6. Penyesalan Terbesar

61.2K 5.3K 116
                                    

Siapapun pantas mendapatkan kesempatan kedua. Namun tidak semua orang bisa memanfaatkannya dengan baik. Dan lalu, berakhir menyesal.

-Cinta Untuk Hanum-

🌿

"Hanum berangkat sama Abi, yah!" Hanum bukan sedang bertanya. Ia sedang memutuskn kalau dirinya ingin berangkat bersama abinya hari ini.

"Boleh. Abisin dulu sarapannya," kata Ashwa.

"Pulang jam berapa?" Alan bertanya.

"Belum tau. Soalnya hari ini Hanum mau nemenin Miranda."

"Mau ke mana?" kali ini dua orang yang bertanya bersamaan. Hanum sampai melihat ke arah keduanya secara bergantian. Dua pria posesif itu pun sekarang saling pandang, lalu secara bersamaan menatap ke arah Hanum menuntut jawaban.

Ashwa yang melihat mereka hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Shoping," singkat Hanum, tidak terganggu dengan keduanya, karena sudah terbiasa. "Boleh?" tanyanya, meminta izin.

Sebelum Alan dan Hafizh membuka suara, Ashwa mendahului, "Iyah, jangan pulang terlalu sore."

Hanum pun tersenyum lebar, nampak bahagia, dan hal itu membuat kedua pria di sana menahan diri untuk menahannya pergi.

Dalam keluarga itu, memang bukan Hanum yang termuda. Masih ada Hasan dan Husain sebagai bagian keluarga yang paling muda. Mereka masih duduk di bangku menengah pertama di sebuah pesantren terbaik di luar kota. Kemarin sore kedua anak lelaki itu sudah berangkat kembali ke pesantrennya. Jadi sekarang di rumah itu kembali hanya ada Alan, Ashwa, Hafizh dan Hanum. Dan tentunya dengan beberapa asisten rumah tangga, beberapa tukang kebun, sopir, dan security.

Namun, meski Hanum bukanlah yang termuda, ia tetap diperlakukan layaknya seperti adik terkecil. Karena mau bagaimana pun, ia adalah satu-satunya princess di keluarga Alan dan Ashwa. Satu-satunya anak tercantik dan yang paling dilindungi oleh semuanya, termasuk oleh Hasan dan Husain.

Beberapa orang iri, ingin menjadi seprti Hanum dan berpikir, betapa sempurnanya hidup Hanum. Keluarga yang kaya raya, memiliki tiga saudara laki-laki yang tampan dan selalu melindunginya, jangan lupa ayah yang super tampan, humoris, royal dan terlihat begitu sempurna di mata orang-orang. Jangan lupa juga dengan seorang ibu yang begitu baik dan sangat lembut padanya. Benar, sekilas, hidup Hanum memang begitu sempurna. Hanum mendapatkan seluruh cinta dari keluarga kecilnya yang harmonis.

Namun masih ada satu yang kurang. Yakni jodoh yang masih menjadi rahasia Tuhan. Tapi Hanum tidak menunggunya. Ia belum siap bertemu dengan jodohnya. Hanum masih merasa ia baru terlahir kemarin, jadi belum ada pikiran untuk menikah. Ya, terserah Hanum saja.

Pukul setengah delapan, Hanum masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam. Ia duduk di kursi belakang bersama dengan abinya yang tampan, sementara sopir kini mulai melajukan kendaraan beroda empat tersebut.

"Mang, ke kampus Hanum dulu, yah," kata Hanum, mengingatkan.

"Siap, Non."

Hanum pun tersenyum lebar dengan acungan ibu jarinya. Mobil mulai menyusuri jalanan perkomplekan. Hanum mengambil ponselnya yang berdering dari dalam hoodie bag nya. Nama Mira tertera di layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum."

"Ini udah di jalan."

"Ih, aku kira kamu udah berangkat."

"Yaudah, jangan terlambat, assalamu'alaikum."

Hanum menaruh ponselnya kembali, dan baru menyadari kalau mobil yang ia tumpangi berhenti.

Cinta Untuk Hanum [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang