begitu terik, membuat Hanum dehidrasi dan ingin segera pergi mencari sesuatu untuk ia minum.

Hanum pun memutuskan untuk pergi lebih dulu. Sambil berjalan ia mengetik pesan untuk Putri bahwa dirinya akan pergi membeli air minum. Setelahnya Hanum meletakkan kembali ponselnya ke dalam tote bag.

Hanum Maida Wistara. Dari nama belakang yang dimiliki, membuat banyak orang tahu putri siapa sosok wanita cantik berkulit putih pucat dengan bola mata bulat berwarna abu-abu itu. Sebenarnya Hanum cukup terkenal di kalangan kampusnya. Namun memang hanya ada beberapa saja yang berani bertegur sapa dengannya. Bahkan teman-teman Hanum dari masuk kuliah sampai sekarang cuma itu itu saja.

Hanum juga sudah terbiasa bila ada beberapa tatap mata yang memperhatikannya. Bila mereka memberi senyum, maka Hanum akan membalas sapaannya dengan senyuman juga. Hanum itu sebenarnya orang yang ramah. Tapi mereka yang tidak mengenalnya menganggap Hanum orang yang sombong dan jutek. Mungkin karena wajah Hanum yang mirip seperti ayahnya yang suka sok cool itu, Hanum jadi dikira wanita yang memiliki sikap dingin.

Padahal, cukup mengenalnya satu hari saja, maka siapapun akan tahu kalau Hanum adalah pribadi yang hangat. Atau cukup dengan memperhatikannya saja, maka siapapun akan tahu, kalau Hanum adalah wanita manis yang sangat ramah. Hanya saja, sosok yang selalu ada bersama Hanum, yakni abang dan abinya, bisa lebih dingin dari kutub di Selatan, atau bisa lebih garang dari singa di Afrika. Jadi harus tetap berhati-hati bila berurusan dengan Hanum.

Cinta Untuk Hanum [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang