11. "Maaf, An."

54.3K 5.2K 208
                                    

Katanya;
Kesetiaan itu mahal.
Karenanya, tidak semua orang memilikinya.

🌿

"Akhir-akhir ini dia kok jadi sering kelihatan, yah?" Putri bertanya-tanya. Atau lebih tepatnya, bertanya pada diri sendiri dengan pandangan tertuju ke arah seorang pria yang duduk tak jauh dari kursi yang ia duduki bersama dengan Hanum, Miranda dan Melva.

"Dia siapa?" Miranda bertanya.

"Itu, Kak Abi," kata Putri, sambil menunjuk ke arah sang senior dengan dagunya.

Miranda dan dua orang lainnya pun ikut melihat ke arah yang Putri tunjuk. Di sana, seorang pria berkemeja abu-abu sedang duduk menghadap ke laptopnya. Seperti biasa, dia terlihat sibuk mengetik.

"Ini namanya takdir tau, gak?!" celetuk Miranda.

"Takdir apa?" Melva bertanya tak mengerti. Sementara Hanum masih diam mengamati.

"Takdir kalau gue sama dia itu emang seharusnya bertemu."

Sontak saja Melva dan Putri menyurakinya, sementara Hanum hanya terkekeh menanggapinya.

"Sirik aja deh kalian." Miranda berdiri dari kursi kantin yang ia duduki.

"Mau kemana?"

"Samperin, lah," jawabnya pada Putri.

"Gak usah malu-maluin deh. Pasti dicuekin."

"Eits, gak ada yah, ceritanya seorang Miranda dicuekin," katanya, angkuh, sambil mengibaskan rambutnya.

"Yaudah sana, semoga berhasil!"

Miranda pun beranjak pergi setelah memastikaan penampilannya sempurna. Di tempatnya, Hanum, Melva dan Putri memperhatikan dengan seksama.

Mereka melihat Miranda berdiri di samping meja yang seniornya itu duduki. Miranda terlihat sedang berbicara. Tapi karena jaraknya cukup jauh, mereka bertiga jadi tidak bisa mendengar. Namun yang pasti, senior bernama Abi itu benar-benar tak mengacuhkan Miranda. Bahkan sedikitpun tak menoleh kepadanya.

Beberapa detik kemudian, Miranda kembali ke meja teman-temannya dengan tampang kesal. Ia duduk dengan gusar dan langsung meneguk jus mangga milik Melva.

"Kenapa kenapa?"

Putri mewakili teman-temannya bertanya pada Miranda.

"Parah, dia gak basa-basi sama sekali."

"Maksudnya gimana?" kali ini Melva yang bertanya.

"Gue baru kenalin nama gue, terus nanya nama dia. Tapi dia langsung bilang, saya udah punya calon istri."

"Hah?"

Kali ini, semua mata tertuju ke arah Hanum yang baru saja membuka suara setelah tadi hanya diam memperhatikan. Sebenarnya cukup aneh juga karena Hanum tak banyak bicara. Namun Hanum tentu punya alasan. Dan alasan itu karena ia memang mengenal pria yang jadi topik pembicaraan teman-temannya. Hanum tak ingin teman-temannya tahu, karena mereka pasti akan mendorong Hanum untuk berbicara dengannya.

Tapi mari kembali ke situasi saat ini. Hanum terkejut kala mendengar bahwa ternyata Abi sudah memiliki calon istri. Benarkah itu? Kalau benar, itu artinya abinya tidak akan menjodohkan dirinya dengan pria tersebut. Sepertinya ini kabar baik bagi Hanum.

"Kenapa, Num?" tanya Melva.

"Eh, enggak."

"Kamu gak kaya biasanya tau, Num. Dari tadi diem aja." Putri merasakan kejanggalan dari sahabatnya itu.

Cinta Untuk Hanum [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang