Ayat 8. Pengantin Ghaib

9.3K 631 124
                                    

dukung cerita ini dengan vote dan komen, juga follow akun @Jaya_Suporno dan JayaSuporno

______________________________________

"Jadi kalian berdua ikhlas kalau Sari, anakku yang akan menjadi Junjungan berikutnya?"

Haryo dan Bram mengagguk serempak.

"Kenapa? Bukankah Alma atau Kirana memiliki Qodam yang kuat pula? Jangan kau pura-pura tak tahu, Bram."

Bram meremas tangannya. "Aku... tahu. Tapi menjadi Junjungan bukan hanya perkara 'kuat' atau tidak. Menjadi Junjungan adalah perkara yadnya, pengorbanan. Seorang yang mendevosikan tübüh dan jiwa demi keseimbangan semesta, dan aku rasa anakku tidak layak untuk semua itu," si bungsu menjawab diplomatis.

"Dan sampeyan tahu sendiri, anak-anakku orangnya bodoh. Sari, anak sampeyan kurasa lebih pantas memegang posisi itu," si tengah mengimbuhi.

Si Sulung menyeringai pongah, dȧdȧnya membuncah jumawa mendengar itu semua. "Baiklah, jika itu yang kalian inginkan."

Pria bertübüh tambun itu melinting tembakau dalam kulit jagung lalu menyulut dengan korek api. Aroma kretek bercampur rempah segera menguar memenuhi udara.

"Aku pikir semua hanyalah perkara waktu. Almarhumah Mbak Rus menginginkan Kinanti sebagai Penerus. Sementara Alma dan Kirana adalah yang terkuat. Tapi aku yakin semua yang terjadi adalah kehendak semesta, termasuk yang terjadi hari ini," tangan Kusno yang dipenuhi batu akik bergerak bak sedang menghitung neptu dan hari baik.

Bibirnya berkomat-kamit, dan matanya memejam. Telinganya bergerak seperti sedang mencari sumber wangsit yang berbicara dari sisi dunia yang satu. Lalu ketika asap ketiga dihembuskan, Kusno bersabda:

"Upacaranya akan diadakan malam ini juga."

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Lalu ketika kakak tertuanya sudah tidak terlihat, Bram berkata, "Saya kembali ke kota dua hari lagi. Jadi sampeyan tetap pada keputusanmu, Mas?"

Haryo mengangguk mantap. "Kirana dan Kinanti harus dibawa pergi dari tempat terkutuk ini. Secepatnya."

"Di antara kita berempat, sampeyan yang paling skeptis dengan hal ghaib, bahkan kepada Tuhan. Sekarang sampeyan percaya kalau semua itu disebabkan oleh Jin dan Setan?"

Haryo mengepalkan tangannya. Geram.

"Mas, tak kandani. Bangsa Jin itu berlaku layaknya kekuatan alam, seperti angin dan hujan, ndak akan menyakiti manusia yang berbeda dimensi, berbeda fase frekuensi energi," Bram berkata pelan. "Bukan mereka yang perlu sampeyan takutkan... karena ada bangsa yang lebih keji dari daripada Setan...."

"Siapa?" kakaknya mengangkat muka.

"Manusia."

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Sari yang akan diangkat menggantikan Almarhumah Kanjeng Budhe, keputusan bulat rapat keluarga besar ini benar-benar membuat Sulastri membėrȧng. Terlebih lagi, berani-beraninya dirinya tak dilibatkan! Kejadian Jenglot semalam sudah membuatnya kehilangan hak suara.

Riuh rendah persiapan Ritual 'Pernikahan' itu bahkan tidak bisa mendistraksi kekalutan fikirannya. Tungku kayu di dapur mengepul tanpa henti. Ibu-ibu dikerahkan untuk mengaduk kuali-kuali berisi sayur atau nasi. Sementara puluhan lain memotong daging ayam dan menggerus bumbu dengan palung. Riuh rendah suara. Semua larut dalam suka cita, kecuali Sulastri

Semayam ™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang