Jika kamu tidak menemukan jodohmu. Mungkin jodohmu yang akan menemukanmu.
🌿
"Pagi ini udah dikabarin kalau dosen gak bisa masuk, 'kan?"
Hanum mengangguk, sebagai jawaban pertanyaan Miranda, salah satu temannya.
"Terus ngapain ngajak berangkat pagi-pagi?" tanyanya, kesal, bingung dan heran juga mengapa ia tetap mengikuti ajakan Hanum untuk berangkat pukul setengah delapan.
"Emang kenapa? Kan enak kalau udah ada di sini," katanya, sambil menyedot kembali thai tea di dalam cup yang ia genggam dengan kedua tangannya.
Miranda berdecak, lalu membuang pandangannya ke ujung koridor. Sementara Hanum lebih suka memandangi seekor lebah yang hinggap pada bunga di depannya.
"Astaga astaga, Hanum."
Entah apa yang terjadi. Wanita dengan rambut hitam bergelombang yang sengaja digerai itu menepuk pundak Hanum berkali-kali, hampir membuat Hanum tersedak kalau saja tidak ia keluarkan minuman yang baru ia sedot ke dalam mulutnya itu, membuat lebah yang tadi Hanum pandangi menjauh pergi.
Hanum menyeka bibirnya yang basah, lalu menegur Mira. "Astaghfirullah, Mira. Kamu tuh bisa gak sih kalau ada apa-apa jangan mukulin orang di sebelah?!"
"Aduh maaf, aku gak sengaja," ujarnya, merasa bersalah.
Hanum menghela napasnya. Lalu bertanya sebab apa yang membuat Mira terlihat begitu senang. Tapi ... biar Hanum tebak. Pasti ada cogan.
"Cogan, arah jam sebelas."
Tuh kaaaan.
Hanum memutar bola matanya jengah. Memang sudah bukan kali pertama Miranda seperti ini. Dan seperti biasanya pula, Hanum tak tertarik.
"Hanuuum."
Dari ujung koridor lain, seorang wanita berkerudung segi empat berwarna biru tosca melambai ceria ke arah Hanum. Hanum balas melambai dengan senyuman tak kalah ceria ke arah putri yang berjalan mendekat.
"Put, lihat Put!"
Baru saja tiba, Putri sudah ditarik Miranda yang kini menunjuk seorang pria dengan lirikan matanya.
"Apasih?" tanya putri, kurang mengerti dengan kode ala-ala Miranda.
"Itu loh, cowok!" katanya, lebih jelas.
Putri pun ikut melirik ke arah pria yang ditunjuk oleh Miranda. Pria itu sudah duduk di sebuah bangku semen lalu mengeluarkan laptop dari dalam tasnya yang kemudian ia letakkan di atas meja bundar di depannya.
"Oooohhhh." ya, itulah respons dari Putri. Seperti ia sudah tahu siapa pria tersebut.
"Ooooohhh apa?" Miranda bertanya penasaran. Sedang Hanum kini mengamati kedua temannya.
"Itu namanya Abi," katanya, lalu menggosok dagunya, seperti keheranan. "Tumben ada di sini."
Mendengar nama yang Putri sebutkan, sontak saja Hanum langsung mengikuti fokus keduanya. Dan benar, itu adalah Abi yang dia kenal.
"Emang biasanya dimana? Kok gak pernah kelihatan?" Miranda bertanya lagi.
"Memang udah lama sih, gak kelihatan. Tapi beberapa bulan yang lalu gue sering lihat dia di pojok perpustakaan, kadang di atap, pokoknya tempat-tempat yang jarang banget dijadiin tempat kumpul sama anak-anak akan sering dia datengin."
Sekarang, Hanum tertarik pada penjelasan Putri. "Kok kamu tahu?" tanyanya langsung.
Putri bahkan tak menyangka kalau Hanum akan bertanya. Pasalnya, Hanum adalah satu-satunya temannya yang tak tertarik membicarakan soal laki-laki. Tapi kali ini, Hanum terlihat sangat ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Hanum [SELESAI]
RomanceRomance-Comedy SERIES WISTARA FAMILY Hanum Maida Wistara Kalau baca cerita ini, kalian gak akan bisa berhenti tersenyum :) Hati-hati! Menimbulkan kebaperan dan penasaran akut. Gemas berkepanjangan dan menimbulkan rasa gak sabaran untuk segera baca p...