Ayat 11. Tumbal

7.8K 612 167
                                    

dukung cerita ini dengan vote dan komen, juga follow akun @Jaya_Suporno dan JayaSuporno

______________________________________

Desau suara tarhim yang terdengar sayup mendamparkan ingatan Kusno di detik ini. Udara dingin subuh hari. Rintik hujan. Entah sejak kapan percakapan dengan kakak sulungnya bergaung kembali dalam lȯrȯng-lȯrȯng ingatan.

Kusno Khusyuk bersila di tengah pekuburan, laku Rogoh Sukmo yang membawa kesadarannya bersatu dalam semesta, ─Nirwikana, tak membawa apapun selain pertanyaan-pertanyaan baru.

─Seharusnya kamu sudah tahu jawabannya, suara Almarhumah terdengar dari kedalaman batin.

─Tanah ini menyimpan rahasia kegelapan, Kus. Bukan tanpa alasan pendahulu kita ditunjuk menjadi juru kunci. Pernikahan Ghaib hanyalah syarat persekutuan kita dengan balatentara dari dunia satunya. Dan Perjanjian, Kus, adalah ikatan Karma yang mengikat antara Sang Mbaurekso dan keturunan-keturunannya.

Kenapa, Mbak? Seharusnya semua baik-baik saja begitu tirakat dilakukan. Sari sudah ditumbalkan sebagai Junjungan. Dan aku pun sudah memenuhi semua tumbal dan persyaratan!

"Kecuali satu. Satu syarat yang gagal kau penuhi,," suara itu terdengar jelas di telinga, seolah Almarhumah saat ini berdiri di belakangmu. "dan kau seharusnya tahu... akibatnya kalau mencoba menipu Sang Mbaurekso..."

Kusno bisa mencium aroma mayat bercampur ruam bunga kenanga... juga desau parau Almarhumah yang membisik di telinga.

"─fatal."

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

"Sari! Sari!" langkah Kusno berderap terburu di koridor panjang menuju Petilasan. Kakinya yang tak beralas meninggalkan jejak-jejak lumpur di atas ubin kelabu. Gemuruh hujan. Aliran listrik yang padam hanya menyisakan selubung jingga pelita sentir yang terpasang satu dua.

"Ndoro! Ada apa?!" dua orang Pengawal yang ditugasi menjaga pintu masuk segera berdiri memberi hormat, tombak besar di tangan, dan mata mereka menatap heran pada sang majikan yang bȧsȧh kuyup.

"Aku mau masuk, minggir!"

"T-tapi."

"Minggir!"

Tanpa menunggu ujung kalimat, pria bertübüh tambun itu segera menyeruak memasuki ruangan Bangsal Petilasan...

Menghambur masuk, tübüh Kusno gemetar, tungkai-tungkai melemas seketika....

Tübüh Sari tėlȧnjȧng dan mengȧngkȧng di atas altar...

Dȧrȧh kėntȧl yang mengering tampak menggenang di lantai

Kusno memekik histeris.

Tübüh puterinya sudah tak berkepala....

--kepala kambing terpancang menggantikan.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

"Untuk sementara. Tidak ada yang boleh meninggalkan tempat ini," berkata Bapak Polisi yang datang untuk mengamankan tempat kejadian perkara.

Ini adalah pembünühan berencana. Meski tidak seekstrim dalam mimpi Kinanti, jelas ada seseorang yang memenggal kepala Sari dan menggantinya dengan kepala kambing, dan yang paling mengerikan adalah pembünühnya bisa saja salah satu dari mereka.

Mendȧdȧk semua orang memandang penuh curiga, terutama Pakde Kusno yang mengira ini konspirasi yang terstruktur dan sistematis untuk menyingkirkan puterinya.

Semayam ™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang