Orang tua kita mungkin memang tak selalu tahu apa yang terbaik bagi kita. Tapi percayalah, kalau mereka selalu ingin kita mendapatkan yang terbaik.
🌿
"Bang?"
"Hm?"
"Bang Hafizh kenal sama Abang Abi?"
"Anum nyari-nyari Abang dari tadi cuma buat nanya itu?"
Hanum pun mengangguk. Sungguh, rasa penasarannya sudah tak terbendung lagi. Ia heran mengapa abinya dan abangnya ini tidak posesif padanya mengenai Abi. Mereka malah terlihat akrab.
Hafizh keluar dari kolam renang, ia duduk di tepinya lalu meraih handuk yang kemudian ia gantung di lehernya.
"Abang?"
"Kenal," jawabnya, karena Hanum menagih dengan merengekkan namanya.
"Sejak kapan?"
"Lama."
Hanum membulatkan mata. "Kok bisa? Kan Bang Abi baru pindah beberapa hari yang lalu?"
"Kan dia partner kerja abi. Jadi Abang kenal."
"Oh, dia kerja di perusahaan abi?"
Hafizh menggeleng. "Bukan gitu. Dia gak kerja di perusahaan abi. Dia punya usaha sendiri, terus kerjasama sama perusahaan abi."
"Waaaw, jadi dia punya perusahaan sendiri?"
Hafizh mengangguk sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.
"Perusahaan besar?" Hanum bertanya lagi.
"Belum bisa dibilang besar. Masih tumbuh dan berkembang."
Hanum terkekeh lalu berucap, "kaya negara kita, yah. Negara berkembang."
Hafizh ikut tersenyum geli mendengar itu.
"Pantes aja abi deket sama dia, ternyata udah lama kenal."
"Hm, abi suka sama dia."
Hanum langsung menatap horor Hafizh.
"Maksud Abang bukan suka yang begitu." Kalau saja dekat, pasti Hafizh sudah mencubit pipi Hanum. Sayangnya Hanum duduk di gazebo yang cukup jauh darinya.
"Abi kan jarang, tuh, suka sama orang diluar keluarga. Apalagi temen-temen kamu yang laki-laki. Tapi sama Abidzar dia suka."
Hanum mengangguk-ngangguk mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh Hafizh.
"Awas loh, dijodohin."
Hanum langsung melotot kembali mendengar celetukan frontal dari satu-satunya abangnya itu.
"Kenapa mukanya gitu? Kaget? Atau gak mau?"
"Kaget dan gak mau," begitulah jawaban Hanum.
"Memang kenapa? Katanya Abi lebih ganteng dari Abang?"
Hanum mendongak menatap langit sore yang hampir berubah jadi jingga. "Emang iyah. Tapi Abangnya Hanum lebih baik dari dia."
Hafizh tersenyum senang mendengar itu, tapi kemudian, ia pun berkata, "Abi juga baik, kok."
Detik itu juga tatapan Hanum langsung tertuju ke arah Hafizh. Sudah dua kali ia mendengar kalimat yang menyatakan kalau Abi adalah orang yang baik. Dan yang sulit ia percaya adalah, abi dan abangnya yang mengatakan itu.
"Abang sama abi kok gitu, sih?"
"Gitu gimana?" tanya Hafizh, kurang paham dengan pertanyaan ambigu yang Hanum berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Hanum [SELESAI]
RomanceRomance-Comedy SERIES WISTARA FAMILY Hanum Maida Wistara Kalau baca cerita ini, kalian gak akan bisa berhenti tersenyum :) Hati-hati! Menimbulkan kebaperan dan penasaran akut. Gemas berkepanjangan dan menimbulkan rasa gak sabaran untuk segera baca p...