Epilog. Sudamala

9.9K 690 375
                                    

dukung cerita ini dengan vote dan komen, juga follow akun @Jaya_Suporno dan JayaSuporno

______________________________________

Inikah akhirnya? Karena seingatnya nyawanya sudah berada sepanggal di tenggorokan ketika timbunan longsor itu menutupi tübühnya, jantungnya bahkan sudah berhenti berdetak ketika ia ditemukan, namun namun kekuatan itu, kekuatan yang menariknya keluar dari timbunan itu, itu bukan kuasa manusia.

Sepasang kelopaknya mengerjap bersama kesadarannya yang perlahan mengutuh. Aroma obat, suara denging yang bergaung di telinga. Tübühnya hanya ditutupi oleh sėhėlȧï selimut rumah sakit, dan selang-selang infus. Retina Kinanti perlahan menangkapi larik-larik cahaya yang datang bersama kepingan-kepingan ingatan tentang apa yang terjadi sebelum ini.

"Seharusnya, you sudah mati," seorang pria tua duduk di sebelah Kinanti, rambutnya kelabu bagai disepuh perak, pandangannya yang keruh mengawang ke arah sebüȧh jendela yang terbuka.

"Kitab Cakrabhairava adalah benda berbahaya, seharusnya Rusmini memberi tahu itu kepada penerusnya," suara kedua menyahut dari ujung ruang, seorang wanita yang berumur jauh lebih tua, bungkuk dan terbalut dalam Cheongsam warna hijau giok, dua orang pengawal berdiri mengapit, satu orang bertübüh besar dengan kepala botak dan brewok tebal yang memenuhi wajah.

Kolega mendiang Budhe. Orang-orang penting yang namanya tertulis dalam sürȧt korespondensi.

Para Mahaguru.

Tübüh Kinanti menegang, jaring laba-laba itu ternyata lebih luas dari perkiraannya. Sekte Rahasia yang bėrȧnggotakan orang-orang penting dari seluruh negeri, dan aliran Bhairava pimpinan Rusmini hanyalah satu nodul kecil dari jejaring yang lebih luas.

Kakek tua yang sedari tadi duduk, bangkit dan mendekat. Matahari pagi jatuh di atas brewok putih dan cambang tebal yang meliputi wajahnya. Tegap dan berotot, menyiratkan sisa-sisa kemudaan dari seorang ksatria yang mengingatkannya pada sosok Rsi Bhisma dari Kisah Mahabarata. Kinanti bisa menangkap kilatan sutera lïcïn dari jasnya yang mahal, dan tongkat kayu dengan kepala dari permata ruby warna merah dȧrȧh.

Beberapa orang pengawal berperawakan militer berseragam hitam-hitam membuat Kinanti menyadari bahwa dengan orang yang sangat berkuasa.

"Saya adalah Hartawan Dasaatmadja, dan ini adalah rekan saya, Xiang Bi Hun." Sang Mahaguru berdehem. "Dunia... tidak lah seperti yang kau tahu. Di satu sisi adalah dunia tėrȧng ─tempat orang-orang awam─ dan di sisi lain adalah dunia bawah yang dipenuhi Sekte-Sekte rahasia, dan Sekte Bhairava Rusmini adalah salah satu dari ratusan yang ada. Dan Sekte rahasia, anakku, sudah sepatutnya tetap berada dalam gelap. Tapi apa yang telah dilakukan oleh kakakmu, telah mengungkap, apa yang seharusnya tidak boleh diungkap."

"Kakakmu melepaskan kutukan dari dalam kitab Cakrabhairava, dan telah membinasakan satu desa, dan kami harus menutupi itu semua dari pandangan manusia," Eyang Bi Hun menambahi.

Di pesawat televisi terdengar berita tentang musibah tanah longsor di gunung L di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ratusan menjadi korban, dan tim SAR masih mencari korban yang selamat, tapi hingga hari ketujuh pencarian tidak ditemukan korban selamat.

Mayat-mayat itu dikumpulkan dalam kantung berwarna kuning. Tim SAR dan ABRI yang diturunkan keesokan harinya berusaha mencari para penyintas, tapi hingga tengah hari yang ditemukan hanyalah jasad-jasad tak bernyawa. Mesin Berat dikerahkan untuk memindahkan material longsor, dan ambulans hilir mudik untuk mengevakuasi tübüh para korban ke RSUD untuk diidentifikasi.

Semayam ™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang