Merepotkan. Itulah kata kedua orang tua kepada seorang anak lelaki yang dititipkan di rumah kakek dan neneknya sejak berusia enam tahun, tepat saat ia masuk sekolah dasar.
Kala itu, hari-harinya diisi dengan air mata. Karena mau bagaimanapun, ia hanyalah seorang anak kecil yang sangat ingin tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.
Namun, ada seorang anak perempuan yang tinggal di sebelah rumah kakek dan neneknya. Setiap hari, anak itu datang, mengetuk pintu kamarnya, meneriaki namanya, mengajaknya bermain, merayunya dengan es krim dan permen agar mau keluar dari kamarnya.
"Danuuuuu, Anum balik lagi niiih."
"Daaaan, main yuk."
"Dan, Anum bawa es klim sama pelmen."
"Daaann, temenan yuuk."
Danu pernah melihatnya saat kali pertama ia sampai. Gadis kecil itu memiliki kedua bola mata bulat yang besar berwarna abu-abu, hidungnya mancung, rambutnya sangat lurus berwarna coklat, kulitnya putih pucat.
Danu hampir mengira kalau anak kecil itu adalah boneka kalau saja suaranya tidak melengking dan membuat telinga berdengung. Namun Danu mulai terbiasa mendengarnya dari balik pintu kamarnya.
Setelah setiap hari tanpa kenal lelah membujuk, akhirnya, ada hari dimana Danu mau bertemu dengannya. Ternyata tidak terlalu buruk. Gadis kecil yang kelewat ceria itu membawa dampak positif baginya. Dan lalu, hari-harinya hanya diisi dengan senyum bahagia, tak ada lagi air mata.
Sejak saat itu, Danu memutuskan untuk selalu ada di sisinya, dan akan selalu menjadi pelindungnya.
Namun, Danu gagal.
Kini, seorang pria terbangun dengan peluh di wajahnya. Kembali ia alami mimpi buruk yang membuatnya terbangun pukul dua dini hari. Hampir-hampir ia menitikkan air mata. Ia usap paras tampannya dengan kedua tangan seraya mengucap istighfar beberapa kali.
Dihantui rasa bersalah. Setiap orang pasti tidak ingin mengalami hal itu. Namun itulah yang terjadi pada pria bernama Abidzar Danugra Sadewa.
Meski semua berkata kalau dirinya tidak bersalah dan selalu mengingatkan untuk tidak menyalahkan diri sendiri, dirinya tetap tak bisa melakukan hal tersebut. Perasaan bersalah itu tetap saja menghantui dirinya hingga membuatnya trauma dan mengalami mimpi buruk hampir setiap malam. Namun Abi rasa ia memang pantas mendapatkannya agar ia tidak lupa dengan kegagalannya.
Abi bergerak turun dari atas tempat tidur. Ia menapaki lantai kamarnya, berjalan menuju kamar mandi hendak membasuh wajah dan mengambul air wudhu. Ya, Abi memutuskan untuk menunaikan shalat tahajud. Dalam do'a nya nanti, ia akan meminta banyak ampunan dan permintaan pada Tuhan.
Bila manusia memang tak punya kuasa untuk memutar waktu, maka manusia bisa berusaha membuat waktu yang akan datang jadi lebih baik dari waktu yang sudah berlalu.
Dan itulah satu dari sekian banyaknya permintaan yang akan ia mohonkan kepada Tuhan-nya. Abi berharap, ia masih diberi waktu untuk bisa memperbaiki segalanya.
***
Pagi hari bersama dengan cuitan burung dari luar jendela adalah hari-hari yang Hanum alami. Ia tentu sudah terbangun sejak subuh. Hanya saja, pagi ini berbeda. Meski waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Hanum masih duduk di kursi yang menghadap cermin riasnya. Padahal biasanya pagi-pagi sekali ia sudah ke dapur untuk merecoki bibi dan uminya yang menyiapkan sarapan.
Tapi hari ini, terlalu banyak yang Hanum pikirkan sampai membuatnya berhenti sejenak untuk beraktifitas banyak seperti biasanya. Dan kalau saja Hanum tidak mendengar suara ketukan pintu kamarnya, Hanum tak akan merubah posisi duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Hanum [SELESAI]
RomantizmRomance-Comedy SERIES WISTARA FAMILY Hanum Maida Wistara Kalau baca cerita ini, kalian gak akan bisa berhenti tersenyum :) Hati-hati! Menimbulkan kebaperan dan penasaran akut. Gemas berkepanjangan dan menimbulkan rasa gak sabaran untuk segera baca p...