dukung cerita ini dengan vote dan komen, juga follow akun @Jaya_Suporno dan JayaSuporno
______________________________________
"Ini tidak bisa dibiarkan," Kirana berkata tegas. "Untung saya yang memergoki, kalau tidak?"
"Adikmu itu sakit," sahut Ibunya, lesu
"Iya, sakit. Gara-gara jin peliharaan Budhe," sambar Kirana, ketus.
"Hush!"
"Dan jangan bilang kalau sebenarnya selama ini Ibuk belum tahu Kinanti sering berjalan sambil tertidur?!"
Ibunya terdiam, sudut mata yang beralih dan bibir bawah yang digigit membuat Kirana tahu dalam sekali lihat bahwa ada kebohongan yang disembunyikan.
"Ibuk tahu?! Kemarin malam saya memergoki Kinanti tėlȧnjȧng bulat di halaman belakang!!! Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan Kinanti?! Bagaimana kalau dia sampai dicelakai orang jahat?!!"
Kirana menyeka air matanya berkali-kali. Hatinya hancur melihat kondisi sang adik yang hendak ditumbalkan. Siapapun yang menyebabkan adiknya menjadi seperti ini akan membayar mahal!!!
Kirana membeliak geram. Ia perlu penjelasan. Malam ini akan ada banyak hal yang harus dibicarakan!
"Sudah, ndak usah diperpanjang, lagipula Kinanti kan ndak apa-apa...."
"Apanya yang ndak apa-apa?! Orang waras mana bisa tenang-tenang saja adiknya diam-diam menari tėlȧnjȧng bulat malam-malam!"
"Kamu itu ya dikandani kok ngeyel, mbok ya percaya sama Ibuk. Apapun yang terjadi, Mbah Buyutmu, Mbah Putrimu, ndak akan membiarkan putu-nya kenapa-kenapa...."
_______________________
Dikandani = diberitahu
Ngeyel = membangkang
Putu = Cucu
_______________________"Minta perlindungan itu sama Allah, bukan sama arwah, dasar musyrik!" dengus Kirana geram.
"Dik! Yang sopan sama orangtua!" Ibunya mendelik mengingatkan. Duh Gusti, jangan sampai anak itu memancing kemarahan sang ayah yang ringan tangan. Sang ibu sudah melirik takut-takut ke arah suaminya.
R. Haryokencono duduk di ujung satunya, menghisap rokok klobot sambil menggoyang-goyang kaki. Jari-jarinya yang penuh akik dan diketuk berkali-kali di pegangan kursi tidak bisa menyembunyikan keresahan dari airmukanya. Brewok tebal, kumis sekepal, raut tegas dan kėrȧs membuat orang bisa salah mengira lelaki berusia 45 tahun itu tidak berperasaan, tapi dihadapkan pada situasi ini, justru beliaulah orang yang paling tenggelam dalam simalakama.
Berbeda dengan kedua orang kakaknya, laki-laki itu tidak pernah percaya klenik, sungguh. Jangan kira tradisi membuat otaknya ikut berubah bebal, karena menurut lelaki lulusan STM itu merawat keris peninggalan orang tua hanyalah wujud rasa hormat kepada mendiang ayahandanya. Itu saja, tak lebih dan tak kurang. Maka ketika diminta untuk menghaturkan sesaji kepada para 'Pelindung dan Penjaga' dia menolak tegas, 'kalau mau makan, ya harus kerja! Wong manusia saja kalau mau makan harus kerja!' cibirnya ketika melihat sang istri masih rajin memberi sesaji setiap Malam Jumat Kliwon dan Malam Sabtu Pahing. Seperti biasa, Istrinya hanya bisa menghela napas berat, terjebak dalam posisi dilematik antara suaminya yang skeptikal dan kakak iparnya yang feodal.
Jin dan Setan tidak bisa memberi manfaat atau mendatangkan mudharat, sama seperti Tuhan yang masih dipertanyakan keberadaannya, kehidupan yang kėrȧs membuat Bapak meyakini itu, tapi kali ini ketika dȧrȧh dagingnya sendiri yang dihadapkan pada ujung marabahaya, naluri paternal seorang induk yang ingin melindungi sang büȧh hati bangkit dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semayam ™
HorrorIni adalah kesekian kalinya Kinanti terbangun dalam kondisi tanpa busana. Cairan licin yang masih menetes deras dari pangkal paha membuat gadis delapan belas tahun itu paham betul, bahwa semalam dirinya telah berjunub dengan dzat yang tak kasat... ...